"Pagi, Do." Sapa Dicky yang hari ini sengaja datang paling pagi,
Dado melirik ke arah Dicky dengan heran, lalu dia menjawab,
"Tumben dateng pagi..."
"Iya gue ada urusan sama orang," Dicky kemudian berjalan kearah Dado, lalu duduk di meja depan Dado.
"Ohh Yaudah kalau gitu gue tinggal ya, gue mau latihan basket pagi." Dado yang hendak berjalan keluar kelas ditahan oleh Dicky,
"Gue ada urusan sama orang. Dan orangnya adalah lo."
"Hah?" Dado melepaskan pegangan Dicky dan menatapnya heran,
"Gue mau lo terima perasaan Lea. Dan gue mohon, bahagiain Lea...untuk gue."
Deg!
"Lea suka sama gue? Bilang apa gue ke Kak Stephan? Ah anjir jadi rumit kan masalahnya!" Batin Dado.
Dado sangat terkejut, Dia tidak tahu harus menghadapi situasi seperti kini.
Bagaimana jika kakaknya tau akan hal ini?
"Lu serius? Lea suka sama...gue?" Ucap Dado
"Ya." Angguk Dicky mantap.
Tentu saja Dicky tidak mengetahui bahwa sebenarnya Dado adalah adik dari Stephan--yang juga menyukai Lea.
"Di...gue..."
Dado semakin terbata bata, dia menggigit bawah bibirnya lalu menatap Dicky dengan wajah pasrah.
"Gue...akan coba."
Dicky tersenyum sendu mendengar jawaban itu.
Dado tidak tahu bahwa keputusannya yang ia ambil sekarang akan mengungkap satu rahasia besar.
***
Lea berjalan dipinggir trotoar becek dengan mengangkat sedikit rok span miliknya. Wajahnya kusut, sangat kusut. Dia sebal karena Dicky. tidak biasanya Dicky meninggalkannya pulang seperti ini.
Tiba tiba Lea merasa ada seseorang yang mengikutinya,
Lea berusaha untuk tetap tenang, walaupun pikirannya melayang memikirkan hal yang tidak tidak.
Oh sialan! Langkah seseorang yang mengikutinya semakin mendekat.
Grep...
"Kenapa buru buru?"
Lea menahan napas saat pundaknya disentuh oleh seseorang, dan ketika Lea melihat orang itu, ternyata dia adalah Dado.
"Anjir kirain Steph-...ehhh"
"Stephan kaka gue?" Dado mengerutkan dahinya,
"E-ehhh bukan ko hehe," Lea menggaruk kepalanya sambil tertawa kaku,
"Oh iya Do, Dicky kemana ya?" Lanjut Lea,
"Jangan." Ucap Dado menatap lurus Lea
Lea menatap Dado heran,
"Maksud?" Lea mengangkat alisnya,
"Jangan pernah ngaperepin lo bisa pulang sama Dicky lagi, karena..."
Dado menggantungkan kalimatnya, dia menghela napas sambil tertawa pelan,
Lea masih menatap heran Dado."Karena mulai sekarang..."
Lea masih menunggu Dado menyelesaikan ucapannya
"Karena mulai sekarang...Gue terima perasaan lo." Dado tersenyum, kemudian dia menarik tubuh Lea dan memeluknya erat.
Lea masih menggangga, dia tidak mengerti dengan sikon yang saat ini terjadi.
Nerima perasaan gue? Sejak kapan gue suka sama Dado?
Sementara itu, disudut jalan lain, rupanya Dicky sedang menyaksikan kejadian itu dengan terpaksa. Tangannya mengepal keras.
Apa gue berhak buat cemburu?
***