Ritual

1.3K 119 0
                                    

Freya menatap dirinya melalui pantulan cermin, dia mengusap gaun merah maroonnya. Gaun yang dia kenakan indah, sangat indah malah. Gaya kunonya malah menambahkan kesal glamour dan indahnya gaun itu.

"Sebenarnya, apa semua ini? Jika benar bukan mimpi, lalu aku dimana?" Freya mengusap wajahnya yang berada dalam pantulan cermin,

"Rambut ini juga, sejak kapan rambutku berubah seperti ini."

"Yang mulia." Freya menoleh, dia mendapati beberapa maid yang mengurusnya tadi. Kembali masuk ke kamar,

"Ritual akan segera dilaksanakan, mari kami antarkan ke tempatnya." Freya menaikkan sebelah alisnya, sebenarnya ritual apa.

Karena di tarik, Freya mengikuti langkahnya para maid itu. Sebenarnya ritual apa,

Tiba-tiba mata Freya membelalak, jangan-jangan dia akan dijadikan tumbal? Freya menatap lorong yang sepi, besar, sunyi, dan mencengkam.

Saat Freya hendak berbalik pergi, dia tidak bisa. Karena dia sudah di cekal dua maid, di sampingnya. Dia tidak bisa melawan, dia terus saja di tarik ke lorong yang semakin gelap.

"Yak! Apa yang kalian lakukan? Lepaskan aku, aku tidak mau jadi santapan dewa kalian!" Freya terus protes, namun ucapannya sama sekali tidak dihiraukan. Mereka tetap saja menarik Freya,  Freya pasrah. Dia hanya terus berdoa di dalam hati agar tidak terjadi hal buruk padanya.

Saat memasuki sebuah lapangan besar, Freya melongo. Terkagum-kagum betapa indahnya lapangan itu. Bahkan lebih pantas di sebut taman yang luas,

Lapangan itu berbentuk lingkaran, pinggirnya dikelilingi tembok tinggi dari berbagai macam bunga yang tumbuh dengan indah. Rumputnya lapangan itu cukup tinggi dan berwarna hijau yang menyejukkan mata, serta di tengah lapangan itu terdapat panggung kecil setinggi kira-kira satu meter.

Freya menatap orang-orang yang sedang bersujud mengitari panggung itu, di sana berdiri seseorang. Setelah mendekati tangga panggung itu, Freya di lepaskan.

Dia hendak berbalik untuk berlari, tapi saat pandangannya bertemu dengan mata birunya Zeus. Freya terdiam, hingga tanpa Freya sadari.

Freya berjalan menapaki satu persatu tangga, untuk naik ke atas panggung yang dia kira kecil yang ternyata besar.

Zeus menggenggam telapak tangannya Freya,

"Cukup ikuti perintahku," Freya berkedip, tidak mengerti maksud perkataan Zeus.

"Tidak akan sakit, tidak akan terjadi hal buruk. Cukup ikuti perintahku, maka semuanya akan selesai dengan cepat."

"Apa semua ini?"

"Setelah ritual ini selesai, kau akan mengetahuinya." Freya masih menatap Zeus dengan tatapan bingung.

Tapi ketika Zeus menariknya agar duduk di batu putih seperti bongkahan es itu, Freya menurut.

"Akh!" Freya berjengit, merasakan betapa dinginnya batu itu saat menyentuh kulitnya.

"Tidak apa-apa, ini batu giok putih. Kau berbaringlah di atasnya." Freya melotot, bagaimana bisa di tidur diatasnya. Kulit tangannya yang baru saja menyentuhnya saja sudah merasakan dinginnya batu itu.

"Kau mau membuatku mati membeku?!" pekik Freya kesal, Zeus menghela nafas.

"Tak apa, aku mohon turuti saja. Itu tidak sedingin seperti yanh kamu fikirnya." Freya melotot, orang di depannya ini sudah gila.

