Musim hujan memang mempengaruhi udara, udara kota yang biasanya hangat terkesan panas. Kini menjadi dingin, bahkan anginnya cukup kencang ketika hujan akan turun.
Freya mengetuk-ketukkan ujung sepatunya pada trotoar jalan, menghela nafas bosan. Sebenarnya dia bisa saja langsung pulang setelah dari unit kesehatan tadi, namun karena Dion mengirimkan pesan jika dia akan menjemput. Maka Freya masih berdiri di pinggir jalan, dekat halte bus di depan universitasnya.
Dirinya masih merasa kesal, karena mimpinya atau entah apa sebutannya. Yang jelas yang terjadi pada alam bawah sadarnya, padahal tinggal sebentar lagi dia akan mengetahui alasan dia selalu tertarik kedunia aneh itu.
Freya menghela nafas, sebuah bunyi klakson mobil membuat Freya mendongakkan kepalanya yang sejak tadi menunduk.
"Maaf, tadi cafeku ramai." senyum Freya langsung terbit, Dion melangkah, memeluk Freya erat. Dengan senang hati Freya balas memeluk Dion sama eratnya.
"Ah, leganya. Aku sangat merindukanmu, akhir-akhir ini banyak kejadian yang membuat kita jadi jarang bertemu." Dion mengecupi puncak kepala Freya dengan lembut, Freya semakin menduselkan kepalanya pada dada bidangnya Dion yang selalu nyaman ketika dia peluk.
"Dion?"
"Ya?" Dion menundukkan kepalanya, menatap Freya dengan tatapan lembutnya.
"Kita akan sampai kapan berpelukan seperti ini? Bukankah kau ingin mengantarkan aku pulang?" Dion mendongakkan kepalanya, terkekeh. Bukannya melepaskannya, dia malah semakin mempererat pelukannya pada Freya.
"Sebentar aku masih ingin memelukmu." Freya yang sudah nyaman dengan posisinya hanya mengangguk mengiyakan.
****
"Kuliahmu lancar?" Freya menoleh, mengembangkan senyumnya pada Dion.
"Lancar, sebentar lagi juga aku akan wisuda."
"Syukurlah," Dion balas menatap Freya senang,
"Kenapa?" Freya menatap aneh pada Dion yang menatap jalan di depannya dengan girang.
"Kau tau, aku selalu mengkhawatirkanmu. Kau kuliah juga bekerja, dan lagi akhir-akhir ini kau sering pingsan bukan? Bagaimana jika kita cek kesehatanmu ke rumah sakit dulu?" Freya menggelengkan kepalanya dengan cepat,
"Tidak, tidak perlu. Ini hanya faktor kurang tidur mungkin."
"Kau yakin?" Freya tersenyum, menyentuh bahunya Dion.
"Ya, aku baik-baik saja. Oh, adikmu sudah baikan?" Freya menggigit bibirnya merasa bersalah ketika melihat tangan Dion mencengkeram kemudi dengan kuat.
"Dia kehilangan kaki kanannya," geram Dion tajam, Freya merinding mendengarnya.
"Aku ingin menjenguknya boleh?" Freya menatap Dion ragu-ragu, namun melihat tatapan tajam Dion ditujukan padanya. Freya bungkam, mengalihkan pandangannya. Dion dalam keadaan kalut, dan Freya benci itu.
Karena ketika kalut, Dion seperti menjadi orang lain. Dan itu sangat menakutkan baginya, dirinya yang biasanya melihat Dion si lemah lembut penuh perhatian. Berubah menjadi Dion yang terlihat kejam dalam seketika.
"Kau tidak turun?" Freya mendongakkan kepalanya, menatap keluar mobil. Benar saja ini sudah berada di depan gedung apartemennya. Freya bergegas keluar, ketika dia akan membuka pintu. Gerakannya tertahan tangannya Dion,
"Maafkan aku, kalau kau ingin menjenguk kapan-kapan saja. Saat ini dia masih belum menerima keadaannya, itu bisa menjadi tekanan bagi dirinya jika kau datang." Dion mengucapkannya dengan lembut, Freya tersenyum. Balas menggenggam tangannya Dion.
"Tak apa, aku yang minta maaf. Hati-hati di jalan," Dion mengangguk, Freya melangkah keluar dari mobil.
"Jika kau pingsan lagi dan ingin ke dokter, hubungi aku." Dion melongokkan kepalanya agar terlihat Freya, Freya hanya menganguk mengiyakan.
Setelah mobil Dion menjauh, Freya membalikkan badannya. Berjalan memasuki gedung.
"Freya!" Freya menoleh tersenyum ramah melihat satpam gedung apartemennya berlari menuju dirinya.
"Iya, ada apa pak?"
"Ini tadi ada titipan dari pamannya," satpam itu menyerahkan sebuah kotak berwarna coklat. Freya menggertakkan giginya geram, namun tetap mengambil kotak itu.
"Terimakasih," Freya mencoba tersenyum dengan baik, namun dia segera berbalik setelahnya. Dia berjalan dengan cepat menuju apartemennya.
Setelah memasuki aprtemen, dia langsung melemparkan kotak iti kedalam tong sampah di apartemennya. Seolah-olah jika dia memegang kotak itu terlalu lama, akan ada penyakit yang menular darinya.
Freya menatap benci pada kotak itu, dia tidak tau apalagi isi dari kotak yang sama dengan kotak-kotak sebelumnya. Namun dia tau jelas, di dalam kotak itu ada surat. Surat dari pamannya yang selalu berisikan hal yang sama.
Yang akan membuat Freya kembali teringat masa-masa yang dia benci ketika hidup bersama pamannya.
"""""""TBC"""""""
Perak, 16 Januari 2020Maaf banget buat yg baca cerita ini, karena udah 2 bulan gk update. Baru sempet soalnya, terimakasih pkoknya yg udah mau baca. Terutama yg ninggalin jejak juga vote. Aku usahain untuk bbrapa kali update ditengah kesibukanku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lucid Dream [On Going "Slow Update"]
Fantasy"Aku akan mendapatkanmu, dimanapun kau berada. Pengantinku," =Zeus Jackson= Disaat kehidupannya mulai akan sempurna, kekasih yang dia tunggu selama setahun melamarnya. Freya malah merasakan mimpi aneh yang selalu menariknya ke dunia seperti dongeng...