Dear You 04

513 19 0
                                    

Tepat jam 2 siang Kyra sudah janjian untuk datang di kedai Nyamanable bersama Mika. Mereka sudah ada di sini sejak 15 menit yang lalu.

Tapi sampai sekarang belum ada satu di antara mereka yang memulai percakapan. Mereka masih sibuk pada aktifitas masing-masing. Mika dengan tugas masa depannya sementara Kyra dengan naskah novelnya.

Sebenarnya Kyra suka heran sama Mika yang terlalu serius menghadapi tes masuk perguruan tinggi. Masih liburan idul fitri saja dia sempat-sempatnya serius dengan tugas yang entahlah sebenernya apa yang dia pelajari. Kyra tau memang, Mika sangat mengharapkan dirinya bisa masuk di salah satu universitas dengan jalur beasiswa. Meski sering gagal, Mika masih tetap ingin menghidupkan mimpinya.

"Katanya kamu mau cerita?" tanya Mika sembari membereskan buku-bukunya.

Pandangan Kyra melirik Mika yang masih membereskan buku-bukunya untuk dia masukkan ke dalam tas punggung hitamnya.

"Bentar lagi deh, nanggung Mik. Kurang beberapa kalimat lagi kok."

Mika mengangguk, membiarkan Kyra menyelesaikan novelnya lebih dulu. Sebagai orang yang sama-sama menyukai menulis dan membaca, Mika tau bahwa ide itu datang tak setiap waktu selalu sama dan terulang. Apalagi mereka ini hanyalah penulis abal-abal.

"Akhirnya selesai juga satu bagian!" ujar Kyra tangannya bergerak menutup laptop.

Kemudian ia menarik tas punggung kecil bewarna pink dan mengeluarkan sebuah novel dari sana. Sebuah novel yang di berikan oleh Aksa kemarin malam.

"Hebat kan aku, baru setahun udah di kasih surprise." ucap Kyra bangga sembari menunjukkan novel tersebut pada Mika.

"Ciiee, nyesel aku tuh semalem gak bisa ngangkat panggilan kamu. Gagal lihat ekspresi jingkrak-jingkrang gajenya deh."

Kyra tertawa mendengarnya. Mengingat semalam pipinya jadi bersemu merah karena malu. Astaga betapa gilanya Kyra tadi malam, untung rumah sepi dan cuma ada dirinya. Kalau gak, Kyra pasti sudah di omeli gak waras.

Teriak-teriak sembari lompat gak jelas dan setelahnya bersorak di atas kasur sampai membuat keadaan kamarnya jadi mirip kapal pecah akibat ulahnya. Namun tiba-tiba senyumanya memudar tergantikan oleh wajah murung dan helaan napasnya terdengar.

"Kenapa?" tanya Mikha saat menyadari perubahan raut wajah Kyra. "Ada yang salah?"

"Maksudnya dia itu apa ya, Mik?"

Mikha mengendikkan kedua bahunya, "kali aja dia emang serius sama kamu."

Kyra berdecak sembari tertawa pelan. Kyra saja ragu soal itu. Dari yang selama ini ia amati, Aksa seperti menganggap dirinya teman sepi. Walau kadang Kyra merasa spesial dan berarti penting untuknya, sisi lain itu datang dan mengatakan kalau ia hanya menjadi tempat sepinya.

"Bukannya waktu dia masih di luar negri, dia pernah mau ngomong serius sama kamu?"

Kyra terdiam mencerna ucapan Mika. Otaknya berputar untuk mengingat kejadian 5 bulan yang lalu. Tepatnya saat Aksa masih berada di Negara tetangga. Dia memang pernah melontarkan kata ingin berbicara serius padanya lewat chat tapi endingnya hanya bercanda saja. Padahal waktu itu Kyra sudah sangat berharap akan ada hal indah yang terjadi.

"Dia kan hanya bercanda saja, bukan serius dalam arti yang sebenarnya." ucap Kyra nampak begitu lesu saat mengucapkannya.

"Lagipula dia emang berniat buat ngebaperin aku doang kok." lanjutnya kembali.

"Mungkin dia gak jadi karena masih ragu sama kamu, itu sih hal yang wajar. Lagian apa gak aneh kalau hal itu terjadi sementara kalian tuh selama ini cuma chattingan doang?"

DEAR YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang