Pencuri Hati (ii)

23 0 0
                                    

Ayudia Dewi, Gadis berusia 23 tahun. Memiliki tinggi 165 cm, dengan bentuk tubuh yang proposinonal. Rambutnya hitam pekat selaras dengan kulit kuning langsat yang dimilikinya. Matanya bulat dengan kornea coklat yang indah, khas Gadis Asia pada umumnya. Dan jangan lupakan hidungnya yang mancung sempurna. 

Ayudia merupakan Gadis yang berasal dari Indonesia. Dia gadis keturunan campuran Indonesia dan Australia. Ayahnya orang asli Indonesia dan Ibunya merupakan seorang Australian. (kebangsaan Australia)

Tiga tahun yang lalu, saat Ayudia masih kuliah di salah satu perguruan tinggi di Australia. Ayudia mengetahui bahwa Ibu dan Ayahnya sedang berlibur ke Eropa. Namun beberapa minggu setelah Orang Tuanya berlibur, Ayudia mendapat sebuah kabar kalau Kedua Orang Tuanya mengalami sebuah kecelakaan. 

Ayudia sungguh terkejut. Dia menerima info bahwa hanya jasad Ayahnya saja yang ditemukan. Sedangkan keberadaan Ibunya tidak ditemukan di tempat kejadian. Ayudia yakin, Ibunya masih hidup. Mungkin Ibunya selamat dan di tolong oleh orang berhati mulia. Namun, sampai 3 tahun ini Ibunya tak kunjung kembali. 

Kini, Ayudia berniat mencari Ibunya di Inggris. Negara Maju dengan sistem kerajaan ini, sangat indah. Dia baru pertama kali berkunjung tapi hatinya sungguh nyaman berada disini. Udaranya segar, pemandangan taman yang indah, banyak bunga-bunga cantik yang Ia lihat disini. 

Apa mungkin, Ibunya juga merasakan hal yang sama seperti yang Ia rasakan. Jadi Ayudia berfikir mungkin saja Ibunya betah tinggal disini sehingga Ia tidak pernah kembali pulang? Ayudia menggelengkan kepalanya. Pikiran bodoh. Tapi bagaimana semisal Ibunya benar-benar bahagia disini? Bisa saja Ibunya sudah memiliki keluarga baru? Kehidupan baru? Tanpa ingat dirinya di Indonesia. 

Ayudia menundukan wajahnya menahan tangis. Itu pemikiran yang paling Ia takutkan. Ditinggal pergi untuk selamanya oleh Ayahnya. Dan dilupakan untuk selamanya oleh Ibunya sendiri. 

"Hahhhh" Ayudia menghembuskan nafas panjangnya.  

"Mau sampai kapan Kau menghela nafasmu, Nona?" 

Ayudia terkejut sambil menepuk dadanya. "Astaga!" 

Jake, pelaku yang membuat dirinya terkejut hanya tersenyum samar dengan tingkah Ayudia. 

"Bisakah Kau mengetuk dulu sebelum memasuki kamar orang, Tuan?" Ayudia mendesis sambil melototkan matanya. 

Bukannya takut karena mendapat tatapan mengerikan itu, Jake justru melangkah maju mendekat kearah sofa tempat Ayudia duduk. 

"Well, ini rumahku bukan? Jadi Aku bebas melakukan apapun." Jake mengangkat bahunya acuh. 

Ayudia hanya memutar bola matanya bosan. Sudah seminggu Ayudia tinggal dirumah ini. Kondisi kakinya sudah membaik. Tapi Dirinya belum bisa berjalan dengan normal karena masih terasa sakit. Baginya ini terasa seperti ditusuk jarum yang sangat banyak ketika Ia mencoba menggerakan kakinya untuk berjalan. Tapi Dokter menyarankan agar kakinya sesering mungkin dilatih bergerak. Jadi, ya kalian bisa bayangkan bagaimana usahanya. 

"Bagaimana kabarmu?" Jake duduk di samping Ayudia. 

"Seperti yang Kau lihat, Tuan. Mulai membaik." Ayudia menunjuk perban yang melilit di kakinya. Sudah tidak setebal diwaktu awal Ia pulang dari Rumah Sakit.

tik tok tik tok tik tok

Seketika hening. Mereka tidak ada yang bersuara. 

"Nona..."

"Tuan..."

Mereka berbicara secara bersamaan. Dan itu sungguh canggung.

"Ehem.." Jake berdehem mengilangkan suasana canggung itu. 

Short Story about "Us"Where stories live. Discover now