2. Dilution

281 34 6
                                    

Kini Satya sedang dalam perjalanan mengantar Chaca pulang. Meskipun tadi dia sudah dirumahnya, tentu saja dia harus mengantar pacarnya pulang.

Satya bingung, selama perjalanan itu Chaca sama sekali tidak berbicara.

Biasanya Chaca selalu memulai suatu obrolan, walaupun hanya sebentar ataupun hanya sekedar melakukan obrolan ringan.

"Cha.." panggilan Satya tidak dihiraukan.

"Chaca.." gadis itu masih tidak menghiraukan Satya.

"Cha... Chaca...." untuk yang ketiga kalinya Satya memanggil, Chaca masih tidak menjawab, membuat Satya mengurangi kecepatan menyetirnya dan memindahkan mobilnya ke jalur lambat.

Tidak habis ide, Satya menepuk pundak kanan Chaca.

"Cha.."

"Eh iya kak? Kakak manggil aku?"

"Kamu ngelamun?" lalu Chaca menggelengkan kepala.

"Kamu lagi mikirin apa sih, Cha?"

"Nggak kok, aku nggak lagi mikirin apa2" namun Chaca sama sekali tidak menatap Satya, membuat Satya makin curiga.

Langit sudah makin gelap, namun Satya justru menepikan mobilnya pada tepi jalan yang terbilang cukup sepi.

Tapi mau bagaimana lagi, Satya harus menanyakan tentang lamunan Chaca tadi.

"Cha, cerita sama aku. Kamu kenapa? Apa yang kamu pikirin?"

Chaca terdiam beberapa saat, dia menatap Satya dalam-dalam, membuat lelaki itu menafsirkan tatapan itu.

Namun tiba2 Chaca terkekeh, membuat kekasihnya itu bingung.

"Aku suka deh kalo Kak Satya kayak gini" senyum Chaca yang awalnya tak terlihat pun mengembang, membuat Satya makin bingung.

"Kayak gimana?"

"Ya kayak gini, bingung kalo pas aku lagi ngelamun" ucap Chaca sambil tersenyum singkat.

"Ya jelas dong, mana ada orang yang nggak bingung kalo pacarnya ngelamun sampe kayak gitu"

"Iya sih, tapi aku suka kalo kakak kayak gitu"

"Emangnya apa yang bikin kamu suka?"

"Bukan suka di bingungnya sih, tapi kalo kakak bingung kan berarti kakak khawatir sama aku. Dengan kakak khawatir, aku jadi yakin kalo perasaan kakak ke aku itu nggak berubah" Chaca tersenyum kecut.

"Hei, kamu kok ngomong kayak gitu sih?" Satya langsung menggenggam tangan Chaca dan mengaitkan tatapan matanya pada bola mata Chaca.

"Kamu nggak boleh ngomong kayak gitu lagi, karena perasaan aku ke kamu nggak akan pernah berubah"

"Kalo boleh aku jujur, sampe saat ini aku masih kepikiran tentang yang dibilang a--"

Satya seakan sudah tau apa yang akan diucapkan Chaca, dan dia benar2 tidak ingin mendengar hal itu, jadi Satya menghentikannya.

"Aku kan udah bilang, nggak usah mikirin apa yang mereka bilang. Jadi kamu nggak usah takut, karena perasaan aku ke kamu nggak akan pernah berubah"

Seperti sihir, senyuman manis Satya mampu membuat Chaca mengembangkan senyumnya kembali.

"Makasih kak, udah mau ngeyakinin aku terus" lalu Satria mengangguk.

"Ohya, kamu kenapa tadi? Lagi kepikiran tentang apa?"

"Emm.." hanya itu jawaban dari Chaca.

"Kalo belum mau cerita juga nggakpapa, tapi jangan sampe ngelamun kayak tadi, nggak baik" kemudian Chaca berdehem.

PERFECT [Cho Seungyoun and Lee Chaeyeon] ✔ | 2nd of FLASH SERIES I AUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang