9. Rejection

206 38 2
                                    


"Aku udah punya kamu, dan sampe kapanpun nggak akan ada yang bisa gantiin kamu"

"Kamu percaya sama aku, kan?"

Chaca terdiam sejenak.

Dia bingung, apakah dia harus senang atau bagaimana?

Dia belum bisa sepenuhnya yakin dengan apa yang Satya katakan. Tentu saja, dia masih terheran-heran dengan penjelasan Satya.

Kenapa Satya baru menjelaskannya sekarang?

"Tadi Kak Satya bilang kalo nggak kasih tau Sherlyn tentang Yuna, terus kenapa dia bisa ada disini?"

"Aku nggak tau, Cha. Daritadi aku sibuk ngurus administrasi kepulangan Yuna, aku aja baru tau kalo kalian bertiga kesini"

Kemudian tatapan Satya beralih menuju pada Sherlyn.

"Lyn, tolong jelasin ke kita semua, biar nggak ada salah paham. Kamu tau tentang Yuna dari siapa? Kok kamu bisa sampe sini?"

Namun gadis itu hanya diam, seakan tak mau menjawab pertanyaan Satya.

"Jawab, Sherlyn!" sangat tidak terduga, Satya membentak Sherlyn.

Gadis yang Satya bentak itu langsung tersentak kaget, seakan tak percaya kalau lelaki dihadapannya akan melakukan hal itu padanya.

Kemudian Satya mengalihkan pandangannya pada Jeremy yang saat ini sedang memegangi bahu Sherlyn, badan gadis itu melemas saat mendengar sentakan tadi.

"Jer, gua minta maaf banget sama lu. Kali ini gua nggak bisa santai sama adek lu"

"Ini udah yang kedua kalinya kejadian hal kayak gini, dan gua mau ini jadi yang terakhir, gua nggak mau lagi bikin Chaca salah paham"

Jeremy hanya menanggapi ucapan Satya dengan tatapan mata yang mengisyaratkan sesuatu. Lalu lelaki itu juga menganggukkan kepalanya, seakan mengiyakan Satya.

"Sherlyn, tolong jujur sama kita semua, kamu tau tentang Yuna dari mana?" Satya tau, gadis yang ia tanyai masih dalam keadaan kaget akibat perbuatannya, jadi dia menurunkan kembali nada bicaranya.

"Lyn, ayo bilang..." ucap Jeremy pelan pada Sherlyn.

"Tadi aku denger pas Kak Jeremy dikabarin Kak Satya lewat telpon. Jadi aku putusin sendiri buat jenguk Yuna" jawab Sherlyn pelan.

Satya bernapas lega, dia langsung kembali menuju Chaca, lalu meraih tangan gadisnya itu kembali.

"Cha, kamu denger kan? Dia kesini sendiri, bukan aku yang bawa dia kesini. Lagian aku nggak akan bawa dia kesini kalo aku belum bawa kamu dulu, aku--"

"Kak Satya..." lirih gadis yang Jeremy tahan badannya, membuat Satya tidak selesai berucap.

Gadis itu mengokohkan badannya agar kembali berdiri tegak lalu berjalan perlahan menuju Satya.

"Kenapa cuma Kak Chaca, Kak Chaca, dan Kak Chaca terus yang Kak Satya pikirin?"

"Kenapa Kak Satya nggak pernah mikirin aku? Kenapa Kak?" mulai terdengar suara isakan dari lirihan gadis itu.

"Sherlyn, kamu harus inget kalo Chaca ini pacar aku. Jadi wajar dong kalo aku mikirin dia terus, aku juga harus jaga perasaan dia yang udah sayang sama aku"

Mendengar pertikaian antara Satya dan Sherlyn membuat Chaca mulai percaya pada lelakinya.

"Terus aku gimana, Kak? Nggak cuma Kak Chaca yang sayang sama Kakak, tapi aku juga"

"Tapi hati aku cuma buat satu orang, Lyn. Dan itu buat Chaca, bukan buat kamu"

Ucapan Satya kali ini bagaikan pain killer untuk hati Chaca. Rasa sakitnya mulai reda saat mendengar Satya barusan.

PERFECT [Cho Seungyoun and Lee Chaeyeon] ✔ | 2nd of FLASH SERIES I AUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang