Berpuluh-puluh orang tengah menyaksikan pertandingan babak ke-3 , semua orang tampak tak sabar menanti sang juara. Kali ini Sasuke yang bertarung melawan pria berambut merah maroon dan pada dahinya bertato tulisan AI, kali ini Sasuke mengakui bahwa lawannya sangatlah hebat apa lagi pasir itu seperti sebuah tameng yang kokoh dan tak dapat dihancurkan sama sekali.
Beberapa serangan telah dilancarkan oleh Sasuke dengan sangat gencar, para penonton bersorak-sorai menyaksikan pertandingan yang menurut mereka ini adalah puncaknya. Namun, siapa sangka bahwa Sunan melakukan serangan di Konoha hingga terjadi perang antara desa Konoha dan Suna pun terjadi.
Sasuke tetap bersikukuh melawan Gaara meskipun ia tau bahwa tubuhnya saat ini tak bisa diajak kompromi untuk melawan seseorang yang ada di hadapannya, saat ini Sasuke hanya bisa pasrah dan berharap kepada sahabat kuning done nya saja sebelum dirinya tak sadarkan diri.
.
.
.
Naruto dengan sekuat tenaga berusaha melindungi para sahabatnya, dia kini tau bahwa yang terluka akan perbuatan penduduk desa bukan hanya dirinya saja. Akan tetapi, semua celaan itu pasti dapat di ubah saat kita membuktikan apa yang kita ucapkan.
Tanpa Naruto sadari, dirinya sudah membuat tekad untuk melindungi orang-orang yang senasib dengannya walaupun mereka jatuh didalam kegelapan sekalipun. Naruto tersenyum lebar saat mengingat seorang teman datang menghampirinya saat ia belum senakal ini, perasaan hangat pun begitu terasa dihari Naruto.
Gaara yang melihat dirinya yang masih dimasa lalu hanya bisa mengepalkan tangannya dengan erat, ia merasa muak dan benci dalam kondisi seperti ini. Di caci maki, di jauhi, di bedakan, bahkan dirinya harus menyaksikan orang yang menyayangi nya mati karena bunuh diri satu-persatu.
Tubuh Gaara bergetar menahan sakit yang dirasakannya, bukan sakit pada fisik namun batinnya. Gaara meremas kepala dengan kedua tangannya seperti orang gangguan mental hingga ia jatuh terduduk di lantai tanpa cahaya, ia ingin mencurahkan segalanya namun ia bingung kepada siapa bahkan di alam bawah sadarnya pun ia juga merasa kosong dan sendirian.
Gaara merasakan seseorang menyentuh bahunya dan memeluknya dari belakang, perasaan tenang masuk kedalam hatinya yang dari tadi di rundung gelisah. Gaara ingin sekali menatap seseorang yang dapat mendamaikan hati nya seperti ini, apalagi saat ia sesat arah seperti ini.
"Gaara, saatnya Kamu membuka mata dan berubah menjadi orang yang baik lagi. Lihatlah disana, ada anak yang senasib denganmu. Kelak, kalian akan mendapatkan pengakuan dan cinta dari semua orang" bisik seorang gadis yang selama ini selalu menemani Gaara disaat dirinya mengalami depresi berat.
.
.
.
Gaara membuka matanya dengan perlahan, ia pun langsung tersentak saat melihat anak yang sebaya dengannya menatap dirinya dan tersenyum lebar tanpa ada setitik kepalsuan yang di buat-buat oleh bocah pirang itu. Gaara melihat bahwa bocah pirang itu tak sadarkan diri yang mungkin karena kelelahan, Gaara pun menyadari ada seorang di belakang Naruto yang berjalan menjauh dari tempatnya terbaring.
Gaara memperkirakan bahwa ia adalah seorang gadis yang sepertinya lebih muda dari dirinya meskipun jubah besar berwarna hitam membalut tubuhnya, gadis itu hanya melambaikan tangan seolah-olah sedang berpamitan dengan dirinya. Angin berhembus pelan dan dirinya merasa Angin sejuk menerpa dirinya dan tercium aroma yang begitu familiar masuk ke hidung dan memenuhi rongga-rongga pernapasan nya, mungkin Gaara akan sangat merindukan aroma ini?.
Gaara pun kembali tidur sembari menikmati aroma lavender yang kini menjadi kesukaannya Sabil mengucap kan dua kalimat sebelum dirinya benar-benar tak sadarkan diri.
"Arigatou, Hime..." ucap Gaara sambil tersenyum.
Damai, itulah yang pasti ada di benak kalian saat melihat wajah damai Gaara saat ia tidur seperti ini. Dulu Gaara sangat takut untuk tidur karena ia akan di kendalikan oleh moster yang ada didalam tubuhnya, hingga ia bisa tidur sangat nyenyak untuk pertama kalinya saat orang yang ia panggil Hime datang ke alam bawah sadarnya.
Kini Gaara bersyukur karena Hime mengatakan ia akan memiliki seorang teman selain Hime, namun ada perasaan sedih menyusup dalam hati karena Hime tak akan sering datang ke dunia alam bawah sadarnya. Meskipun begitu, Gaara yakin Home adalah malaikat yang diutus Tuhan untuk membahagiakan orang-orang yang senasib dengannya.
.
.
.
Gaara bersama timnya kembali ke desa, ia bahkan di antar oleh orang yang kini adalah teman pertamanya yakni Naruto. Bahkan masih terlihat perban yang membalut perbannya, Gaara bersyukur karena juga mendapat teman pertamanya di dunia nyata yang mau menerima dirinya dengan apa adanya.
Diperjalanan pulang, Gaara dan rombongan nya melewati hutan. Tersa anak angin berhembus ketubuhnya dari belakang, Gaara pun berhenti berjalan dan menoleh kebelakang. Aroma lavender lagi-lagi semerbak harum keindra penciuman miliknya, Gaara menikmati aroma itu sambil memejamkan mata.
"Gaara, ayo..." ucap Temari yang menyadarkan Gaara.
"Gaara, kau ingin kami tinggal?" ucap Kankuro.
Kankuro dan Temari tersenyum sambil berkacak pinggang, kini hubungan mereka jadi lebih dekat setelah insiden yang terjadi di Konoha. Mereka juga bersyukur bisa dekat kembali bak keluarga normal pada umumnya.
.
.
Maaf semua, aku baru bisa post sekarang. 🙏🙏🙏
Karena beberapa cerita ku pernah aku post tapi gak bisa, ada juga yang hilang 😭😭😭 jadi nulis ulang mulai sekarang. Bahkan aku akan bingung sama koin-koin yang sekarang, so.... Maafin saya ya....
Tapi, Terimakasih atas dukungan kalian dan udah mau mampir. Maaf jika ada salah penulisan ataupun perbuatan saya Bahakan gaje, karena ini spontan saya buat... 😄😄😄
See you next time...😘😘😘
KAMU SEDANG MEMBACA
Time for the moon
FanfictionPembantaian Klan besar yang menyisakan Klan Uchiha terakhir yakni Uchiha Sasuke dan disaksikan oleh Bulan pada malam itu juga sang penyelamat yang terikat oleh benang merah dengan Uchiha terakhir. Hinata, gadis keturunan murni yang tak diakui oleh K...