Zeus menghela nafas, dia membopong Freya dan menidurkannya di atas batu giok putih itu.

"Tahan saja, setelah ini batu ini akan menghangat." Freya menyerngit merasakan betapa dinginnya batu itu. Tapi entah kenapa, Freya tetap diam berbaring diatas batu itu.

Menatap langit hitam yang terhampar luas di atasnya, langitnya begitu kelam tanpa satupun bintang. Freya mengerutkan keningnya, seharusnya bukankah ini masih siang?

"Dia pengantinku, dia takdirku. Kakek, izinkan dia menjadi bagian dari dunia ini secara seutuhnya. Agar dataran ini tetap seimbang." Freya menatap bingung pada Zeus yang berbicara mendongak ke atas menatap langit yang hitam.

Freya kembali menatap langit, dan saat itulah muncul sebuah petir yang besar di atas langit.

"Akh!" Freya memekik terkejut, tapi anehnya dia tidak menutup kedua matanya. Bahkan Freya hanya menutup kedua telinganya.

Aneh, Freya ingat betul refleksnya ketika dia mendengar petir. Bagaimana bisa dia kali ini tidak menutup kedua matanya?

Suara petir terus saling bersahutan di atas langit sana,

"Jangan takut," Zeus menunduk, mendekati wajahnya Freya. Dia mengecup dahinya Freya lama,
Freya bisa merasakan wajahnya terbakar karena malu.

Zeus mengangkat wajahnya, menarik Freya agar duduk.

"Tahan sedikit, ini akan sedikit menyakitkan." kedua mata Freya berkedip bingung, namun kedipannya berubah menjadi pekikan dan umpatan setelah Zeus menggenggam pergelangan tangan kirinya.

"Akh! Sakit!" Freya menatap pergelangan tangan kirinya, tak lama kemudian. Darah segar keluar dari pergelangan tangan kirinya yang masih di genggam Zeus.

Freya masih terus merintih kesakitan, apalagi dia merasa ngeri melihat darah yang mulai mengalir membasahi batu giok.

Zeus melepaskan cengkeraman tangannya,

"Maaf," Zeus menunduk, mengecup pergelangan tangannya Freya yang memar karena ritual.

"Sakit bodoh! Apa yang kau lakukan?!" Freya menatap pergelangan tangannya yang memar, dia kesal.

"Maaf, aku lupa jika kau bukan dari duniaku. Mungkin itu yang membuatnya begitu terasa sakit, padahal biasanya hanya meninggalkan jejak warna merah." Freya berdecih kesal, tapi di sisi lain Freya merasa heran.

Bukankah tadi ada darah? Namun kenapa tangannya tidak sobek atau mengeluarkan darah lagi? Bahkan pergelangan tangannya hanya terlihat seperti memar akibat terbentur benda keras.

"Sebenarnya apa ini semua?" Freya menatap serius pada Zeus,

"Setelah batu ini berwarna merah seluruhnya, tandanya akan muncul." Freya menatap batu giok yang dia duduki, mata Freya membulat dengan sempurna.

Benar saja, batu giok yang tadinya berwana putih. Kini perlahan-lahan, berubah warna menjadi merah. Semerah darah, tidak. Tidak mengerikan, namun malah indah. Layaknya berlian berwarna merah, sangat indah.

                    Perak, 18 oktober 2019

===========================

Maaf dan makasih juga yang masih tetep mau baca. Maaf karena updatenya lama banget, soalnya yah aku gk bisa pegang hp terus. Jadi ya nggk bisa up terus.

Tapi gegara kemaren moodku lagi bagus banget, aku hari ini sempetin buat up.


Ini loh yang bikin aku mood banget, bahkan senyam-senyum seharian. Bahagia banget, baru bucin2nya sama oppa. Eh, waktu komentar di postingannya. Komentarku di like. Rasanya kek dia ngebalas rasa cintaku 😂😂 lebay.

Lucid Dream [On Going "Slow Update"]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang