Tita dan Zahra sudah ada didalam angkot yang sesak karena ada murid lain yang berada didalam angkot itu.
"Jadi apa yang mau kamu ceritain Ta ?" Tanya Zahra dengan sedikit berbisik. Merekapun berbicara menggunakan nada yang cukup kecil agar tidak terdengar oleh orang lain.
"Tadi kan aku nunggu kamu didepan kelasku,Eno sempet ngajak balik bareng tapi aku gamau,masih bete aku,jadi aku bilang aja aku uda ada janji sama kamu." Ucap Tita
"Terus ?" Tanya Zahra.
"Pas Eno uda pergi,belum lama itu tiba-tiba pak Jaya nyamperin aku terus megang tanganku sambil senyum-senyum. Geli banget!" Ucap Tita.
"Ihh guru gitu banget. Aku juga pernah denger gosip gitu kalo pak Jaya suka kencan sama murid cewenya. Padahal dia uda punya istri. Terus pas kamu di gituin kamu diem aja ?" Tanya Zahra.
"Yaa enggalah gila. Aku sempet usaha buat ngelepasin genggamannya tapi dia ga ngelepas,terus untung ada kamu dateng dia langsung ngelepas genggamannya,terus dia pergi deh." Ucap Tita.
"Wuihh berarti aku penyelamat kamu dong Ta." Ucap Zahra sembari sedikit tertawa.
"Yaa tapi gara-gara kamu juga aku digituin sama guru mesum itu." Ucap Tita.
"Iyaa iyaa maaf. Terus kamu uda bilang belum ke Enola tentang ini ?" Tanya Zahra
"Dia pasti marah nanti kalo tau,kan orangnya cemburuan banget. Nunggu aku ga bete lagi sama dia,biar nanggepin sewotnya lebih enak hehehe." Ucap Tita.
"Iyaa bener si yaa." Ucap Zahra. Merekapun terus berbincang,membicarakan hal yang lain sembari menunggu mobil angkot itu mengantarkannya.
*****
Enola mengambil dan memakai sarung tangan putih dari dalam tasnya,mencopot sergam sekolahnya hingga hanya memakai celana abu dan kaos hitam oblong. Enola menarik gasnya cepat untuk berusaha mengejar mobil pak Jaya.
Ia sudah berada di belakang mobil pak Jaya dengan terhalangi satu mobil pribadi didepannya. Setelah 2jam mengikuti mobil itu,langit sudah gelap dan waktu sudah menunjukkan pukul 19:00. Mobil pak Jaya memasuki parkiran tempat makan cepat saji. Enola memakirkan motornya agak jauh diluar tempat makan cepat saji itu. Ia turun dari motornya dan berjalan menuju pintu mobil pak Jaya.
Situasi diparkiran itu sangat sepi,hanya berjejer mobil-mobil pribadi lainnya. Pak Jaya keluar dari pintu mobil itu. Enola langsung menghampirinya dari belakang.
"Pak Jayaa." Panggil Enola sembari sedikit menupuk pundak pak jaya. Tangan kananya sudah menggenggam pisau berkarat itu. Ketika pak Jaya membalikkan badan. Chraaaaakkkkk,suara tusukan pisau yang langsung menusuk leher pak Jaya. Tangan kiri Enola menutup mulut pak Jaya agar orang tua itu tidak mengeluarkan suara yang keras. Tiga kali tusukkan pisau dilancarkan kembali kepada pak Jaya.
Pak Jaya mulai kehilangan kekuatannya untuk berdiri,ia terjatuh dengan keadaan pisau berkarat yang masih menancap dilehernya. Enola duduk diatas perut pak Jaya.
"Saya sudah peringatkan bapak agar tidak menyentuh Tita sedikitpun,tapi bapak tidak menghiraukan. Saya melihat bapak memegang tangan Tita dengan senyuman bapa yang menjijikan itu. Guru gatau diri bangsat!" Ucap Enola dengan ekpresi datarnya itu
"E-e-en-no-la." Ucap pak Jaya yang memaksakan untuk berbicara. Darahnya keluar sangat banyak dari mulutnya,terutama bagian leher. Sungguh bagai selai strawberry yang tumpah!
"Hahhh ?! Apa ? Bapak manggil saya ?! Ohh iya maaf ya pak pisaunya susah nembus kulit leher bapak. Maklumin aja saya pake pisau berkarat. Bahkan tubuh anda tidak pantas disiksa dengan alat yang bersih!" Ucap Enola dengan nada yang cukup tinggi dan tetap diakhiri dengan memasang senyuman.
"Anda sudah merasakan yang saya bilang tadi pagi ? Warna langit yang semakin menggelap dan udara yang semakin dingin masuk dalam tubuh ?Yasudah saya cabut pisaunya ya pak." Ucap Enola sembari mencabut pisau dari lehernya.
Tangan kiri Enola menutup kembali mulut pak Jaya sembari tangan kanannya kembali menyat leher pak jaya. Menyayat secara perlahan, membentuk tali kalung. Di aspal sudah banyak berceceran darah. Wajah dan kaos Enola terkena bercak darah pak Jaya. Pak Jaya sudah memejamkan mata dan sudah tak sadarkan diri. Pak Jaya tewas.
"Kayanya sedikit ukiran lagi bakal jadi lebih bagus." Ucap Enola.
Ia merobek baju pak Jaya dan mengukir huruf " ∀ " yang melambangkan huruf A terbalik di dada pak Jaya.
"Yaap, mahakaryaku selesai. A, untuk Angkasa Enola Dwitya." Ucap Enola sembari melebarkan senyumnya.
Enola mengambil ponsel pak Jaya yang ada disakunya. Beruntungnya ponsel itu tak memiliki pin yang harus dimasukkan untuk mengaktifkan ponselnya. Enola membuka galeri di ponsel itu,dan benar saja banyak vidio porno guru itu dengan siswi-siswinya.
Enola hanya tersenyum melihat isi dari galeri itu,dan langsung mengunggah semua vidio porno itu keseluruh sosial media milik pak Jaya. Setelah selesai,ia menaruh ponsel itu diatas perut pak Jaya.
Enola memasuki mobil pak Jaya yang masih terbuka dan mengambil air mineral untuk membasuh bercak darah yang ada di sarung tangann dan wajahnya. Ia juga mengambil pulpen dan kertas lalu menulis sebuah teka-teki ditulisan itu.
"Aku lebih dulu dari mereka,lebih tua dari mereka. Tetapi mereka jarang menghargaiku,bahkan aku sering terlupakan. Aku tak memiliki nilai."
-∀-Enola meletakkan kertas itu di saku celana yang dikenakan pak Jaya. Mayat pak Jaya tergeletak pinggir mobilnya. Ia menancapkan pisau berkarat itu di pangkal paha mayat gurunya itu.
"Selamat jalan pak,terimakasih." Ucap Enola sembari memasang senyum diwajahnya dan beranjak pergi menuju motornya.
Kira-kira jawaban riddle yang diatas apa ya ? Silahkan dijawab.
KAMU SEDANG MEMBACA
ENOLA DISORDER
Teen Fiction" Sayatan dileher adalah seni terbaik di dunia, jeritan mereka adalah suara terindah di alam semesta." Begitulah prinsip dari Enola seorang pemuda yang berubah menjadi Psycho karena kasus perceraian orang tuanya. Ia menutupi penyakitnya itu dengan h...