Langkah Awal

9 0 0
                                    

Langit hari ini sedang sedikit mendung, peralihan musim yang cukup terganggu, membuat kami mengalami masa pancaroba sedikit lebih lama. Sudah beberapa bulan setelah kuliah dimulai, aku dan Nabila melihat pengumuman 'coming soon' untuk pendaftaran anggota BEM.

Beberapa minggu sebelumnya, aku telah memutuskan untuk bergabung dengan BEM setelah mendapatkan begitu banyak ajakan dari Nabila. Aku sendiri kurang begitu yakin pada awalnya. Tugas kuliah saja sudah sebegini rumitnya, kenapa aku harus repot-repot ikutan ini itu segala, sih?

Tapi, Nabila berhasil meyakinkanku. Ada sebuah kata-katanya yang paling kuingat darinya, 'Kalau kamu bilang mau mencoba hidup baru, tapi yang kamu lakukan sama aja kayak dulu, bull shit tahu nggak!'.

Aku mempelajari tulisan-tulisan yang dibuat oleh beberapa presiden mahasiswa kampus lain. Aku pun mencari tahu bagaimana sih idealnya politik kampus itu? Meski ternyata, semakin mencari, aku malah semakin bingung.

Mungkin aku memang harus terjun sendiri untuk tahu.

Sebelum pendaftaran dibuka, ada sebuah pelatihan yang harus kami (calon anggota BEM) ikuti sebelum mendaftar. Pelatihan itu adalah syarat wajib peserta, dalam rangka mengenalkan kancah perpolitikan di dunia kampus.

Aku dan Nabila berjalan menuju GKM (Gedung Kegiatan Mahasiswa) yang berada di tenggara gedung kuliah kami. Saat kami menuju stand pendaftaran, kami melihat Arka baru kembali dari sana.

"Loh, Ka, Daftar juga?" tanya Nabila.

"Iya nih. Kalian juga baru mau daftar?" Arka bertanya balik padaku dan Nabila.

Kami mengangguk bersamaan. Kami langsung berjalan mendatangi stand setelah Arka pamit terlebih dahulu karena ada jadwal kelas. Aku dan Nabila mengisi sebuah formulir pendaftaran kami masing-masing. Begitu selesai, kami langsung menyerahkan formulir tersebut dan memberikan fotokopi KTM (Kartu Tanda Mahasiswa) kami.

Penjaga stand memberi tahu kami jadwal kegiatannya. Lusa ada agenda pembekalan untuk kami, pembekalan diadakan dua sesi. Sesi pertama adalah sesi pagi dan sesi kedua adalah sesi sore. Aku dan Nabila memutuskan untuk hadir di sesi pagi.

Lusanya, ternyata Arka juga ikut pembekalan pagi hari. Ruang serbaguna GKM tidak terlalu ramai. Mungkin karena banyak mahasiswa yang punya jadwal kuliah pagi.

Aku mendengarkan dengan seksama sambil mencatat apa saja yang penting untuk kuketahui. Aku butuh slayer, kaos berwarna merah untuk regu perempuan. Juga beberapa hal lain yang harus dibawa.

Aku berpikir sejenak, kemudian memutuskan mengajak Nabila untuk belanja ke Pasar Baru. Awalnya aku berniat mengajak kak Anandita, namun aku masih tidak enak dengan apa yang kulihat waktu itu.

Saat acara selesai, kulihat Arka berjalan ke arah kami.

"Kalian gimana nyiapin barang-barangnya?" tanya Arka.

"Oh, aku sama Nabila mau ke pasar baru habis kuliah nanti. Jam duaan paling," jawabku singkat.

"Aku boleh ikut kalian nggak? Aku bingung nih mau belanja di mana." Arka nyengir mengangkat alisnya. Aku dan Nabila saling berpandangan kemudian mengangguk, menyetujuinya.

"Eh iya, Zura. Bukannya di apartemen kamu nggak boleh ada cowok masuk? Nanti kan kita langsung ke apartemenmu," tanya Nabila, khawatir.

"Eh iya, aku ikut belanjanya aja deh. Terus nanti langsung pulang." Arka tersenyum tulus.

"Oalah, kan ada kamu. Yang nggak boleh itu kalau aku berduaan aja sama laki-laki di apartemen. Kalau ada perempuan lain sih nggak apa-apa." Aku menatap Arka dan Nabila bergantian. Iya, nggak ada aturan yang kulanggar kok.

Yang berlalu di matamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang