"Kita putus!"
Aku terdiam sembari mencerna kata yang terlontar dari bibir tebalnya. Tak ada ekspresi sendu kala dirinya mengatakan sesuatu yang mengubah hidup kami untuk ke depannya.
"Beneran putus Jae?" aku bertanya, berusaha meyakinkan keputusannya. Masalahnya bukan hanya sekali kami bertengkar-berdamai kembali, tapi aku berharap kami tidak benar-benar putus. Karena baru kali ini dia berkata seperti itu.
"Iya kita putus," jawabnya dengan enteng dengan senyuman kecil yang membuat hatiku berdenyut perih.
"Kali ini serius? Maaf aku bertanya lagi, hanya ingin memastikan jika kamu benar-benar ingin mengakhiri hubungan kita," jelasku.
Ku remat kesepuluh jariku untuk menahan rasa sakit yang sebentar lagi akan menghantamku. Dia menoleh ke arah lain kemudian mengangguk pelan. Jawaban non-verbalnya membuatku mengatupkan kedua belah bibirku dengan rapat.
"Kenapa harus putus Jae? Kita masih bisa memperbaiki semua yang terjadi,"
"Kamu engga salah Woo, aku aja yang bosan sama kamu,"
Jawabannya tanpa sadar telah menyakitiku. Entah ke berapa kalinya dia menyakitiku, dan tanpa salam perpisahan dariku. Kedua kakinya mulai menjauhiku; meninggalkanku sendiri di malam yang cukup dingin.
Tak ada salam perpisahan, hanya ada luka baru yang kembali di buat olehnya.
Perfect!
Malam ini harusnya menjaidi hari yang paling bahagia, namun sepertinya keberuntungan tidak berpihak padaku.
Lambat laun punggung lebarnya semakin menjauh dari pandanganku, kedua mataku semakin buram karena cairan bening yang memenuhi kedua bola mataku.
Jadi ini benar-benar akhir dari hubungan kami?
Kali ini aku pulang berjalan kaki menuju rumahku. Aku kira dia mengajakku bertemu di taman dekat rumahku untuk membicarakan sesuatu yang tidak pernah hinggap di dalam otakku, hingga kata-kata itu kembali.
Putus.
Dulu, ia selalu mengatakan kata Break sejenak saat kami bertengkar hebat atau adanya salah paham yang berujung dengan renggangnya hubungan kami. Tapi aku tidak menyangka dia akan melontarkan kata putus dengan mudahnya dan sepertinya kali ini memang sudah menjadi akhirnya.
Ku usap kasar kedua pipiku yang basah karena airmataku. Tidak ada sepatah katapun yang keluar dari bibirku setelah ia pergi, aku hanya membiarkan airmataku terus melaju untuk mengurangi beban hatiku.
Dan malam ini aku berdoa, hanya permintaan yang baik untuknya. Tuhan, jika aku bukanlah Orang yang baik untuknya. Semoga dia mendapatkan penggantiku, tentunya yang lebih baik.
Dan aku harap kami tidak bertemu lagi, bukannya karena aku takut bertemu dengan mantanku. Hanya saja hatiku memerlukan waktu untuk sembuh dari sakit yang dia ciptakan, atau mungkin memang tak akan sembuh.
Aku tak tahu, dan aku membiarkan waktu yang akan menjawab.
Jung Jaehyun, cinta pertamaku yang harus pupus di tengah jalan. Doaku hanya satu, semoga kau mendapatkan yang lebih baik dari yang sebelumnya, yaitu aku.
Dari Jungwoo-mu yang sempat kau cintai sepenuh hati dan kini kau campakkan. Aku mantanmu yang kau putuskan di hari ulang tahunku.
Dan terima kasih untuk kado teristimewanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Try Again | Jaewoo ✔
Teen Fiction[ T A M A T ] Ide cerita murni hasil imanjinasi Blue ⛔ Homophobia segera menjauh dari lapak ini ⛔ ⚠ Trigger Warning ⚠ Bikin emosi, bikin baper, bikin kesel. [ S I N O P S I S ] Jungwoo hanya tau jika dirinya mencintai kekasihnya, Jaehyun. Begitu jug...