Banjarnegara, Jawa Tengah
Aku masih ingat betul bagaimana cara jemarimu tertaut padaku. Ketika tanganku tak bertumpu. Ada tangan lain, lebih keras, lebih kekar: tangan kirimu.
Seperti berusaha menggapai, namun tak sudi berjuang. Kamu berlagak seolah acuh padaku. Tapi, di bagian dalam hatimu aku tau maksud dari kepura-puraan mu.
Jemari kita sudah tak lagi bergelayut pada udara biru. Ada hangat di sana, ada semacam rona merah jambu terlukis di wajah lesumu. Ada lengkung senyum di bibirmu, dan aku baru sadar senja tak lebih menawan dari tawamu sore itu.
Bahagia, seperti seharusnya. Hingga tiba di ujung jalan. Kamu masih enggan melepas tautan, sedangkan aku sudah bersiap menyambut petang.
Guratan senyummu kian berubah sendu, kala satu persatu jariku melepasmu. Seperti seolah esok tak ada hari. Aku tak merasa ada yang tak seirama. Entah apa itu. 'Sampai Jumpa' sebenarnya terdengar sangat biasa untuk sepasang kawula muda yang tengah dimabuk asmara.
Kamu pamit, lalu perlahan hilang dari pandangan. Sampai malam masih kupikirkan, tak ada notifikasi-notifikasi yang buatku senyum-senyum sendiri. Aku masih menunggumu di sebalik layar rindu, dan tak ada kabar darimu.
Suasana malam itu cukup buatku cemas. Kemana kamu? Sedang apa kamu? Melupakanku apakah secepat itu?
Aku tak sabar, sehingga kuhubungi sahabat dekatmu. "Dia sedang bertemu wanita lain," sesingkat kalimat itu buatku terperanjat. Adegan mana yang ku lewatkan?
Aku baru ingat, siang tadi kau berucap tuk putuskan hubungan dan akupun meng-iya-kan. Kamu pergi untuk memberiku ruang kebebasan. Kebebasanku adalah ruang untukmu merayakan kehilangan.
23/10/2019
•••
Temukan saya di:
Instagram @julfabella
Twitter @kotabulanTandai saya apabila kalian menggunakan kutipan dari karya saya