Sesampainya di rumah Raihan, yang di sambut hangat oleh Milla dan Ali. Raihan langsung menuju kamarnya untuk mandi dan berganti pakaian. Sedangkan Aisyah ikut melaksanakan solat magrib di mushola kecil yang ada di rumahnya Milla.
Selesai melakukan solat magrib dan berdoa, Aisyah menatap desain mesjid kecil di dalam rumah itu sungguh indah dan sangat nyaman. Selain itu rumah Raihan juga sangatlah besar, lebih besar dari rumahnya.
Pandangan Aisyah tertuju pada kaca bening yang menjadi dinding pembatas antara mesjid dan bagian luar yang merupakan taman belakang. Terlihat hujan sudah tidak sederas tadi dan hanya rintik saja.
"Sudah selesai?" seruan itu membuatnya menoleh dan tatapannya langsung melebar terpesona melihat sosok yang berdiri di depan pintu masuk.
Raihan terlihat sangat tampan dengan setelan koko putihnya, sarung juga peci hitam yang terpasang rapi.
"Khemm... apa ada yang salah?" tanya Raihan yang menyadarkan Aisyah dari lamunannya.
Aisyah segera menundukkan kepalanya. "Iya sudah," jawab Aisyah terlihat gugup.
Raihan sadar kalau Aisyah terpesona dengannya, dan Raihan merasa senang akan hal itu.
"Aku sudah menghubungi Abi Djavier kalau kamu mampir dulu kesini, dan kamu akan aku antar ke rumah sebelum pukul 9," ucap Raihan yang sangat paham dengan kedisiplinan Djavier.
"Terima kasih," seru Aisyah berdehem pelan untuk menghilangkan kegugupannya. "Aku akan membantu Tante di dapur," seru Aisyah bergegas membuka mukena nya.
"Baiklah," jawab Raihan berjalan ke depan Aisyah dan melangsungkan solatnya.
Aisyah telah selesai melipat mukena nya, sebelum ia pergi keluar dari mesjid. Ia kembali menoleh dan memperhatikan calon imamnya yang sedang khusu melaksanakan solatnya.
Melihat itu, jantung Aisyah berdebar kencang dan rasanya seluruh darahnya berdesir. Perlahan-lahan Aisyah berjalan meninggalkan mesjid dengan tersenyum senang. Ia bersyukur di pertemukan dengan Raihan dan berharap proses pra nikah mereka di lancarkan hingga hari H.
---
Aisyah membantu Milla di dapur menyiapkan makanan di meja makan. Dan Milla masih terlihat memasak menu lain.
"Tante senang kamu mau mampir," seru Milla sangat bersemangat.
Aisyah tau sifat humor dan banyak bicaranya Raihan mirip Milla karena Om Ali terlihat begitu pendiam. Tetapi bijaknya Raihan mirip sekali dengan Ayahnya itu.
Lamunan Aisyah tersadar saat mendengar lantunan Ayat Al Quran yang sangat merdu. Aisyah menoleh ke arah Milla seakan bertanya.
"Ini Raihan, dia memang selalu mengaji setelah solat magrib hingga adzan isya berkumandang. Ia baru akan keluar setelah solat isya dan berdzikir. Makanya di sini makan malam kami selalu pukul 8 malam," seru Milla membuat Aisyah termenung.
Suaranya sangatlah indah....
---
Tak lama Raihan bergabung di meja makan dimana Ali, Milla dan Aisyah tengah berbincang dan terlihat menunggu kedatangan Raihan.
"Sudah selesai?" tanya Milla yang di angguki Raihan yang masih menggunakan koko nya juga pecinya.
"Ini minumlah, susu jahe. Kamu tadi kan kehujanan," seru Aisyah menyodorkan gelas ke hadapan Raihan yang sudah duduk di kursi.
"Terima kasih Bu Guru," seru Raihan meneguk susu itu dan rasa hangat langsung terasa menyusuri kerongkongan, dada juga perutnya.
Milla tersenyum bahagia seraya menyenggol-nyenggol lengan Ali. Akhirnya dia bisa berbesanan dengan Amierra sahabat baiknya sejak kuliah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Otw Halal
SpiritualBagaimana perasaan Aisyah saat tau dirinya di jodohkan dengan pria yang usianya jauh di bawahnya. Sedangkan saat ini ia tengah menanti seseorang yang berada jauh di kota orang.