Alanis dan kedua sahabatnya sedang makan di kantin ketika melihat David muncul dan duduk bergabung dengan mereka. Alanis hanya menampilkan senyum tipis. Berbeda dengan kedua sahabatnya yang antusias menerima David.
“Al, gue pengen ngomong sama lo,” ucap David setelah tersenyum pada Evelyn dan Kayonna. “Masalah tadi pagi.”
Alanis tidak menyahut. Dia hanya memandang David sekilas. “Gue ngerti kok, Vid,” kata Alanis tidak ingin berdebat hanya karena nasi goreng. Meskipun intinya bukan bekal, namun pengalihan nasi goreng yang mulanya untuk David tapi justru dimakan Prissa.
“Gue nggak mau lo salah paham.”
Alanis meletakkan sendok garpunya dengan tenang. Dia menghela napas panjang kemudian menjawab, “Lo tenang aja. Gue paham lebih dari yang lo kira. Ya udah, gue duluan ya. Gue tadi diminta ke perpus sama Pak Alvian,” lanjutnya pada Evelyn dan Kayonna. Kedua sahabatnya itu hanya mengangguk.
“Emang ada masalah apaan sih?” tanya Evelyn ingin tahu setelah Alanis pergi.
“Nggak penting, lupain aja. Oh ya, Ev, nanti ada acara nggak?”
Evelyn yang ditanya langsung melirik tidak enak pada Kayonna. Sedangkan Kayonna seperti menahan kejengkelan karena David lebih dulu mengajak Evelyn. Saat itu Alex datang tanpa diundang sebelum Evelyn membuka suara.
“Halo, cewek-cewek cantik,” sapa Alex kemudian menyambar lumpia yang ada di hadapan Kayonna.
“Heh, kalau lo nggak tanya itu makanan milik siapa, gue anggep lo nyolong.” Kayonna berkata judes. Seketika Alex pura-pura terbatuk-batuk.
“Ini punya lo kan, Yon. Gue minta satu ya,” ucap Alex dengan wajah memelas tapi kemudian cowok itu tertawa dan kembali menggigit lumpis di tangannya. “Bye the way, lo sekarang lagi deketin siapa sih, Vid? Perasaan semua cewek lo deketin.”
“Brengsek lo! Gue itu baik sama semua temen gue. Nggak beda-bedain,” ucap David pedas, kesal karena Alex bertanya di depan Evelyn dan Kayonna. Alex hanya tertawa mendengarnya. Sekarang perhatian David kembali pada Evelyn. “Gimana, Ev, yang tadi?”
“Sebenarnya gue mau ke lokasi shooting nanti sepulang sekolah. Emang ada apa?”
“Gue pengin beli komik lagi. Kayaknya seru kalau bareng lo.”
“Kalau cuma sebentar gue bisa.”
“Lo berangkat sekolah naik apa tadi?”
“Kebetulan tadi dianter.”
“Oke, kalau gitu nanti pulang bareng gue, ke toko buku sekalian gue anter ke lokasi shooting, gimana?”
“Boleh deh,” jawab Evelyn cepat, takut David berubah pikiran.
“Udah, lo nggak usah khawatir, Yon. Lo bisa pulang bareng gue.” Alex menggoda.
“Nggak pernah mimpi gue pulang bareng lo. Gue bawa mobil.”
Alex hanya cengengesan. “Dari pada lo suntuk karena sohib lo mau jalan sama cowok.”
“Nggak usah sok baik lo,” David ikut nimbrung. “Besok gue mau beli bola basket, gue akan ajak Kayonna.”
Kayonna terpaku di tempat mendengar keberanian David dalam mengajak dirinya dan Evelyn di tempat yang sama. Ini benarkah David yang tidak peka mempermainkan perasaan cewek-cewek atau hanya mereka yang terbawa perasaan?
Kayonna menggeleng sebentar, bukan menolak tapi berpikir lebih serius. Sepertinya ini harus dibicarakan lebih matang dengan kedua sahabatnya, supaya tidak terjadi kesalahpahaman. Begitu pendapatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Eleventh
JugendliteraturAlanis melakukan berbagai upaya untuk menghalangi siapa pun yang akan mencelakai kakaknya, dari dendam beberapa orang akibat ulah kakaknya sendiri. Keterlibatannya dalam masalah itu, menyeretnya untuk mencari tahu siapa otak dari semua peristiwa yan...