5

20 6 0
                                    

"Aku tak suka kau berteman Luna."
"Kenapa?Ada yang salah dengannya?"tanya Brianna sambil merapikan buku buku yang baru dia pinjam.
"Brianna....kau tahu apa maksudku... Dia kan...."
"Kau ingin bicara tentang masa lalunya?" 
Bastian tampak bingung. Dia hanya memandang gadis yang telah menjadi kekasihnya selama 3 tahun itu dengan pandangan, ya...itulah yang ingin kukatakan.
Brianna tampak tidak terkejut...ini bukan kali pertama dia mengatakannya.
"Beberapa orang membuat kesalahan dalam hidupnya...maksudku...aku...kau...semua orang. Apakah ada orang yang tidak membuat kesalahan sepanjang hidupnya?"
Bastian mengangkat bahu.
"Kau benar...kau selalu benar,Brianna."
Brianna tersenyum dan menggandeng tangan kekasihnya itu.
"Kita tidak akan membicarakan ini lagi. Oke? Luna mengalami banyak kesulitan selama ini. Biarkan aku menjadi temannya."

Luna berusaha bersembunyi di antara rak rak buku saat Brianna dan Bastian melangkah keluar dari perpustakaan. Tanpa sengaja dia telah mendengar percakapan mereka. Sungguh dia tidak berniat untuk menguping. Jadi seperti itu...batinnya. Akhirnya dia tahu kenapa Bastian tak menyukainya.

"Hai, Luna...apa yang kau lakukan?"
Luna menoleh dan melihat seorang gadis berkacamata berdiri di belakangnya. Dia tersenyum ke arah Luna. Jang Ye Rin, gadis keturunan korea itu selalu bersikap manis kepadanya.
"Kau mau membantuku?"tanyanya.
"Dengan senang hati. Apa yang bisa ku bantu?"
"Klub pecinta lingkungan yang ku ikuti akan mengadakan bakso...em..."dia tampak berpikir.
Luna tersenyum. Ye Rin baru belajar bahasa Indonesia dan kadang pilihan katanya agak lucu. Tapi Luna paham...lagipula dia gadis yang ramah.
"Bakti sosial...baksos...bakso is meatball."
"Yeah...itu maksudku.  Kita akan melakukan bersih bersih di sekitar sungai. Kita juga akan membuat kompos.Kau ingin bergabung?" tanyanya sambil menyerahkan selembar kertas ke arah Luna.Gadis itu membacanya.
Hari minggu besok. Dia dapat shift malam. Tak ada salahnya dia ikut.
"Aku akan datang."
"Good.I need your sign here...thanks Luna. See you..."

Hari ini hujan. Hujan pertama setelah enam bulan musim kemarau. Luna memandang keluar, ke jalanan yang tampak basah. Dia menyukainya....aroma tanah kering yang tersiram hujan untuk pertamakali. Sama seperti dia menyukai aroma rumput dengan tetesan embun di pagi hari. Gadis itu menyandarkan tubuhnya ke kursi dan melingkarkan jari jarinya di cangkir yang berisi coklat hangat. Membiarkan kehangatan merambati jari jarinya. Pelan pelan dia menghirupnya dan menyadari Nam joonie ada di teras rumahnya dengan cangkir di tangannya. Mungkin kopi atau teh.
Dia memandang Luna dan mengangkat cangkirnya sambil tersenyum. Dia sungguh tampan. Bahkan dalam siraman hujan Luna dapat melihatnya. Lalu...
Dia tampak kebingungan dan membungkuk meraih sesuatu di bawah kakinya.
Luna tertawa kecil. Rupanya pemuda itu tanpa sadar telah menjatuhkan laptopnya. Sungguh ceroboh...

Show Me The True Meaning of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang