Satu

5 0 0
                                    

Satu per satu murid mulai turun dari mobil pribadi mereka dan berlari. Begitu juga dengan Pelangi Yann Hezekiah. Cewek itu tahu kalau terus menunggu mobilnya untuk tiba di lobi sekolah sama saja dengan mati.

"Pak Sarmin, aku udah telat, duh kenapa semua orang dianter pake mobil sih!" pamitnya.

Sialnya, mobil Pelangi berada di barisan paling belakang sehingga menyisakan dirinya untuk berlari sendirian. Siapa yang jaman sekarang tepat waktu datang ke sekolah?

"PAK! Jangan ditutup! Please bukain dong! Aku ada ujian kimia nih!" pinta Pelangi sambil menggoyang-goyangkan pintu gerbang.

Sebenarnya tidak mungkin bergoyang karena pintu itu besar dan tinggi. Menjulang sangat kokoh. Bagaimana kalo cewek itu melompat atau memanjat? Oke ini bukan cerita superhero. Pelangi tetap memohon walau sia-sia. Tidak mudah meluluhkan hati penjaga sekolah yang sudah tua itu karena kelamaan berkuasa disana! Kepanikannya terus meningkat dibalik pintu gerbang sekolah yang menghalanginya masuk. Sesekali Ia melihat jam tangan dan itu menambah kepanikannya.

"Aduh non, lagian kenapa pake telat sih udah tau ada ujian," ejek Pak Lasmi yang duduk santai sambil memainkan ponselnya.

"Pak ayolah!" Rengek Pelangi menyatukan kedua tangannya memohon. "Nanti aku beliin makan siang deh, ya ya ya? Mau ya?! Pak Lasmi boleh pesen apaaaaaa aja!"

Pak Lasmi seakan tergoda berdeham termakan rayuan Pelangi. "Tapi belinya pake aplikasi ya Non. Apa tuh Namanya? E, em... O-food? O..?"

"Goal-food!" potong Pelangi. "Bapak bebas mau apa aja nanti aku beliin. Serius bukain, please."

Dengan senyum lebarnya yang memamerkan dua gigi ompong didepan, Pak Lasmi bersedia membukakan pintu gerbang. Pelangi mundur lima langkah sambil menunggu pintu dibuka dengan lebar, kemudian ia langsung  melesat masuk dengan berlari.

"MAKASIH PAK!" teriak Pelangi tanpa menoleh.

"Non! Ini hari KAMIS bukan JUMAT!" seru Pak Lasmi sambil tertawa. Pria tua itu hanya menggelengkan kepala melihat tingkah Pelangi.

Bel Sekolah berbunyi nyaring memenuhi setiap lorong dan semua murid buru-buru masuk ke dalam kelas. Pelangi terus berlari menuju kelasnya di lantai tiga, 11 IPA 2. Pagi ini terasa sangat panjang untuk cewek itu. Bangun telat, mata sembab, rambut berantakan dan sekarang harus mengejar waktu! Sial sekali pagi ini!

Jantungnya berpacu cepat tidak beraturan mengikuti langkah kakinya. Ia sudah terengah-engah menaiki tangga. Sesekali Pelangi harus berhenti untuk mengatur napas kalau-kalau ia nanti pingsan sebelum tiba di kelas.

Senyum cerah kini mengembang di wajah Pelangi karena sepuluh meter lagi Ia akan tiba di depan pintu kelasnya, 11 IPA 2.

"BU WATI!" teriaknya saat sampai di depan pintu kelas.

Pelangi yang terengah-engah terkejut setengah mati melihat kelasnya kosong. Tidak ada guru ataupun teman-temannya di dalam kelas. "Mampus! Gue kena prank?!" umpat cewek itu yang menghentakkan kakinya ke lantai.

Pelangi berjalan masuk ke dalam kelas sambil menggigiti kukunya. Ia duduk di kursi kedua terdepan, meletakkan ransel dan duduk kebingungan. Sesaat kemudian ponselnya bergetar, ia merogoh benda itu dari saku kanan roknya. Puluhan pesan sudah masuk dan membuat Pelangi mengerutkan kening.

DeclutteringTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang