15

14 4 0
                                    

Luna meraih ponselnya dengan enggan. Kenapa Joonie menelponnya pagi pagi buta.
"Hai, Luna....aku telah memutuskan hal penting hari ini...."
Luna memandang ponselnya dengan curiga. Kim Nam Joon atau anggota DPR yang menelponnya. Apakah orang orang terhormat anggota dewan sudah mensahkan RUU?
"Luna....hallo...kau mendengarkan? Aku Kim Nam Joon....kau sudah bangun kan?"
"Ya...apa yang sudah kau putuskan?"
"Karena lusa aku akan kembali ke tanah kelahiranku....aku memutuskan kita akan menjadi sepasang kekasih selama satu hari..."
"Kau sedang mabuk, ya?"
"Tidak. Aku seratus persen sadar dan waras."
"Kau gila..."
"Hal pertama yang akan kulakukan adalah...."
"Apa?"
"Aku mencintaimu, Luna. Maukah kau jadi pacarku?"
"Kau terlalu banyak minum...pergi tidur lagi sana..."
Luna menutup ponselnya dan tertawa. Menjadi kekasihnya selama sehari? Ada ada saja...Luna tersenyum dan memandang bunga anggrek pemberian Joonie.
Bukankah kau jatuh cinta padanya,Luna? Kenapa kau tidak mau jadi pacarnya untuk sehari saja? Bukankah dia akan pergi? Kau takkan bertemu dia lagi....
Senyum menghilang dari wajah Luna. Dia akan pergi....mengapa mereka tidak membuat kenangan yang indah?

Terdengar ketukan di jendela kamarnya. Luna membuka tirai dan melihat Joonie berdiri di luar rumahnya dan melambaikan tangan.
Kenapa dia ada di luar saat hujan begini?

"Masuk...kau bisa sakit nanti..."
Luna membuka pintu dan memberikan Joonie handuk. Dia menyeka kepalanya yang basah kuyup.
"Aku akan membuatkanmu coklat hangat."
Luna melangkah menuju dapur, tapi Joonie memegang lengannya.
"Kau belum menjawabku." Joonie menarik tubuh Luna ke arahnya hingga wajah mereka hanya terpisah beberapa senti. Luna merasakan pipinya memanas saat memandang wajah pemuda itu...
"Kau sangat cantik meskipun bangun tidur...aku suka melihatmu seperti ini..."dia berbisik di telinga Luna.
"Seperti kita telah melewatkan malam bersama....matamu yang indah membuatku ingin berbuat khilaf...shall we?"
Luna menggelengkan kepala sambil berpikir,darimana Joonie mendapat kosakata aneh yang diucapkannya barusan.
"Aku tidak mengerti yang kau katakan....lepaskan aku."
"Benarkah kau tidak mengerti?" Joonie bertanya sambil menatap mata Luna. Kill me....Luna berusaha mengalihkan pandangannya dari wajah Joonie yang membuat hatinya meleleh. Kenapa dia begitu tampan? Tuhan tampaknya memberikan terlalu banyak kesempurnaan untuk Joonie. Dia akan membiarkan tubuhnya berada dalam pelukan Joonie sepanjang pagi. Bagaimana dia bisa melepaskan kehangatan yang membius.....
"Jadilah kekasihku, Luna. Kau mau?"
Tanpa sadar Luna mengangguk. Tatapan mata Joonie telah menyihirnya. Membuat Luna tak berdaya saat Joonie mengecup keningnya dengan lembut.

Luna memandang koper Joonie yang terbuka di atas tempat tidurnya. Benda itu telah terisi separo. Joonie memasukkan barang barangnya.
"Ada yang ketinggalan?" Tanya Luna.
"Ya...aku meninggalkan separuh hatiku di tempat ini. Aku tak bisa membawa hati yang utuh. Kau mengambil separuh jiwaku, Luna."
"Kau juga membawa separuh hidupku...Cukup adil, bukan?"jawab Luna.
Joonie tersenyum dan membawa tubuh Luna ke dalam pelukannya.
"Apa yang akan kita lakukan besok?" Tanya Luna.
"Kita akan pergi ke bioskop....aku ingin ke kafe untuk terakhir kalinya dan aku akan merindukan makanan di sana....bando antena yang membuatmu terlihat sangat imut. Bolehkah aku memilikinya? Aku selalu ingat padamu setiap kali melihatnya."
"Aku akan memberikannya....kau ingin yang lain."
"Tidak....aku sudah memiliki dirimu."
"Apa kau benar benar akan pergi,Joonie. Kau bohong kan?"
"Tidak....tapi kau tahu aku pasti kembali.Aku janji... dan kau juga harus berjanji satu hal padaku....kau tidak akan melakukan hal bodoh lagi...kau janji....apapun alasannya...kau akan menungguku kan?"
Luna tersenyum samar...dan senyum itu menghilang saat Joonie mengeluarkan sebuah amplop besar dari lemarinya.
"Seseorang mengirimkannya padaku...aku tak tahu alasan kenapa dia melakukannya. Aku tak mengerti, Luna...dan aku mencari tahu....tapi aku ingin kau sendiri yang cerita, kalo kau tidak keberatan."
"Aku membuat kesalahan...aku sangat menyesal..."Luna menghapus airmata di pipinya.
"Kalo itu membuatmu sedih, jangan bercerita padaku, aku tak suka melihatmu seperti ini....apapun kesalahanmu...aku bisa terima. Tidak ada orang yang tidak melakukan kesalahan sepanjang hidupnya. Aku mengerti....bukankah semua orang berhak mendapat kesempatan kedua?"
Luna menangis keras dan Joonie memeluknya.
"Cinta selalu memaafkan,Luna. Kau setuju denganku?"
Luna mengangguk kecil.
"Di mana kau menyembunyikan sayapmu? Kau seperti bukan manusia, kau adalah malaikatku..."
Dan kini kau menjadi alasanku untuk tetap hidup di dunia ini...

Show Me The True Meaning of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang