"KATANYA, KITA JUARA DUA!!"
Adalah salah satu anggota paduan suara (Chairil tak kenal nama, tapi ia ingat wajah setidaknya—ia masih perlu banyak, banyak waktu untuk terbiasa akan keberadaan banyak orang). Dibandingkan eskul tari, eskul paduan suara memiliki banyak anggota. Tidak hanya perempuan, laki-laki pun juga lumayan sekalipun ia masih kesulitan berbaur dengan mereka semua. Laki-laki paduan suara sama-sama tak banyak bicara, saat berkumpul pun, begitu hening bila dibandingkan dengan anggota perempuan yang akrab dengan satu sama lain. Rentang suara Chairil bukanlah masalah besar—masalahnya hanyalah, kemampuannya menghapal lagu-lagu wajib nasional yang belum pernah ia kenal sebelumnya (wajar, Chairil besar di negeri orang), dan juga suaranya yang masih keluar malu-malu. Sekalipun paduan suara bernyanyi bersama, ia tidak mau keberadaannya justru merusak. Pak Zul sebagai pelatih dan Mentari memberikannya saran-saran untuk memperbaiki teknik bernyanyinya agar dapat menyatu dengan yang lain, tapi Chairil sendiri masih kesulitan untuk melakukannya dengan benar.
Padahal, jika ia tidak ikut, ia akan masuk pemakluman sebagai anggota baru.
Tapi—tiap kali terbayang Corina yang berbaris di tengah lapangan, atau Mahesa yang sekuat tenaga berlari mengejar bola basket di lapangan, Chairil merasa malu sendiri jika menyerah di tengah jalan atau jika ia kurang berusaha.
Corina tidak datang untuk latihan lagi hari ini. Ditelannya kekecewaan itu bulat-bulat, seraya berusaha fokus pada partitur di hadapannya. Sebagai yang pernah mengibarkan bendera di istana negara, Corina harus ikut serta dalam penampilan pengibaran bendera di sekolah sebagai peran utama. Ia diberikan izin untuk tidak hadir saat latihan (yang mana, sayang sekali, padahal Chairil ingin mendengar Corina bernyanyi). Mendengar dari Mentari, Corina memang jarang latihan karena jadwal yang selalu tabrakan—dan tiap kali Corina latihan, ruangan paduan suara tiba-tiba dikerumuni beberapa penggemar yang ingin melihat ("Ganggu banget. Kemarin Chandra sampai negur soalnya berisiknya ngeganggu ketenangan umum." Chairil bergidik, tidak mau membayangkan, seram pastinya). Paskibra pasti sangat sibuk, seperti Paduan Suara saat ini. Mereka bahkan begitu sibuk sampai tidak ada yang mengikuti lomba tujuh belasan yang diadakan sekolah—kecuali lomba kebersihan ruangan. Itu pun karena terpaksa, mengingat seluruh eskul dan seluruh kelas diwajibkan untuk ikut serta.
Sampai tidak terpikir lagi akan iming-iming hadiah jalan-jalan ke Bali. Saat membersihkan pun, tidak ada yang berpikir untuk menang, mereka semua ingin agar semuanya berakhir saja. Juara dua itu sungguh di luar prasangka. Pun disambut Mentari dengan kedikan bahu dan senyum seadanya.
"Udah, yuk. Lanjutin lagi latihannya."
Ada yang lebih penting bagi mereka dibandingkan sekedar memenangkan lomba kebersihan. Dan itu adalah, upacara kemerdekaan esok hari.
Mereka tidak punya banyak waktu lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
stand out, fit in (#2)
Fanfic[DISCONTINUED] Canggung secara sosial membuat Chairil tidak punya teman. Hingga suatu hari Mahesa datang, mengubah hidup Chairil menjadi luar biasa (melelahkan? memusingkan? membahagiakan? hm, coba tebak?). { cha junho & lee eunsang, platonik relati...