Hujan deras dan petir bersahutan, kaigaku mendudukan diri nya di atas ranjang kamar nya, menatap jendela yang menjadi pembatas.
'Kapan mereka akan kembali?'
Chapter 3: eins
Kaigaku menatap ke arah langit yang masih kelabu. Hujan telah berhenti, namun entah kenapa kaigaku enggan beranjak dari kursi halte itu, dengan malas melirik jam tangan nya yang sudah menunjukan jam 8, Sabito telah mengabari nya, bahwa upacara penyambutan di undur menjadi besok karena cuaca yang sedang buruk.
Bunyi pesan masuk mengalihkan perhatian kaigaku, pesan zenitsu
Sabito : Hey kaigaku, kau ke sekolah atau langsung pulang?
Kaigaku : entah lah, kesekolah mungkin?
Sabito : kenapa kau malah terdengar ragu-
Kaigaku : menuju sekolah, aku menunggu mu di tempat biasa.
Dengan enggan kaigaku berdiri, berencana melanjutkan perjalanan nya menuju sekolah, acara nya memang di undur tapi kebanyakan siswa lebih memilih datang untuk menghabiskan waktu bersama teman nya di sekolah.
"Senpai, apa kau mau ke sekolah?" Pertanyaan itu membuat kaigaku menghentikan langkah nya, "Ada apa Zenitsu?" Tanya kaigaku tanpa menatap orang yang bertanya, Kaigaku langsung menutup mulut nya, 'sial aku tidak sengaja memanggil nama nya'
"Dari mana senpai tau nama ku?" Kaigaku berani sumpah bahwa jantung nya berhenti berdetak beberapa saat setelah pertanyaan itu terlontar dari Zenitsu, sembari menggaruk leher nya yang tidak gatal Kaigaku mengalihkan pandangan nya, "Dari kakek mu, dia sering membicarakan mu saat aku membeli persik."
Zenitsu tampak kebingungan, benarkah kakek nya menceritakan hal tentang dirinya kepada pembeli nya, namun Zenitsu memilih tidak memikirkan nya lebih jauh, "Um jadi senpai apakah kau mau ke sekolah? Jika iya bolehkan kita pergi bersama?" Dengan ragu zenitsu bertanya, tidak terlalu berharap akan di terima oleh kaigaku.
Kaigaku tampak berpikir, sebelum menganggukkan kepala nya, "boleh, tapi hanya sampai gerbang." Kata nya dan langsung berjalan, Zenitsu tersenyum dan mengikuti langkah kaigaku sambil bersenandung dan melompat-lompat kecil genangan air agar tidak terlalu membasahi sepatu nya, kaigaku yang melirik sikap zenitsu hanya tersenyum dalam diam.
Sebuah tangan menggapai lengan baju nya, membuat kaigaku menoleh untuk melihat siapa pelaku penarikan baju nya itu, karena dia tau tidak mungkin zenitsu berani memegang alpha seperti nya, Surai pink persik memasuki pandangan nya, "Yo Kaigaku, sejak kapan kau memiliki seorang omega?" Tanya Sabito tanpa ragu sambil menunjuk zenitsu yang tampak kebingungan.
Jika ada lubang, bolehkah kaigaku mengubur teman persik nya itu?
Dengan nada malas yang di buat-buat kaigaku menjawab, "Dia cucu dari penjual buah langganan ku, dan kebetulan adik kelas kita, jadi bukan kah wajar jika kami berangkat bersama ke sekolah?"
Sabito berani sumpah atas cinta nya kepada guru olahraga nya bahwa ini pertama kali nya ia melihat teman penggila persik nya itu memasang wajah tersipu malu.