Part 13

2.6K 454 19
                                    

Malam kembali datang. Namjoon berkata bahwa akan lebih aman bagi mereka untuk bepergian pada malam hari karena mereka akan lebih sulit dikenali di balik bayangan kegelapan.

Mereka mencuri sebuah mobil yang berbeda dan meninggalkan mobil curian sebelumnya di dekat motel. Sebuah sedan kecil yang sama sekali tidak menarik perhatian. Namjoon mengendarai mobil itu dalam diam, sementara tubuhnya dipenuhi dengan ketegangan. Tatapannya hanya fokus pada jalanan gelap yang membentang di depan mereka.

"Apakah itu berhasil?" Tanya Seokjin, berusaha memecah keheningan yang telah menyelimuti mobil itu sejak tadi. Pada awalnya, Seokjin tidak berani mengajukan pertanyan itu. Mereka sama sekali tidak berbicara sejak pengakuan yang Namjoon ucapkan...

Aku mencintaimu.

Kedua tangan Seokjin mengepal di atas pangkuannnya. Seokjin belum menanggapi pernyataan Namjoon karena dia tidak tahu harus memberikan respon seperti apa, Seokjin menyukai kata-kata itu. Seokjin merasa jika bongkahan es di dalam dirinya mencair. Bongkahan es yang tidak Seokjin sadari telah menyelimuti hatinya entah sejak kapan. Perasaannya menghangat, dan Seokjin menemukan dirinya tersenyum ketika mendengar kata-kata itu.

Namjoon mencintainya.

Seokjin menyukai pengakuan itu.

Tapi... apakah dia juga mencintai Namjoon?

Seokjin tidak yakin. Terutama karena dia tidak mengerti apa itu cinta. Dia tidak memahami hal itu sepenuhnya. Dia mengenal rasa takut. Dia tahu rasa marah. Tapi cinta―apa arti dari kata itu? Bahwa dia memercayai pemuda itu? Ya, dia telah melakukannya. Dia memercayai hidupnya pada Namjoon dan Seokjin yakin Namjoon tidak akan mengecewakannya.

Atau, apakah artinya cinta itu adalah bahwa dia menginginkan pemuda itu?

Benar. Seokjin tidak bisa membayangkan bahwa dia menginginkan orang lain seperti dia menginginkan Namjoon.

Namjoon membuatnya merasa aman. Itu aneh, karena saat pertama kali Seokjin melihatnya, dia benar-benar takut pada Namjoon.

"Itu berhasil," jawab Namjoon dengan gumaman serak.

Seokjin menggigit bibirnya, "Tapi... kau tidak terlihat bahagia." Dan Seokjin merasa bingung karenanya. Dia ingin membuat Namjoon bahagia.

Apakah itu cinta? Ketika kau menginginkan seseorang yang penting bagimu merasa bahagia?

"Tidak semua kenangan itu indah, Seokjin."

"Oh..." Ya, tentu saja. Seokjin berdeham. "Beberapa kenangan tampak indah, dan beberapa tampak buruk."

Sekarang, Namjoon melirik ke arahnya, "Benar."

Seokjin mencoba tersenyum untuknya , tetapi Namjoon sudah memalingkan wajah dan kembali fokus pada jalanan. Sesaat, Seokjin mencari sesuatu untuk dikatakan, "Aku pikir... akan lebih baik untuk memiliki kenangan buruk juga. Lebih baik... daripada tidak sama sekali." Mengingat satu-satunya kenangan yang Seokjin miliki adalah kenangan buruk.

"Ya. Tapi menurutku, ada beberapa hal yang sebaiknya mungkin tidak kita ketahui."

Mereka berbelok ke kiri, meninggalkan Windsor. Sekarang, pemandangan di sisi jalan yang mereka lalui adalah gurun.

Namjoon mengerutkan kening ketika mendengar suara mesin lain di belakang mereka, dia melirik ke kaca spion.

Secara otomatis, Seokjin pun melirik ke belakang juga, mengikuti arah pandang Namjoon. Tetapi, hanya ada kegelapan yang menyelimuti jalanan di belakang mereka, lalu―

"Aku mendengar suara mesin," kata Namjoon dengan ketegangan yang menyelimuti suaranya.

Ya. Seokjin pun juga mendengar suara mesin di kejauhan. Tapi dia tidak melihat siapa pun.

Escape | NamJin ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang