Lea POV
"Cewe apaan dah gua, ditarik sana sini sama cowo. Murahan hahaha " gue mengusap air mata gue dengan kasar.
beberapa detik kedepan, gue sama Dicky masi diem dieman --canggung. Padahal biasanya Dicky cerewet kalo gue curhat tentang cowo ke dia.
"Ky..." gue lirik Dicky, berharap dia kasi solusi.
"Ky?"
"DICKY!"
Gue ketawa saat liat dia terkejut setengah mati saat gue teriak manggil dia.
"E-ehh? Iya ada apa Le?" Dicky langsung natap gue. Nggak kaya tadi.
"Dado nembak gue."
"Oh"
Oh doang? Anjir. Mana mukanya santuy banget.
"Terus gimana? Gue harus gimanaaa?"
" lha? Bukannya itu yang lo mau?" Dicky jawab gue dengan nada sewot. Pake banget.
"Mau apa?" tanya gue nggak ngerti.
"Lu kan yang mau Dado nerima perasaan lo?"
"APAAN ENGGAK! Gue nggak pernah ya suka sama Dado!" Jawab gue ngegas
"Eh? Bukannya lu yg bilang waktu TOD-an suka sama orang ganteng, terus inisialnya huruf D? Terus waktu gue tanya Dado, lu ngangguk bego!
***
Wajah Lea seketika berubah merah padam, memang dalam tragedi ini, dirinyalah yang bersalah. Mengapa dia mengganguk saat itu?
"Tapi anehnya, kenapa Dado bisa tau soal ini?" Ucap Lea menatap Dicky curiga,
"Apa? Lu curiga gue yang bilang ke dia?"
"..."
"IYA! GUE YANG BILANG KE DIA, PUAS LO?!" Dicky membentak Lea sambil mengusap wajahnya frustasi.
Dia senang emosional. Pikir Lea.
"Tapi ky...buat apa? Lagian kenapa lo marah marah?" Jawab Lea dengan sabar menahan emosi
"Gue pengen lo bahagia. Gue pengen lo bahagia pada akhirnya. Gue... gue pengen lo bahagia walaupun gue gaboleh egois. Karena pada akhirnya lo bukan milik gue. Lea...Gue..."
Lea menahan napas, menunggu Dicky selesai bicara. Walaupun sebenarnya dia tidak mengerti dengan apa yang diucapkan Dicky.
"Gue...suka sama lo."
Debar jantung lea seketika tidak beraturan.
wake me up God.
Please...
