'Bangun dan sadarlah.'
Keping mata Seokjin terbuka saat kesadaran menyentak dirinya. Dia bangkit duduk dengan cepat dan menyadari jika dirinya berada di atas tempat tidur, lalu Seokjin menyingkap selimut yang membalut tubuhnya dan─
"Tenang," Namjoon berdiri di ujung tempat tidur sambil menyilangkan kedua tangannya di depan dada. "Kau aman."
Omong kosong. "Apa yang kau lakukan padaku?" Kemarahan menyeruak dalam suara Seokjin, dia menyipitkan mata memandangi Namjoon. "Kau membiusku."
Namjoon meringis, "Tidak."
Seokjin turun dari tempat tidur, tapi dia tidak mencoba menyerang Namjoon. Dia hanya berdiri di sudut tembok dan memelototi Namjoon, "Lalu apa yang sebenarnya kau lakukan padaku?" Borgol di pergelangan tangannya sudah dilepas, syukurlah. Begitu pula dengan gelang identitas pasiennya., benda itu tak lagi terlihat.
"Itu bagian dari kekuatanku, oke?" Namjoon menurunkan tangannya, "Semua subjek Apocalypse memiliki semacam bonus psikis, yeah... kau bisa menyebutnya begitu."
Kata-kata Namjoon membuat pelipis Seokjin berdenyut lagi.
"Kekuatanku adalah aku bisa melumpuhkan mangsaku tanpa menyentuh mereka. Aku bisa membuat mereka tidak sadarkan diri hanya dengan menyentuh pikiran mereka. Teknik yang sangat berguna ketika kau mencoba menyusup masuk ke dalam kamp musuh," Namjoon menggedikkan bahu. "Aku hanya perlu fokus pada pikiran mereka. Tapi itu akan menghabiskan energiku dengan cepat dan efeknya benar-benar menyebalkan."
"Mustahil."
"Tidak, itu benar-benar menyebalkan. Aku bahkan hampir tidak bisa berjalan setelah─"
"Kau mempermainkanku. Menceritakan hal-hal yang tidak masuk akal padahal kebenarannya adalah kau menculikku! Kau memborgolku, membiusku dan membawaku ke─ke─ya Tuhan, di mana aku berada?" Dengan panik, Seokjin menatap ke sekeliling ruangan. Tempat tidur di sisinya adalah king size. Jendela-jendela besar menampilkan pemandangan pegunungan yang tertutup oleh salju di kejauhan dengan bayangan matahari yang mulai terbenam.
"Kau ada di rumah tempat persembunyian kami. Hanya aku dan Taehyung yang tahu kalau kau berada di sini."
Itu berarti, tidak ada orang yang akan datang untuk menolongnya. Baik, Seokjin bisa menolong dirinya sendiri. Seokjin mulai memasang kuda-kuda, bersiap menyerang Namjoon.
"Jangan," Namjoon menggelengkan kepala. "Beri aku kesempatan untuk membuktikan semua perkataanku sebelum kau menyerang untuk memukulku lagi."
Hembusan napas Seokjin keluar masuk dengan cepat.
"Kita pernah berada dalam situasi seperti ini sebelumnya," Namjoon mulai menjelaskan, "Kau bangun, dan kau tidak tahu di mana kau berada. Kau tidak mengenal dirimu sendiri. Dan kau berpikir bahwa aku adalah ancaman." Namjoon menggeleng lagi. "Aku bukan ancaman."
Seokjin ingin memercayainya. Itu hal yang gila. Naluri di dalam dirinya sangat ingin memercayai Namjoon. Tapi... "Oh ya? Hal itu dikatakan oleh seseorang yang baru saja memborgolku."
Namjoon terlihat sedikit tidak nyaman dengan kata-kata itu, "Kau memukulku, mencuri mobilku dan melarikan diri. Lalu kau berniat untuk melibatkan polisi setempat. Aku harus mencegah semua itu." Dia menyilangkan tangan di depan dadanya lagi. "Dengar, Seokjin..."
Seokjin mengerutkan kening, "Kenapa kau menyebut namaku seperti itu?"
Sebelah alis Namjoon terangkat, "Seperti apa?"
Dengan lembut juga perasaan sayang. Penuh kepedulian. Tetapi pada akhirnya, Seokjin hanya diam.
Ketika Seokjin tak juga bersuara, Namjoon menggedikkan bahu. "Seokjin," kali ini, suaranya tegas. "Kau adalah bagian dari program eksperimen pemerintah. Proyek Apocalypse. Kau pernah menjadi pilot Angkatan Udara yang luar biasa tetapi kau mengajukan diri sebagai volunteer dalam proyek tersebut." Dia berdeham, "Kita semua adalah volunteer."
KAMU SEDANG MEMBACA
Escape | NamJin ✓
FantascienzaKim Seokjin menghilang dari fasilitas Umbrella, dan Namjoon diberi misi untuk memburunya. Namun ketika Namjoon berhasil menemukannya, lagi-lagi Seokjin kehilangan memori. ©Lazarus Project Raising, Resident Evil