6

21 5 0
                                    

"Aku pulang dulu, Luna. Sori ya, tapi mamaku di rumah sendirian. Gak pa pa ya?" Vivian tampak tak enak hati.
"Gak pa2,pulang aja. Ntar aku yang beberes dan ngunci pintu."
"Thanks,Luna."

Luna memasang tulisan close dan mematikan beberapa lampu. Kafe agak sepi hari ini. Mungkin karena hujan. Luna mengecek kompor dan kran kran air, memastikan semua sudah dimatikan. Selesai. Lalu terdengar suara petir yang lumayan keras, diikuti guyuran hujan lebat. Dari jendela kafe, Luna dapat melihat ranting ranting bergoyang keras tertiup angin dan hujan tampak seperti ditumpahkan dari langit.
Aku takkan bisa pulang sekarang, batin Luna sambil meraih ponselnya. Dia mengirim pesan pada Vivian. Dia sudah sampai di rumah. Bagus. Ibunya pasti ketakutan bila sendirian di rumah saat cuaca seperti ini.
Luna memandang kursi kursi yang sudah di tata rapi di atas meja. Dia akan membuat coklat hangat dan mie instant cup yang ada di lemari pegawai. Bu Meity selalu menyediakannya. Lebih baik dia menunggu sampai hujan reda.

"Selesai..."gumam Luna sambil meletakkan makanannya di meja.
Terdengar ketukan keras di pintu kaca. Luna menoleh. Ada orang yang berdiri di luar pintu. Apa dia tidak sadar bahwa kafe ini sudah tutup?

Dia melambaikan tangan ke arah Luna sambil membuka hoodienya.
Apa yang dilakukannya di luar saat hujan begini?
Luna membuka pintu.
"Hai, Luna...kukira kalian masih buka."
"Karena hujan deras kami memutuskan tutup lebih awal. Come in..."Luna membuka pintu lebih lebar agar dia bisa masuk.
Joonie melepas jaketnya dan meletakkannya di sebuah kursi.
"Apa aku bisa memesan sesuatu. Di luar sangat dingin."Ucapnya sambil menggosokkan kedua telapak tangannya.
"Coklat hangat? Aku baru membuatnya dan mie instant?"
"Great....ide yang bagus sekali."

"Jadi...apa yang kau lakukan sebelum ini?"tanya Luna sambil meletakkan mi dan secangkir coklat panas di depan pemuda itu.
"Aku pergi nonton dengan beberapa teman...lalu aku pergi ke toko buku. Aku tak menduga akan hujan seperti ini."
"Ya...sering hujan belakangan ini."
Dia meneguk coklatnya pelan pelan dan memandang Luna yang juga melakukan hal sama.
"Ini lezat sekali...thanks Luna."
Luna tersenyum kecil. Tak semanis dirimu....

Hujan tinggal gerimis dan tampaknya akan reda. Luna memutuskan untuk pulang. Dia tak ingin menginap di kafe. Lagipula ada tugas kuliah yang harus diselesaikannya.
Hanya ada satu payung. Tapi cukup lebar untuk dipakai berdua.

Keduanya berlari kecil menyebrangi jalan menuju taman agar mereka tidak berjalan terlalu jauh.
"Awas...jalannya jadi licin. Biar aku yang pegang payungnya." Joonie meraih gagang payung dari tangan Luna.
"Hold my arm.Kau bisa jatuh nanti."
Ragu ragu Luna memegang lengan Joonie. Dia berjalan dengan memegang lengan Joonie.Sungguh romantis. Dia memandang sekilas pemuda di sampingnya dan menunduk dengan pipi bersemu merah.
Apa kau pernah merasakan memiliki ikatan dengan orang yang baru kau kenal? Luna merasa dia telah mengenal Joonie untuk waktu yang lama. Mungkin di kehidupan yang lain atau kehidupan sebelum ini. Lalu dia menyesal, kenapa mereka tidak di pertemukan lebih awal.

"Sudah sampai...terimakasih banyak untuk coklat dan mi nya. Sampai jumpa." Joonie melambaikan tangan dan berlari menyebrangi jalan menuju rumahnya. Luna tersenyum....sejak saat itu dia menyukai hujan......setiap kali dia melihat hujan...dia akan selalu teringat padanya.....

Show Me The True Meaning of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang