FRAPPUCINO (Bagian 3)

42 3 0
                                    

Setelah menemui rekan kerjanya, Cella memutuskan untuk pulang dan beristirahat. Hampir seminggu ini, Ia terlalu sering bergadang bahkan hingga waktu menjelang pagi. Beberapa tender yang Ia kerjakan sudah rampung dan hanya menunggu approval saja.

Merebahkan tubuhnya dikasur, Cella memandang langit-langit kamarnya yang berwana putih. Selama seminggu ini Cella mengabaikan pesan maupun panggilan dari Alvaro. Dia sudah memutuskan untuk tidak mau menjalin 'pertemanan' lagi dengan pria itu. 

Suara handphone Cella terdengar dari dalam tas hitam miliknya. Cella segera mengambil benda itu dan melihat nama yang tertera dilayar terang itu. Alvaro. Ternyata pria itu masih belum menyerah untuk menghubungi Cella. Tidakkah Pria itu lelah? Setiap saat menelpon Cella. Setiap saat mengirimi Cella pesan bahkan satupun dari pesan itu belum ada yang Cella baca. 

Mengabaikan telepon dari Alvaro, Cella memilih untuk membersihkan dirinya ke dalam kamar mandi. Cella heran, untuk apa Alvaro menghubunginya. Bukankah kejadian 1 minggu lalu sudah jelas bahwa Dia telah memiliki kekasih. Untuk apa mencari Cella bahkan mengirimi Cella pesan. Cella tidak mau ambil pusing akan hal itu. Dia sudah terlanjur sakit hati. 

_______________________________________________________________________________

Selasa pagi ini, Cella sudah menerima telepon dari Pak Jaslim yang tiba-tiba mengajaknya untuk meeting secara mendadak. Dan buruknya lagi, meeting itu diadakan di Coffe Shop Senja! Yan merupakan milik dari seorang pria bernama Alvaro! 

Atasan Cella, Pak Jaslim mengatakan ingin mencoba sensasi berbeda dengan mengajak rekan kerja team nya meeting diluar kantor. Membuat mood Cella seketika down. 

Meeting pagi itu dilaksanakan di teras luar Cafe. Terdapat 1 meja persegi panjang yang dikelilingi beberapa kursi. Rupanya Alvaro bisa menyetting Cafe miliknya menjadi sebuah tempat meeting yang nyaman. Terbukti dengan melihat wajah Pak Jaslim yang terlihat senang dan puas akan pelayanan Cafe ini. 

Beberapa pelayan menyuguhkan hidangan diatas meja. Terlihat beberapa sandwich dengan berbagai isian berukuran mini tersusun rapi diatas meja. Tak lama kemudian, Alvaro muncul mengantarkan minuman. Beberapa rekan kerjanya memesan cappucino dan Espresso. Sedangkan Cella hanya memesan latte. 

Alvaro menaruh gelas keramik putih diatas meja tepat dihadapan Cella. Membuat Cella sedikit mengalihkan pandangannya ke arah gelas itu.  Itu adalah latte yang Cella pesan. Hanya saja bukan itu yang Cella perhatikan. Cella terdiam melihat gumpalan busa diatas latte nya yang berbentuk menyerupai gambar hati? 

Alvaro tersenyum simpul setelah meletakkan gelas itu. Cella sempat melihat senyum kecil pria itu dan itu malah membuat moodnya bertambah buruk. Ditambah lagi dengan bentuk latte art yang berbentuk hati itu membuat perasaan Cella semakin kesal. Ingin rasanya Ia melempar gelas itu kearah Alvaro. Meluapkan amarahnya. 

Tapi Cella tidak ingin melakukannya, karena kini Ia sedang mengikuti rapat bersama Bos dan rekan kerjanya. Dengan kesal, Cella segera menyambar sendok kecil yang terletak disamping gelas itu. Dengan kasar pula Ia mengaduk minuman latte nya sehingga membuat busa yang tadi berbentuk hati kini berubah menjadi tidak beraturan. 

Melihat hal itu membuat senyum Alvaro memudar. Dia terkejut dengan apa yang dilakukan Cella. Kenapa Cella terlihat marah? Apakah Alvaro telah melakukan kesalahan? Alvaro yakin ini ada kaitannya dengan hal yang semalam Astrid bahas dengannya. Cella telah salah paham. 

2 Jam telah berlalu. Meeting dadakan itu akhirnya telah selesai dan ditutup dengan salam dari Pak Jaslim. Beliau merasa senang dengan kerja keras teamnya. Dan berharap kedepannya kinerja itu bisa bertahan bahkan jika bisa lebih ditingkatkan lagi. 

Short Story about "Us"Where stories live. Discover now