Part 10

2.7K 464 44
                                    

"Naik ke meja periksa, Seokjin."

Penjaga bersenjata berada di sekelilingnya. Mereka membawanya keluar dari sel dan menyusuri koridor menuju ke sebuah laboratorium besar. Meja periksa telah berada di tengah-tengah ruangan itu dengan baki instrumen yang berada di sebelahnya. Seokjin sama sekali tidak menyukai pemandangan itu. Seluruh suasana itu mengingatkannya pada kamar rumah sakit di mana dia terbangun pertama kali.

"Tidak," gumam Seokjin. Dia melemparkan senyuman kepada para penjaga di dekatnya, tetapi mereka tidak balas tersenyum. "Aku sedang tidak berminat untuk diperiksa."

Penjaga yang berada paling dekat dengannya—seorang pemuda berambut hitam dengan warna mata hazel─melirik sekilas ke meja periksa. Tatapannya tampak fokus pada tali restrain yang melekat pada meja tersebut. Untuk sesaat, Seokjin bisa bersumpah dia bisa melihat simpati yang melintas di wajah penjaga itu

"Kau tidak punya pilihan," Jawaban tajam itu itu datang dari si penjaga kedua. Seorang pria bertubuh besar dan kekar dengan potongan rambut pendek. Dia mengeluarkan pistol sedative dan mengarahkan pada Seokjin. "Naik ke atas meja. Para dokter akan segera masuk."

Seokjin terus tersenyum di tempatnya bahkan saat dia berbalik ke arah si penjaga itu. Lalu─

Seokjin menyerang. Dia meninju wajah penjaga itu dan menendang tangannya hingga pistol yang penjaga itu genggam terlempar. Dia mendorong tinjunya lagi dan melayangkannya ke arah tenggorokannya. Pria itu tersentak, berdeguk, dan matanya melebar saat dia berjuang untuk bernapas. Pria itu terhuyung mundur, tidak bisa berteriak minta tolong. Sekali lagi, tinju Seokjin memukul rahangnya dan akhirnya ambruk.

Seokjin mengambil pistol yang tergeletak di lantai dan berbalik ke arah si penjaga berambut hitam.

Tapi saat itu, alarm berbunyi. Bergema di sekelilingnya.

Seokjin mendengar suara pintu yang perlahan bergeser menutup, "Sial, tidak!" Dia berlari ke sana, tetapi sudah terlambat. Pintu itu tertutup. Terkunci. Lagi-lagi, dia tersegel di dalam.

"Kau tidak akan bisa keluar," kata penjaga berambut hitam itu dengan tenang. Kontras dengan situasi di sekitar mereka. "Pintu kaca itu sangat kuat, sama seperti yang ada di selmu."

Seokjin berputar ke arahnya dan mengarahkan pistol tepat ke arah orang itu. Penjaga itu pun melakukan hal yang sama, membidik senjata tepat ke arahnya. "Kau lebih cepat daripada aku." Katanya, masih dengan nada tenang. "Apa kau melihat ventilasi yang berada di atas kita?" Tanyanya.

Tatapan Seokjin melesat ke atas.

"Jika aku jatuh, para penjaga yang mengawasi kita dari ruang keamanan akan melepaskan gas. Gas itu akan membuatmu lemah." Dia mengangkat bahu. "Itu mungkin akan membunuhku, tapi, hei, itu adalah risiko pekerjaan, kan?"

Orang-orang itu tidak akan segan membunuh pekerja mereka sendiri?

Oh ya, kenapa tidak. Mereka bahkan memainkan takdir Tuhan dengan membuat subjek apocalypse.

"Tapi aku tidak ingin mati," penjaga itu melanjutkan dengan tatapan serius. "Karena aku tidak akan kembali, aku tidak sepertimu."

Mereka terus melanjutkan pertikaian itu sambil mengarahkan senjata satu sama lain, sementara alarm terus berdenging.

"Kau tidak akan dibunuh, Seokjin. Mereka tidak akan melakukan hal itu padamu. Naik saja ke atas meja periksa. Hanya itu yang perlu kau lakukan."

Apakah Seokjin tampak seperti orang bodoh yang bisa dibohongi? "Jika aku naik ke meja itu, maka aku akan mati."

"Tapi kau akan kembali."

"Ingatanku akan hilang." Dia akan kembali pada kehampaan. Kekosongan yang absolut. Dia tidak akan mengingat apapun.

Escape | NamJin ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang