Pagi buta, Kyra sudah bangun dengan sengaja untuk menyaksikan munculnya Fajar dari arah timur. Udara dingin itu masuk menembus pori-pori kulitnya. Dengan rambut yang ia biarkan tergerai dan sepasang baju tidur berlengan pendek warna biru, ia ingin menikmati udara segar pagi ini. Sembari dalam hati terus bicara.
Andai fajar tau bahwa ia selalu menanti takdir mempertemukan mereka dalam satu ikatan. Tetapi ia cukup tau bahwa fajar terlalu jauh untuk ia gapai. Seperti ada penghalang besar yang membatasi, sehingga mau sedekat apapun rasanya tetaplah jauh.
Drttttt....
Ponsel yang ada di dalam saku baju itu bergetar. Tangannya beranjak merogoh saku untuk mengambilnya. Terlihat di layar notifikasi suara getaran itu berasal dari satu pesan masuk atas nama "Kak Chanyeol (Calon Imam)"
Dahinya berkerut, tangannya langsung bergerak untuk membukanya tanpa pikir panjang.
Kak Chanyeol (Calon Imam)
Pagi adek..
Bangun woy 😄Membaca pesan itu ujung bibir Kyra terangkat membentuk senyuman. Walau panggilan adek merasa membuat dirinya seperti di anggap adek, tapi entah rasanya ia senang saja.
Lagipula kalau memamg Aksa memanggapnya adek, seharusnya ia juga menyapa Mikha. Bukannya mereka juga sering chattingan dulu sebelum Kyra hadir?
Tapi kata Mikha, Aksa selalu cuek terhadapnya. Tapi bagi Kyra, Aksa tidak secuek itu.
Tok! Tok! Tok!
Suara ketukan pintu dari depan kamarnya terdengar, Kyra menoleh tanpa bersuara dengan alis terangkat satu.
"Ky, ada temen kamu di luar."
Suara Mamanya yang dari luar itu sontak mengejutkan Kyra, matanya membulat bahkan badannya ikut reflek terbangun.
"Buruan bangun, Mama tau kamu udah bangun. Jangan buat dia nunggu kelamaan." setelah mengatakan ini suara derap langkah terdengar yang mengartikan kalau Mamanya Kyra sudah berjalan menjauh dari depan pintu kamarnya.
Sementara Kyra masih melongo kaget tak percaya. Dalam hati terus bertanya siapa orang yang di maksud Mamanya itu, kenapa dia bisa terniat banget mampir ke rumah Kyra di pagi buta seperti ini?
Bahkan saat mata Kyra melirik ke arah jam beker yang ada di meja tak jauh dari kamarnya, waktu masih menunjukkan pukul 05:02am.
"Kok sialan ya dia?" gumam Kyra kesal dan memilih beranjak bangun menuju ke kamar mandi untuk bersiap-siap.
Siapapun orang itu, Kyra akan membuatnya menyesali perbuatannya yang bertamu di rumahnya pagi hari seperti ini. Lihat saja Kyra akan membuatnya menunggu lama!
***
Laki-laki itu tengah menunggu di ruang tamu milik keluarga Kyra dengan sabarnya. 30 menit sudah ia habiskan menatap dari ujung ke ujung ruangan yang lumayan luas berulangkali.
15 menit sebelumnya, Ibunya Kyra sempat menemaninya mengobrol sembari memberikan teh hangat. Informasi yang ia dapat jika Kakaknya Kyra sedang di luar kota sementara Ayahnya sudah berangkat beraktifitas setelah turun dari masjid subuh tadi.
Alasannya datang sepagi buta ini tak lain karena tak ingin rencananya gagal untuk mengajak gadis itu keluar bersamanya.
Tatapannya kemudian terpaku melihat kedatangan seseorang yang sudah ia tunggu sejak tadi. Dia berdiri di tengah-tengah pembatas ruangan ini dengan memakai baju biru dongker yang di masukkan ke dalam dengan celana training warna abu-abu.
"Kak Dhanis?" ujarnya nampak terkejut.
Sementara laki-laki yang di panggil Dhanis itu hanya tersenyum, ia bangkit berdiri tatkala gadis itu mulai melangkah ke arahnya.
"Pagi, Ky, apa kabar?"
"Baik," jawabnya pelan. "Kak Dhanis tau darimana rumah aku?"
