4. Menghindar

9.6K 326 0
                                    

Seperti rutinitas sehari-hari, bangun-mandi-bercengkrama bersama Dia-membersihkan rumah-minus memasak untuk suami. Setelah semua beres, perempuan berkulit putih itu akan bersiap ke kampus dan menjalani hari panjang di dalam kelas.

"Duduk, Zi. Ke kamar sebentar ya..."

Dara masuk ke kamar dengan membawa tas ranselnya, sedangkan Uzi duduk di atas karpet di ruang tv sembari menyenderkan punggungnya di dinding. Tangannya meraih remot menyalakan kotak bergambar dan bersuara itu. Di tengah kegiatannya memindah-mindah saluran acara, matanya tertarik melihat foto yang terbingkai figura. Foto yang diletakan di samping tv. Tidak besar, bahkan Uzi tidak melihat ada foto lain selain foto itu.

Foto yang mengabadikan seorang laki-laki dengan jas hitam serta peci yang bersanding dengan perempuan berjilbab brokat putih sederhana dipadu khimar biru muda yang serasi dengan dasi yang dikenakan sang suami. Mahkota kecil di atas kepalanya, juga makeup tipis dan natural berhasil memancarkan aura dari perempuan yang tersenyum tipis di dalam foto itu. Tangan mungilnya memeluk lengan kokoh laki-laki yang berwajah kaku.

Tidak menyangka, sahabatnya itu kini sudah bukan lagi perempuan bebas. Dan parahnya secepat ini. Padahal, Uzi masih ingat percakapannya di selasar masjid kampus awal semester ini. Yang berarti kurang lebih tiga bulan yang lalu.

"Zi, planning kamu habis S1 mau ngapain?" tanya gadis yang sedang memandang jauh ke halaman parkir masjid.

"Mau nikah,"

"Nggak mau S2 dulu gitu?"

"Nikah dulu, baru S2. Biar semangat kuliahnya," jawab Uzi dengan senyuman yang dilihat Dara sekilah sebelum kembali melihat kedepan.

"Kalau kamu gimana?"

Dara terdiam sesaat, "Lulus kuliah mau ngajar dulu, setelah itu nikah. Tapi kalau jodohnya belum muncul, mau S2 dulu."

"Nggak minat nikah muda? Nikah sambil kuliah gitu."

"No! Nggak kebayang deh lagi ngerjain laporan, nyiapin presentasi ehhh ada laki-laki yang masuk kamar terus bilang gini "Bikinin Mas kopi, Neng.. " ya Allah. Bisa melayang itu laptop ke muka suami," ujar Dara sembari memeragakan.

Uzi terkikik melihat Dara yang antusias.

"Nih lagi, pagi-pagi kuliah jam 07.00 ehh harus masakin sarapan dulu. Belum nyuci baju yang jadi dua kali lipat, nggak kebayang deh Zi... Ku nggak setanggung itu," kata Dara sembari menggeleng-gelengkan kepala seakan membuang bayangan mengerikan macam itu.

"Heh ngalamun!"

Dara terjenggit saat Dara tiba-tiba menepuk bahunya. Di hadapannya Dara sedang meletakan seteko es lemon tea juga kripik singkong di dalam toples.

"Ra, gimana rasanya nikah?" tanya Uzi sembari melihat sekilas ke arah figura yang tadi menyita perhatiannya.

Dara mengulurkan gelas yang sudah berisi es buatannya, "Ya nggak gimana-gimana."

Uzi yang menengguk es lemon tea buatan Dara sedikit teralih dengan rasa es itu.

"Gimana rasanya?" tanya Dara setelah Uzi meletakan gelasnya ke atas nampan.

"Seperti biasa, lemon tea Udara selalu terciamik.. " Uzi mengacungkan dua jempolnya yang di sambut tepuk tangan senang dari Dara.

"Enak nggak nikah, Ra?"

"Emang makanan?"

Pertanyaan dibalas dengan pertanyaan lagi. Dara membuka dan menyalakan laptopnya. Sedangkan Uzi malah membuka toples kripik singkong rasa balado.

"Gimana Kak Bayu, Ra?" tanya Uzi lagi. Dia benar-benar penasaran dengan kehidupan berumah tangga. Siapa tau planningnya berubah seperti Dara yang tiba-tiba menikah.

"Gimana apanya?"

Kan lagi.

"Ish, tau ah. Dari tadi pertanyaanku dibales pertanyaan wae," ujar Uzi kesal. Sedangkan Dara hanya terkekeh pelan sembari meraih satu buku yang cukup tebal.

"Kita mau ngerjain jurnal atau mau QnA?" ujar Dara menyindir Uzi.

"Iya iya bundo..."

Kedua perempuan itu larut dalam buku dan jurnal rujukan yang mereka gunakan untuk membuat artikel jurnal yang membuat keduanya mengurut pelipis.

Udara tidak akan semudah itu membagi kisah sulitnya, pernikahan yang jauh dari yang dia bayangkan. Jika pertanyaan mengapa kata Basa dan Basi memiliki bunyi yang berbeda sehingga menghasilkan arti yang berbeda? Maka Udara akan dengan mudah menjelaskan teori minimal pairs dalam ilmu fonologi. Namun, jika pertanyaan mengapa Kak Bayu seperti itu? Udara tidak dapat menemukan jawabannya di manapun. Kecuali kelak satu peristiwa mengungkap segalanya.

***

Udara melihat jam yang terus berdetak, harusnya suaminya sudah kembali. Tadi pagi Kak Bayu memberi tahu bahwa dia akan sampai rumah setelah magrib. Akan tetapi, kini jarum jam pendek sudah hampir mendekati angka delapan.

Ting

Satu pesan masuk, belum sempat dibaca ponsel Dara berdenting tidak sabaran. Benar, grup kelasnya sudah ramai.

Lagi-lagi, belum sempat membaca pesan yang membuat teman-teman heboh, satu panggilan dari Uzi terpampang di layar ponsel perempuan berbaju tidur itu.

"Kenapa, Zi?" tanya Dara setelah bertukar salam.

"Udah baca grup?"

"Belum"

Satu decakan terdengar di telinga Dara.

"Besok jurnalnya dikumpulin," ujar Uzi dengan nada kesal.

"Sebelum jam 07.00" lanjutnya sebelum Dara merespon.

Ini ternyata yang membuat ponselnya mendadak ramai, sudah pasti banyak umpatan, sumpah serapah yang diungkap dengan bentuk tulisan di dalam grup. Ah, dosen selalu benar dan menang. Seharusnya masih lusa dikumpulkannya, kenapa mendadak menjadi besok pagi? Ya Allah. Beruntungnya, dia dan Uzi berhasil menyelesaikannya tadi. Bagaimana nasib mereka yang belum membuat?

"Haduh, harus diprint lagi. Print di rumah lagi soak, Zi. Kak Bayu belum sempet servis..." ujar Dara ikut bingung. Suka banget sih masalah datengnya rombongan.

"Besok pagi nggak ada yang buka tempat print kalau sebelum jam 07.00..." kata Uzi yang tambah khawatir.

Dara melihat sekilas jam di dinding, "Aku print sekarang deh. Kayaknya ujung gang masih buka deh,"

"Maaf ya Ra, kosanku terpojok gini jauh dari peradaban," ujar Uzi merasa tidak enak.

"It's oke. Ya udah, keburu malem keburu tutup nanti. Assalamu - "

"Suruh anterin, Kak Bayu Zi..." potong Uzi cepat.

Dara tidak menjawab pernyataan Uzi, ditutupnya sambungan telepon setelah mengucap salam yang sempat menggantung.

Perempuan itu bangkit dari kursi meja makan, kemudian mengambil tudung saji dan menutupkan makanan yang sudah dia siapkan untuk suaminya. Setelah berganti jilbab, dan memastikan membawa dompet juga yang terpenting flashdisk, Dara mengeluarkan sepeda motornya yang biasa dia gunakan untuk ke kampus.

Kampus dan rumah kontrakan Dara dan Bayu memang tidak dekat, tetapi juga tidak jauh. Kira-kira butuh 10 menit untuk ke kampus.

Tempat print yang hanya ditempuh 2 menit, sembari menunggu antrian mengeprint, karena entah mengapa jam segini tempat print itu ramai sekali. Padahal biasanya, biasa saja.

Dara memandang jalan raya yang ramai dengan kendaraan, hingga satu mobil yang sudah amat di kenal menepi di seberang jalan. Matanya terus menatap mobil itu, semua tertangkap oleh matanya. Bagaimana laki-laki berkaos polo itu turun dari mobil bersamaan dengan seorang perempuan yang keluar dari bangku penumpang samping pengemudi. Perempuan berjilbab batik dengan khimar instan. Lalu keduanya melempar kata dan senyuman

"Teh, itu komputernya udah kosong..."

Bersambung...

bukan PERNIKAHAN IMPIAN √(PINDAH KE DREAME)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang