Tawan Vihokratana tampak gelisah.
Sudah puluhan kali pemuda berusia 20 tahunan itu menelepon sahabatnya, tetapi tak diangkat juga. Bahkan pada beberapa telepon terakhir, wanita di seberang telepon berujar Maaf, nomor yang Anda tuju sedang tidak aktif atau berada di luar jangkauan. Rasa menyerah perlahan menguasai tubuhnya, tak peduli seberapa besar ia telah berusaha menahannya.
"New..." Tay jelas khawatir. Tak biasanya New---sahabatnya---begini. Ia bahkan tak melihat batang hidungnya di kampus hari ini.
Tay sedang di perjalanan menuju tempat New bekerja. Setiap sore hingga tengah malam, pemuda itu akan bekerja di kedai kopi dekat kampus. Tay harap, semoga firasat buruknya salah. Mungkin saja tadi New sibuk sehingga tak bisa mengangkat teleponnya, kemudian ponselnya mati. Semoga... Semoga saja begitu.
Namun, hasilnya nihil. Ternyata sudah seharian lebih New menghilang tanpa kabar.
***
Tay tak bisa tidur. Ia terus berusaha menghubungi New, tetapi hasilnya tetap sama: nomornya tak aktif. Ia bahkan sudah berulang kali mengecek email-nya, menunggu barangkali New akan menghubunginya lewat sana. Namun pesan terakhir yang ia kirim pada New bahkan belum dibalas.
"Kau kemana...?"
Mengapa Tay bisa sekhawatir itu?
Bagi Tay, New adalah orang yang penting dalam hidupnya. Orang yang selalu ingin ia lindungi setiap saat. New adalah sahabat, sekaligus adiknya sendiri---setidaknya itulah di mata Tay.
Mereka telah mengenal sejak masih kecil. Tepatnya, ketika New di-bully oleh sekelompok anak nakal. Saat itu, anak berkulit putih bersih itu sama sekali tak melawan. Ia hanya menunduk, sambil berulangkali meminta maaf. Melihat pemandangan itu, tentu Tay tak bisa tinggal diam. Ia segera melerai mereka, memisahkan anak-anak nakal itu dari New, juga memberi sedikit pelajaran.
Saat itu pula, Tay mulai mengenal New. Thitipoom Techaapaikhun nama lengkapnya. 2 tahun lebih muda dari Tay. Ia tinggal di sebuah rumah kecil bersama neneknya. Belakangan baru diketahui, ternyata New juga adik kelasnya di sekolah.
New tinggal bersama neneknya bukan tanpa alasan. Kedua orang tuanya sudah bercerai, kemudian berada di pihak asuh sang ayah. Oleh karena pekerjaan, ayahnya tak sanggup jika harus mengurusi New sendiri. Akhirnya, New dititipkan ke neneknya yang tinggal di Chaiyaphum.
Seiring berjalannya waktu, Tay dan New semakin dekat hingga menjadi sahabat seperti sekarang. Bahkan, keluarga Tay sudah menganggap New bagian dari keluarganya sendiri. Sedekat itulah hubungan mereka berdua.
Maka tak heran, ketika New tiba-tiba menghilang begini, Tay amat khawatir. New tak punya kerabat lain yang dekat dengannya setelah neneknya meninggal. Ayahnya pun sudah meninggalkannya tanpa kabar sejak ia SMA. Harus ke mana Tay mencari anak itu? Rasa sakit menjalar ke hati Tay begitu menyadari masih ada banyak hal yang tak ia tahu soal New.
Di balik senyum sejuknya, pemuda itu nyatanya menyimpan banyak rahasia. Apa yang Tay tahu mungkin baru permukaannya saja. Tay menghela napasnya berat, kemudian meletakkan ponselnya di atas nakas.
Semoga esok ada kabar baik dari New, walau sekadar satu kata.
***
New menatap langit malam Chiang Mai dengan tatapan sendu. Sudah hampir 3 tahun ia tinggal di kota besar ini, artinya sudah 3 tahun pula ia sangat merepotkan Tay selama dirinya berada di Chiang Mai.
Tay terlalu baik padanya. Ia sudah teramat banyak menolong New, bahkan sedari ia masih duduk di sekolah dasar. Tay selalu berhasil menjadi malaikat pelindungnya. Bukan cuma Tay, bahkan keluarganya pun begitu. Mereka orang yang terlalu baik---yang jumlahnya amat langka di dunia yang fana ini.
Padahal... siapalah New ini?
Ia bahkan membenci dirinya sendiri. Jika ia punya daya untuk kembali ke masa lalu, ia ingin meminta Tuhan untuk mencari anak lain saja yang bersedia untuk dilahirkan.
New masih ingat cerita neneknya dulu. Saat sebelum manusia dilahirkan, manusia membuat perjanjian dengan Tuhan di alam rahim. Jika manusia merasa mampu menghadapi dunia, maka ia akan dilahirkan. Seandainya saja New ingat pertanyaan itu pernah Tuhan lontarkan padanya, New merasa dirinya sebelum dilahirkan itu sungguh ceroboh dan juga bodoh.
New mengambil ponsel dari kantongnya. Sengaja ia mematikan ponselnya sejak siang tadi pasca telepon Tay yang datang terus menerus. Ia makin tak enak hati jadinya sebab sudah membuat Tay khawatir. Namun, jika ia menjawab telepon Tay, itu sama saja dengan merepotkan Tay lebih lama lagi.
Orang sebaik Tay tak seharusnya direpotkan oleh orang seperti dirinya---orang yang sudah tak tahu diri mencintai sahabatnya sendiri.
「tbc」
a/n: hello bello. sawadee. hope you enjoy my story and i'll see ya again! thx u xoxo ♡
KAMU SEDANG MEMBACA
Imperfection x TayNew (END)
Fiksi Penggemar(Boy x boy, homosexuality content. Please be a wise reader.) New tahu, apa yang ia rasakan adalah kesalahan. Ia... jatuh cinta pada sahabatnya sendiri. Laki-laki---dan ia juga laki-laki. Oleh karenanya, New mulai menghindari Tay. Ia takut, perasaann...