Jungmin Duty

5.1K 405 18
                                    

aku bucin sama pembacaku semuanya wkwk, suka ketawa, senyum sendiri gitu kalau baca komen kalian. seneng banget hehhe. jangan lupa voment yaaaa

___________

Wajah manis itu terlihat sangat masam hari ini, pagi hari mereka yang seharusnya indah berakhir dengan pertengkaran kecil yang dilanjutkan dengan ajang 'suit' dan berakhir dengan result Jimin yang kalah. Isi pertengkaran mereka pagi itu adalah, siapakah yang mengurus Jungmin hari ini? dan sayangnya Jimin kalah dalam ajang pertengkaran mulut dan adu suit dengan namja berotot, Jeon Jungkook.

Perasaan bangga dan lega merasuki hati kecil Jungkook yang sebenarnya sangat evil itu, dipadu satu dengan backsound 'we are the champion my friends~', namja itu berlari bak seekor cheetah menuju kampus tercintanya. Jadi, tinggalah Jimin yang kembali mengurus Jungmin hari ini.

Tidak ingin ketinggalan mata kuliah favoritnya lagi, Jimin dengan nekatnya membawa Jungmin masuk kampus dan berhasil melewati penjagaan Song ahjusshi –penjaga gerbang yang sangat galak- dengan sempurnanya. Bayangkan saja, Jungmin yang bertubuh mungil dan tidak rewel itu bisa berakting kaku bak boneka sebangsa Annabelle di dalam tas Jimin yang sengaja dibuka setengahnya agar Jungmin dapat bernapas.

Ingat, disini, Jungmin berakting menjadi sebuah boneka. Tolong ingatkan Jimin untuk membawa bocah ini untuk mendaftar ke agensi pencari bakat terutama bakat acting saat dia dewasa nanti.

Namun di tengah perjalanan Jimin menuju kelas, sesosok bayangan hampir kasat mata yang bergerak gesit kesana kemari seperti kecoa kecil yang mengendap-endap berhasil merusak suasana aman Jimin. Namja manis itu sepertinya ketahuan oleh seseorang, "Omo, Jimin-pyon? Itu manusia? Itu bayi? Bayi siapa eoh? Kau menghamili anak orang eoh? YA! Jawab aku, saekki-ya!"

Jimin membeku, pasalnya dia sangat mengenal suara cempreng bagai kaleng tergelinding itu dari belakang yang menanyainya dengan pertanyaan beruntun, benar saja Jimin dapat merasakan aura yang sangat tidak mengenakan dari sisi punggungnya.

Jimin berpikir ini merupakan ide yang sangat buruk jika sudah berpapasan atau bertemu dengan namja yang suka sekali pakai baju pink itu dan bermulut ember disaat detik-detik kehidupannya di ujung tanduk. Kim Seokjin –sunbae plus sahabat sejati sehidup sematinya- mulai mendekat dengan ekspresi wajah ingin tahu dan fokus ke sandangan belakang Jimin yang terbuka dan menampilkan tubuh Jungmin yang sudah setengah menyusup keluar.

"Matilah aku"

Jimin membalikan dan memeluk tas yang berisi Jungmin dengan kepalanya yang sudah mencuat keluar, bersiap untuk lari, tanpa dikomando pun akhirnya kakinya yang kecil itu membawanya lari terbirit-birit ke toilet yang jaraknya lebih jauh dari kelasnya. Hanya beberapa langkah lagi akan sampai, mengacuhkan teriakan melengking Seokjin, Jimin tetap berlari seperti atlit yang kehabisan waktu. Seokjin yang ingin tahu dan penasaran setengah matipun mengejar Jimin ke toilet. Tapi sayangnya, Seokjin tidak menemukan siapa-siapa di toilet itu.

Sementara itu, di bilik toilet tersudut Jimin tak henti-hentinya bicara dengan bahasa bayi pada Jungmin yang pada dasarnya mereka tidak mengerti satu sama lain. Intinya mereka sama-sama tidak mengerti. Tidak ingin ketahuan, Jimin mencepit bibir kecil Jungmin dengan jari telunjuk dan jari jempolnya agar tidak bersuara tapi tetap saja gagal. Anak berumur tujuh bulan itu terlalu rewel di pelukan Jimin.

"Tatatata..tatata.."

"Shhhhh aishh, Jungmin diam. Nanti kita ketahuan..."

"Buuuuubuuuu...hahahaha"

"Aisshh..."

Plakkk...

Dengan kesal, Jimin memukul jidatnya sendiri dengan keras. Jika begini terus, Seokjin akan menemukan mereka yang tengah bersembunyi di salah satu bilik toilet yang sama sekali belum diperiksa Seokjin. Lihatlah posisi Jimin saat ini, tidak ingin dimangsa Seokjin, namja bertubuh kecil berkaki pendek itu duduk berjongkok di atas water closet sambil mengendong Jungmin.

"Jimin~..Jimin~.."

"Ya! Eodiga saekki-ya!"

"Keluar kau, jika tidak aku akan menyebarkan video durasi 30 menit kau dan Jungkook yang sedang bercinta di bawah meja perpustakaan.."

OMO.... Jimin hampir melupakan video laknat yang sebenarnya sangat ingin dia hapus dari ponsel teman tersayangnya itu. Sontak saja mata Jimin membelalak lebar selebar bola golf setelah ingat perkara sialan itu. Jimin menggerutu kesal, mengerucutkan bibirnya lima centi dan aksi imut itu ditiru oleh Jungmin, sungguh menggemaskan makhluk-makhluk ini. Karena tidak ada pilihan lain, akhirnya Jimin menyerahkan diri sepenuhnya pada Seokjin yang kini tengah berdiri bertegak pinggang bak ibu-ibu yang murka di depan bilik toilet.

"You need to explain everything to me, dear~" pintanya dengan nada memerintah yang sangat menyebalkan didengar oleh Jimin. Jimin mengendus tidak senang sambil memajukan bibir sensualnya lima senti seperti tadi, dan lagi-lagi aksi itu ditiru oleh Jungmin yang menggemaskan.

"OKAY!" jawabnya kesal karena tengah ditatap intimidasi oleh Seok annoying Jin. Sungguh, hari Rabu harus dicatat oleh Jimin sebagai hari yang dibencinya setelah hari Senin di buku diary-nya. Ha! Apa-apaan ini, seorang pemuda yang mengaku dirinya manly punya diary....ah forget it.

Setelah itu Jimin menyeret Seokjin untuk keluar dari toilet yang baunya sangat tidak menyehatkan untuk Jungmin dan membawa pemuda centil itu ke sebuah kelas kosong. Jimin menceritakan kejadian tak terduga dalam hidupnya itu kepada Seokjin sekaligus jatah menjaga Jungmin yang di beri nama "Jungmin duty" yang hari ini jatuh ke tangan Jimin. Seokjin yang pada dasarnya memang berperilaku seperti setan, malah menertawakan penderitaan teman sehidup sematinya ini. Alhasil mendapat tatapan membunuh dari Jimin dan lagi-lagi ditiru oleh Jungmin versi yang lebih imut dan menggemaskan.

"Ne, Aku understand about hidupmu, Jimin. Kau harus-" sebelum kalimat yang dilontarkan Seokjin selesai dengan utuh, Jimin telah memotongnya dengan pernyataan yang ambigu plus raut wajah yang susah dideskripsikan antara geli dan bingung.

"Hentikan hyung!"

Seokjin menyeringit heran dan menaikan alisnya setinggi-tingginya, "Eoh? Hentikan apa?"

"Hentikan berbicara setengah-setengah bahasa seperti itu, Kim Seokjin sebelum aku membakar seluruh koleksi boneka kambingmu!"

"That's an alpaca, bitch!"

"Terserah... oke alpaca... HEH BAHASAMU HYUNG!!!"

Seokjin menghela napas lelah, "Sudah berapa kali aku bilang pada kalian, aku sedang belajar bahasa Inggris dan ini adalah jalan satu-satunya agar bahasaku lebih lancar, darling~"

"Menyebalkan!"

Pada akhirnya mereka mendebatkan hal-hal yang tidak penting, menyebabkan Jungmin kebingungan melihat tingkah dua perempuan –ah maaf dua lelaki- yang bertengkar tiada habisnya itu, topiknya tidak jauh-jauh dari kebiasaan Seokjin yang berbicara sok bule. Dengan otak pintarnya, Jungmin memilih untuk berteriak kencang, "TATATATATA!" yang sukses membuat dua ekor tupai itu berhenti.

Jimin tersenyum lebar, dia sudah mulai tahu watak Jungmin yag tidak suka diacuhkan sedangkan Seokjin memandang bocah tujuh bulan itu dengan tatapan ingin melahapnya hidup-hidup –dengan kata artian, Seokjin sangat gemas melihat bocah itu.

Jimin memperkenalkan Jungmin secara resmi kepada Seokjin dan berakhir dengan acara mari cubit-mencubit Jungmin. Sebegitu gemasnya Seokjin membuat bocah lucu itu menangis kencang setelah dengan sengaja pemuda bertubuh tinggi itu menggigit pipi gembul Jungmin. Hadiah jitakan keras mendarat di kepala Seokjin hari itu serta ceramah tujuh menit yang paling dihindari pemuda worldwide handsome ini dari sahabat sehidup-sematinya.

Tak terasa sudah mulai siang dan sialnya Jimin melewatkan semua mata kuliah paginya gara-gara makhluk kasat mata ini –baca: Seokjin - tidak berhenti bertanya ini itu padanya. Sekali lagi ingatkan pada Jimin untuk mencatat di buku hariannya bahwa dia mulai benci hari Rabu, tanpa alasan yang jelas. Sungguh kekanakan....

____________________

Please, Take Care of Me | JIKOOK FF 🔞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang