Kaigaku membenci petir, tapi ia rasa ia akan menjadikan petir sebagai objek kesukaannya setelah bertemu dengan pemuda petir itu.
Chapter 1 : Kaigaku
Kaigaku tidak pernah peduli dengan adik-adik kelas nya, jangan kan adik-adik kelas, Kaigaku bahkan tidak ingin berususah payah mengingat nama-nama teman satu angkatan nya. Menjadi seorang alpha tidak lah mudah bagi Kaigaku, menjadi seorang alpha berarti kau tidak boleh memilih pasangan mu sendiri, atau itu akan menyebabkan mate masa depan mu merasa kesakitan.
Jika boleh jujur sebenar nya kaigaku tidak peduli dengan mate masa depan nya, untuk apa menunggu yang tidak pasti kan?
-=-
Cahaya matahari pagi memasuki jendela kamar Kaigaku yang tidak tertutup penghalang apapun, membuat pemuda penggemar buah persik itu terbangun dengan malas nya, melirik sekilas ke arah jam dinding dan langsung bangun untuk bersiap-siap.
Tahun ajaran baru telah di mulai, itu arti nya sekarang ia sudah kelas 2. Tidak penting memang karena ia merasa hidup nya sangat monoton.
Jam telah menunjukan pukul 06.40A.M ketika ia berangkat dari rumah, masih memiliki waktu sekitar satu jam lagi sebelum acara penerimaan murit baru di mulai.
Tes. . . . tes. . . .
Kaigaku melihat ke arah langit yang kini berwarna kelabu dan menangis, dengan segara sumpah serapa ia dengan cepat berteduh di sebuah halte bus yang kebetulan sedang kosong itu, tepat sesaat setelah dia mendudukan diri di halte itu, hujan turun dengan deras nya.
'Sial kenapa tadi cerah sedangkan sekarang hujan, lebih baik aku diam di kamar saja jika seperti ini.' gerutuhan Kaigaku masih berlanjut.
Dengan kesal kaigaku membuka handphone karena bosan menunggu, ada sebuah pesan masuk dari salah satu teman nya.
Sabito : Hey kaigaku, apa kau juga terjebak hujan?
Kaigaku : Ya, dan kurasa aku tidak akan sampai ke sekolah hingga nanti siang.
Sabito : Haha, kita mengalami hal yang sama Kaigaku.
Pesan terakhir dari Sabito hanya ia baca saja, terlalu malas meladeni teman nya yang dalam fase menjadi budak cinta dari salah satu guru di sekolah nya.
Kaigaku kembali menatap langit yang belum menunjukan tanda-tanda akan berhenti menangis, membuat nya menghela nafas dan mengeratkan Hoodie hitam yang selalu ia gunakan, tanpa mempedulikan seseorang dengan jaket kuning terang yang entah sejak kapan sudah duduk di bangku halte agak jauh dengan nya.
Bukan sebuah rahasia bahwa kaigaku tidak menyukai hujan dan petir, karna itu ketika petir-petir mulai menyambar kaigaku memasang wajah tidak nyaman.
"Um . . . Senpai, apa kau tidak menyukai petir?" Suara lembut memasuki pendengaran kaigaku, memaksa nya mengabaikan suara petir yang masih bersautan, kaigaku menoleh ke arah sumber suara, pemuda dengan mata sewarna dengan madu, aroma lemon dengan sedikit mint yang menenangkan dan warna rambut kuning nya yang sedikit mengingatkan kaigaku pada petir.
'Sial, kenapa dia manis sekali.'