--
Kotanya ramai akan sunyi
Dari kejauhan banyak lalu lalang tanpa sapa
tegap seperti tak bernurani.Abu-abu
Pucat
Bibir menyungging sinis melihat seseorang bergairah.Dia.
Warnanya cerah, nyala damai didalamnya.
Namun kota ini enggan rasa.
Dia terkurung padatnya lalu lalang hampa.Dia mencoba memekak.
Namun sayang, kota ini tak punya telinga.Hanya ada mulut dan sebelah mata.
Lalu Dia pun lirih, menanam benih warna dalam setiap pijakan.
Lalu Dia berangan
suatu saat saat ada seseorang yang memetik lalu menyemainya di pelataran singgasananya.-Ry-
KAMU SEDANG MEMBACA
Tigaratus Tigapuluh Lima Lembar
Poetrytake your coffee and cookies. enjoy reading. -Ry-