Lagi-lagi Dhanis kembali tersenyum, ia tak langsung menjawab malah justru menyuruh gadis yang bernama Kyra itu untuk duduk karena merasa tak ada pergerakan dari gadis itu untuk duduk.
Dhanis juga kembali duduk saat melihat Kyra sudah duduk di hadapannya, dia mengulang kembali pertanyaan tadi. "Kakak tau darimana rumah aku?"
"Kamu lupa? Aku punya temen yang satu perumahan sama kamu, cuman beda blok."
Kyra beroh ria menanggapinya dan kemudian kembali bertanya. "Terniat banget ya Kak, sampai harus sepagi ini?"
"Ya abis kamu susah aku ajak keluar, ya aku nekatin," jawab Dhanis jujur. "Kamu keberatan?"
Kyra menggeleng pelan walaupun dalam hati berteriak sangat keberatan. Hanya saja Kyra menghargai usahanya, tidak ingin Dhanis kecewa ataupun merasa tersinggung dengan ucapannya. Lagipula kata Emak Kyra, jangan sampai nyakitin hati laki-laki kalau gak mau ada apa-apa dengan hidupnya.
"Yaudah, mumpung Kak Dhanis ke sini gimana kalau entar anterin aku ke bazar buku?" ajak Kyra kali ini wajahnya menunjukkan senyuman manis.
"Boleh!"
Setalah itu mereka pamit dengan Mamanya Kyra, ijin pergi untuk jalan-jalan sebentar dan beruntung Mamanya mengijinkan Kyra pergi sepagi ini dengan laki-laki yang baru pertama datang ke rumahnya dan menjadi satu-satunya laki-laki yang pernah ke sini.
"Mau kemana?" Mama Kyra bertanya.
Dhanis yang menjawab, "gak tau Bu, itu Kyra yang ngajak."
Mendengar jawaban itu Mamanya menoleh ke arah anak gadisnya sendiri dan Kyra nyengir, "Mama ih, mau tau aja, aku cuma mau ngajak ke bazar buku kok."
"Hati-hati!" ujar Mama Kyra.
"Siap Ma!" Kyra menjawab sembari mengangkat tangannya seperti hormat dengan semangat 45.
"Pergi dulu ya Bu, assalammualaikum." Dhanis mengucap salam, tak lupa ia juga mencium tangan Mamanya Kyra.
"Hati-hati ya nak Dhanis, waallaikumsalam."
Dhanis tersenyum sopan sembari menganggukkan kepala dan kemudian melangkah pergi menyusul Kyra yang sudah ada di depan.
"Kak Dhanis, ini masih pagi, ke taman aja dulu, gimana?"
"Aku ikut kamu." jawabnya lembut.
Mendadak Kyra jadi merasa sungkan dengannya. Pasalnya ia sangat tau bagaimana perasaan Dhanis saat ini kepadanya. Dengan fakta pengakuan Dhanis 1 tahun yang lalu menjadi penguat pendapatnya.
"Kok malah bengong?" ujar Dhanis saat menyadari Kyra yang mendadak terdiam setelah tadi sikapnya terlihat semangat. "Ayo naik!"
Kyra buru-buru menyadarkan dirinya, ia menurut untuk naik di belakang Dhanis tanpa bersuara sepatah kata lagi. Tiba-tiba saja perasaan resah menghantu dirinya. Ia merasa sedang berkhianat dengan seseorang, apa seharusnya ia tidak perlu pergi dengan Dhanis?
Tapi kata Mamanya, kita harus menghargai seseorang dan tidak boleh menyakiti hati siapapun itu. Dan Kyra sedang menghargai Dhanis saat ini, ia tidak mau laki-laki itu kecewa untuk yang kesekian kalinya karena dirinya. Namun kenapa hati Kyra merasa berkhianat padahal ia free alias jomblo.
Bahkan sampai Kyra tak sadar kalau motor matic warna merah yang Dhanis gunakan itu sudah berjalan maju dengan kecepatan sedang di jalan raya yang masih terlihat sepi.
KAMU SEDANG MEMBACA
DEAR YOU
Spiritual_ Teenfiction - Spiritual - Romance Ini adalah catatan dariku yang menyebut dirinya Jingga, untuk kamu yang ku sebut Fajar. Aku mencintaimu, tapi aku tak bisa melakukan apapun selain hanya melafadzkan namamu pada-Nya. Hanya itu. Terkadang aku bingun...