15. Masalah Evelyn

173 19 0
                                    

Mereka berdua di taman belakang sekolah, tempat paling aman untuk membicarakan sesuatu yang serius. Tempat yang jarang didatangi oleh siswa karena halamannya kurang terpelihara. Tempat di mana Alanis pernah melihat Adam merokok.

Di sampingnya, David diam membeku dengan kedua tangan berada dalam saku celananya. Alanis menunggu dengan cemas apa yang akan dilontarkan oleh David. Dia harus menunggu lima menit sampai David menoleh padanya.

“Gue lihat lo sama Adam malam itu.”

Jantung Alanis menggedor keras, ternyata David melihat dirinya dan Adam saat menghabiskan malam minggu berdua. Lalu mengapa terjadi seperti ini? Dia merasa seperti sedang tertangkap basah karena berselingkuh. Apa sebenarnya yang ada dalam hati dan pikiranmu, Vid?

“Kenapa kalian lari dari gue?”

“Gue... gue nggak lihat lo, Vid.” Alanis berucap tergagap.

“Adam lihat gue.”

Alanis tak tahu harus berkata apa. Tidak mungkin dia mengungkapkan jika Adam menyeretnya menjauh supaya David tidak menemuinya. “Lo marah, Vid?”

“Menurut lo?”

“Kenapa lo harus marah, Vid?” tanya Alanis mendongak untuk mencari tahu makna dari wajah datar David. Dia sering bingung dengan sikap David padanya, kadang ceria kadang pula menegangkan seperti ini.

“Menurut lo gue nggak pantes marah sedangkan kita udah sedekat ini?”

“Tapi lo juga deket sama cewek-cewek lain,” sergah Alanis tak sabar.

David mengerutkan kening. “Cewek-cewek lain?”

“Dengan Evelyn, Kayonna, dan juga... Prissa.”

David tertawa ringan. Cowok itu menunduk kemudian menatap Alanis kembali. “Kalau gue nembak lo, lo terima gue nggak?”

Alanis tercekat mendengar penuturan David yang tanpa beban. Bukan perkataan David yang membuatnya kemudian melongo keheranan. Tapi cara bicara David seperti hanya perumpamaan saja. Bukan kesungguhan dalam menyatakan perasaannya.

“Maksud lo apa, Vid?” Alanis tak ingin salah sangka dan terlalu terbawa perasaan sehingga nantinya akan membuatnya malu. Jadi lebih baik kalau dia memastikan dari sekarang.

“Gue lagi ngedeketin lo sekarang.”

Alanis seperti melayang di udara. Hati dan pikirannya mengarah ke suatu tempat yang di dalamnya terdapat kebahagiaan. Hati gadis itu berbunga-bunga. Akhirnya cowok yang diidamkannya selama ini berkata jujur bahwa sedang mendekatinya. Lalu bagaimana perasaannya sekarang?

“Gue...”

“Pelajaran Kimia udah dimulai lima belas menit yang lalu.” Sebuah suara mengejutkan Alanis. Spontan gadis itu menoleh dengan cepat dan mendapati Adam berada tak jauh dari tempatnya berdiri.

Setiap kali melihat Adam, setiap itu pula Alanis teringat akan ciuman curian yang dilakukan Adam beberapa malam yang lalu. Tak bisa dipungkiri bahwa dia tidak bisa tidur semalaman karena teringat akan ciuman pertamanya itu. Entah kenapa dia hanya kesal sesaat atas perbuatan Adam yang bisa dikatakan cukup lancang mencuri ciuman diwaktu yang tak tepat. Tanpa disadarinya, malam itu Alanis tersenyum malu jika mengingatnya.

Adam mendekati Alanis kemudian dengan berani meraih pergelangan tangan gadis itu dengan pandangan tajam kepada David.

“Gue belum selesai sama dia.” David tidak mau kalah. Cowok itu gemas melihat pegangan Adam yang begitu posesif.

“Gue anggep selesai karena ini udah jam pelajaran.”

“Emang lo apanya dia sampai berani ngatur-ngatur waktunya?” David tersulut amarah. Sedangkan Adam menghadapi dengan tenang.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 17, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The EleventhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang