Part 10

10.9K 760 15
                                    

                Aisyah terus memikirkan kejadian kemarin dan apa yang ia rasakan. Ada apa dengan dirinya, kenapa dia menjadi seperti ini. Bahkan bayangan Raihan seakan enggan menghilang dari pikirannya.

"Ini sangatlah tidak baik," gumam Aisyah.

Ia beranjak dari duduknya di atas ranjang dan pergi menuju kamar mandi untuk mengambil wudhu dan melaksanakan solat. Ia ingin meminta jawaban atas segala pertanyaan yang ada di dalam benaknya kepada Allah Swt.

***

Seperti biasa sore itu Raihan menjemput Aisyah dari sekolah. Sebenarnya Aisyah ingin sekali menghindari Raihan, tetapi entah kenapa melihat sosok Raihan, ia sulit untuk menolaknya, berbeda dengan dulu.

Aisyah merasa sangat menyayangkan kenapa dirinya harus mulai tertarik pada sosok Raihan. Usia mereka terpaut jauh dan Aisyah merasa tidak percaya diri untuk bersama dengan Raihan. Raihan terlalu sempurna untuk dirinya.

"Kenapa melamun?" tanya Raihan saat mereka sudah berada di dalam mobil.

"Tidak apa-apa," jawab Aisyah.

'Apa Aisyah masih memikirkan dan belum moveon dari Agung yah?' batin Raihan melirik ke arah Aisyah.

"Mau makan dulu?" tanya Raihan berusaha mencari topik supaya Aisyah tidak kembali melamun.

"Boleh," jawab Aisyah yang di angguki Raihan.

"Mau makan dimana?" tanya Raihan.

"Terserah kamu saja," jawab Aisyah dan Raihan kembali menganggukkan kepalanya.

"Astagfirulloh!"

Baik Raihan maupun Aisyah sama-sama di buat kaget saat mata mereka menyaksikan seorang Ibu tua yang bertugas menyapu trotoar di serempet sebuah motor hingga jatuh.

Raihan segera meminggirkan mobilnya dan turun dari mobil tanpa berkata apapun.

"Rai?" seru Aisyah yang ikut turun juga. Aisyah hanya berdiri di depan mobil Raihan tanpa mengikuti Raihan yang berlari ke sebrang jalan dimana korban tergeletak bersimbah darah dan sang pelaku sudah kabur entah kemana.

Raihan duduk rengkuh di sisi tubuh Ibu itu dan mencoba memeriksa denyut nadinya. Masih berdenyut, batin Raihan.

Raihan merasa miris melihat sekelilingnya saat ia menengadahkan kepalanya. Orang-orang yang mengelilingi korban hanya sibuk mengambil video dan menonton saja, tanpa melakukan apapun untuk menolong korban.

"Bisa tolong bantu angkat ke dalam mobil saya?" seru Raihan pada beberapa pria yang menonton di sana.

Setelah mendengar seruan Raihan, mereka bergegas menuruti Raihan dan membantunya mengangkat tubuh korban yang tidak sadarkan diri itu.

Aisyah membantu membuka pintu mobil belakang saat mereka sudah dekat dengan mobil Raihan. Tubuh sang korban kini sudah berada di dalam mobil Raihan. Tanpa banyak bicara lagi, Raihan bergegas menaiki mobilnya dan menginjak gas mobilnya meninggalkan tempat itu bersama Aisyah.

"Apa tidak masalah acara makan kita di tunda?" tanya Raihan.

"Tidak apa-apa, sebaiknya memang kita ke rumah sakit dulu. Kasian Ibu ini," seru Aisyah menoleh ke arah belakangnya dimana korban masih tak sadarkan diri.

Sesampainya di rumah sakit, korban langsung di larikan ke UGD. Raihan dan Aisyah menunggu di luar ruangan.

Tak lama Dokter keluar dan mengatakan kalau terjadi pembengkakan di kepala korban dan harus di lakukan operasi saat ini juga. Raihan di minta menuju tempat administrasi.

"Bagaimana Ibu saya?"

Tiga orang datang menghampiri mereka, dua orang pria dan satu orang wanita yang masih terlihat muda dan masih memakai seragam sekolah putih abu.

"Kalian keluarga pasien?" tanya Dokter.

"Kami anak-anaknya," ucap pria yang terlihat lebih tua dari yang lain dan terlihat sudah hampir kepala 4.

"Terjadi pembengkakan di kepala pasien, kami harus segera melakukan operasi hari ini juga. Kalian bisa mengisi beberapa persyaratan di bagian administrasi," seru Dokter dan berlalu pergi.

"Astagfirulloh bagaimana ini?" seru pria yang lebih muda dari yang tadi.

"Hei kalian! Kalian yang menabrak ibuku, bukan? Aku tau orang kaya seperti kalian hanya seenaknya bawa kendaraan dan ugal-ugalan tanpa perduli sekitar!" seru pria yang lebih tua tadi dengan sangat emosi.

"Apa maksud anda, kami tidak-"

"Saya akan bertanggung jawab dan menanggung semua biaya pengobatan Ibu anda. Kalian tenang saja." Aisyah melongo mendengar ucapan Raihan yang memotong ucapannya tadi yang hendak mengatakan sesungguhnya. Raihan tidak menabrak ibu mereka. Dia malah menolongnya.

"Kalau begitu kamu ikut denganku ke bagian administrasi!" seru pria itu yang di angguki Raihan.

"Sebentar yah, AY." Raihan berjalan mengikuti pria tadi.

'Kenapa dia tidak membela diri dan menerima tuduhan itu?' batin Aisyah.

---

Setelah proses pembayaran ke bagian administrasi, Raihan dan Aisyah pergi meninggalkan rumah sakit dengan memberikan kartu nama ke salah satu keluarga korban untuk menghubunginya jikalau membutuhkan sesuatu lagi. Raihan juga berjanji nanti malam akan kembali datang untuk melihat proses operasinya.

"Kenapa kamu menerima tuduhan itu?" tanya Aisyah saat mereka sudah duduk di dalam mobil.

"Kenapa memangnya?" tanya Raihan membuat Aisyah menghembuskan nafasnya kesal.

"Ck dasar bocah! Aku bertanya, jadi berikan jawaban buka kembali pertanyaan," seru Aisyah membuat Raihan tersenyum manis.

"Tidak ada alasan. Kalau aku mengatakan, bukan aku yang menabrak Ibu Ai, mereka akan semakin tertekan karena memikirkan semua biaya rumah sakit. Dengan hanya diam dan menerima tuduhan ini, aku bisa membantu Ibu Ai dan juga menenangkan keluarganya mengenai biaya rumah sakit. Kini biarkan mereka fokus memikirkan dan berdoa untuk kondisi Ibu Ai."

Jawaban Raihan membuat Aisyah melongo. Bagaimana bisa ia sampai memikirkan semua itu?

"Lagipula niatku tulus ingin menolong, jadi biarkan saja mereka mau menganggapku sebagai apa, yang jelas di hadapan Allah, aku tidaklah bersalah," jawab Raihan.

Jawaban Raihan jelas sudah membungkam mulut Aisyah hingga ia tidak bisa berkata apapun lagi.

'Anak ini sangatlah dewasa, aku pikir dia hanya akan kekanak-kanakan,' Batin Aisyah.

*** 

TBC...

22-10-2019

Otw HalalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang