"Enoo,sini!" Ujar Randil, teman sekelas Enola yang sedang duduk melingkar dikursi dengan yang lainnya, sebagian ada yang duduk dimeja.
Enola mendekati mereka. Mereka sedang membicarakan kejadian pak Jaya.
"Liat deh No, ini vidio porno pak jaya ada di akun Facebooknya sendiri. Postingannya baru tadi malem." Ucap Randil sembari melihatkan vidio yang ada diponselnya kepada Enola.
"Wuihh ceweknya lumayan yaa." Ucap Enola.
"Anjir. Malah fokus kesitu." Ucap Randil.
"Ini ceweknya siswi sini kan? Kaya pernah liat." Ucap Enola.
"Emang siswi sini. Namanya Lia, anak kelas 11 Mipa 6. Tapi dia tadi ga berangkat, besok kayanya mau diproses dulu sama pihak sekolah." Ucap Randil.
"Adik kelas doyan aki - aki ya sekarang." Ucap Enola dengan sedikit candaan.
"Jangan gitu dong, guru kita itu." Ucap Randil.
"Guru macam apa yang ngelakuin hal bejat gitu ke muridnya?!" Ucap Dani yang juga teman sekelas Enola.
"Santaii dann." Ucap Enola.
"Gabisa No, Lia teh sepupu aing. Kasian mamahnya nangis terus abis liat vidio itu. Harusnya mah saya aja yang ngebunuh guru itu,tuman!" Ucap Dani dengan nada sedikit kesal.
"Ati - ati itu mulut Dan, ketauan pihak berwajib nanti bisa - bisa diciduk kamu." Ucap Randil.
"Sabodo Teuing lah. Emang uda dapet ganjaran yang setimpal. Vidio yang di share juga banyak cewe - cewe yang beda, padahal dia uda punya anak istri, gila." Ucap Dani.
"Iya si, tapi kalo diperhatiin lagi, itu vidio dishare pas malem, dan vidio itu ada di semua sosial media yang pak Jaya punya. Abis itu pagi - pagi buta udah ada berita di tv pak Jaya dibunuh." Ucap Randil.
"Terlalu bodoh kayanya kalo pak Jaya sendiri yang nge-share vidio aibnya sendiri. Apa itu perbuatan pembunuhnya?" Ucap salah satu teman kelas Enola yang sedang duduk di meja.
"Kalo emang iya ulah pembunuhnya, tujuan dia nge-share vidio itu apa?" Tanya Enola. Ia sangat baik sekali dalam bersandiwara.
"Buat sedikit menutup kasusnya kali, buat peralihan. Ucap Randil.
"Kalo iya tujuannya buat peralihan, terus buat apa dia bikin simbol huruf "A" kebalik di perut pak Jaya? Itu pasti inisial dari pembunuhnya." Ucap Dani.
"Bisa beranggapan kaya gitu kenapa Dan?" Tanya Enola.
"Saya suka nonton film genre Thriller gitu. Ada pembunuh yang kalo abis eksekusi korbannya, dia ninggalin jejak di korbannya. Entah itu barang bukti atau inisial dirinya." Ucap Dani.
"Psikopat ya ? Soalnya si pelaku ninggalin teka - teki di kertas gitu. Terus, dikaki pak Jaya itu katanya ada pisau berkarat yang nancep." Ucap Randil.
"Paket komplit psikopat itu." Ucap Dani.
"Ahhh lieur. Kita tunggu aja siapa pelakunya." Ucap Randil.
"Iya si. Tapi saya kalo ketemu pembunuhnya, saya pengen bilang makasih karena uda ngehilangin orang bejat itu." Ucap Dani. Anak kelas yang lain hanya terdiam.
"Udah - udah. Bentar lagi bel pulang nih. Mending beres - beres." Ucap Enola. Anak - anak yang duduk melingkar tadi membubarkan diri dan membereskan kembali kursinya.
"Sama - sama Dan." Gumam Enola.
Waktu sudah menunjukkan pukul 15:39 dan bel pulang sekolah sudah berbunyi. Anak - anak sekolah sudah mulai beranjak dari kelasnya menuju pintu gerbang untuk meninggalkan sekolah. Enola baru berjalan keluar menuju pintu kelas, dan diluar kelas sudah terlihat wanita cantik sedang. Berdiri menatap langkah Enola.
"Taa, kok kamu yang ke kelasku? Kanc aku yang janji ke kelasmu." Ucap Enola.
"Kamu lama,bisa lumutan aku." Ucap Tita dengan menaikkan tangannya ke pinggul.
"Baru juga bel." Ucap Enola
"Bodoo,gamau nunggu." Ucap Tita.
"Iyaiyaa. Yauda ayok capcus." Ucap Enola dengan nada sedikit melambai.
"Ihh sekarang kamu jadi cowo tulang lunak yaa. Capcus sist." Ucap Tita tertawa sembari berjalan mendekati Enola dan menggandeng tangannya.
Sesampainya mereka di tempat parkir, disana keadaanya cukup sepi. Hanya ada mang Deden,tukang bersih sekolah dikelas dekat parkiran.
"Mang Deden,ambil minuman dikantin. Buat mang Deden, saya traktir." Ucap Enola teriak.
"Siaaap,makasih Noo." Ucap mang Deden sembari berjalan menuju kantin.
"Tumben apa kamu traktir gitu." Ucap Tita.
"Uda biasanya kali. Buat trick juga." Ucap Enola.
"Trick apa ?" Tanya Tita.
"Trick ini niih..." Ucap Enola sembari memegang pipi Tita dengan telapak tangannya.
Enola mendekatkan wajahnya dan mencium bibir Tita. Beberapa detik, Tita terdiam kaku karena terkejut dengan apa yang sedang terjadi. Tita menjauhkan wajahnya.
"Enooo,malu ihh kamu. Ini diparkiran sekolah nanti kalo ada yang liat gimana." Ucap Tita dengan nada sedikit berbisik.
"Ya ngga gimana - gimana. Gada orang juga." Ucap Enola.
"Ishh kamu." Ucap Tita dengan senyum malunya.
"Yaudah, uda terlanjur ini." Ucap Enola sembari mendekatkan wajahnya dan mencium bibir Tita kembali.
Sesekali Enola mengigit bibir Tita. Begitupun sebaliknya. Mereka menikmati momen ciuman pertama yang dilakukan diparkiran sekolah itu.
"Udahh deh, nanti diliat yang lain gaenak." Ucap Tita.
"Iyaa. Makasih buat bibirnya!" Ucap Enola.
"Ihhh". Ucap Tita.
"Yauda yuuk jalan." Ucap Enola.
Mereka menaiki motor itu dan Enola mulai menarik gasnya. Hari yang tak terlupakan untuk Tita dengan momen yang barusan terjadi. Hari itu, pelukan Tita di motor lebih erat dari biasanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ENOLA DISORDER
Teen Fiction" Sayatan dileher adalah seni terbaik di dunia, jeritan mereka adalah suara terindah di alam semesta." Begitulah prinsip dari Enola seorang pemuda yang berubah menjadi Psycho karena kasus perceraian orang tuanya. Ia menutupi penyakitnya itu dengan h...