55. Runtuh

8.2K 326 27
                                    

Dara melambaikan tangan kepada Hika yang sudah berangkat sekolah dengan menggunakan ojek online. Sejak semalam, Bayu belum pulang. Melihat apa yang laki-laki itu bawa semalam, Dara menyimpulkan bahwa Bayu menginap di rumah sakit dan berangkat kerja dari sana. Setelsh memastikan Hika sudah hilang dari pandangannya, Dara mengunci rumah. Pagi ini dia akan berangkat ke kampus dengan berjalan kaki ke depan gang sebelum naik angkot. Dia masih memiliki waktu banyak, hari ini jadwal kuliahnya mulai dari jam 08.40.

Melihat keadaan hubungannya dengan Bayu yang semakin tidak terkendali, Dara merasa bahwa dirinya harus membicarakan dengan Bayu. Berbicara dari ke hati untuk menemukan satu titik pemahaman. Setelah kejadian di kampus, suaminya terperangkap kesalahpahaman.

Dara melambai saat angkot yang akan ditumpangi terlihat, perempuan itu menghelai nafas saat angkutan kota itu penuh.

Dulu, ayahnya selalu melarang Dara naik angkot jika seorang diri. Karena menurut ayah itu sangat rawan, bukan hanya tentang kejahatan tapi juga tentang sulitnya menjaga jarak duduk dengan lawan jenis. Belum lagi jika sopir angkot memaksa penumpang masuk padahal sudah benar-benar berdesakan.

"Kiri, Pak!" ujar Dara. Perempuan itu turun setelah angkot berhenti di depan gerbang utama. Tidak lupa Dara menyerahkan uang dan mengucap terima kasih.

Sekarang dia harus berjalan dari gerbang utama ke fakultas dan naik ke lantai 4, semoga saja dia beruntung mendapati lift yang kosong. Setidaknya dia tidak perlu mengeluarkan tenaga untuk naik tangga.

***

Gerimis kembali jatuh dari langit Bandung, Dara yang baru saja keluar dari kubikel dosen tanpa berpikir apa-apa langsung turun ke loby. Gerimis itu sepertinya tidak akan membasahi tubuhnya. Dara mengambil motornya dan melajukan ke arah rumah sakit. Perempuan itu juga mampir sebentar ke minimarket untuk membeli makanan. Setelah dari sana, Dara kembali mampir ke penjual buah untuk membeli sesuatu untuk mertuanya.

Dengan membawa dua plastik Dara menyusuri lorong lantai dua rumah sakit, mengetuk pintu paling ujung tempat mertuanya dirawat.

"Lo Hika, kok udah di sini?" tanya Dara terkejut saat adik iparnya itu membuka pintu dengan senyum lebar.

"Iya, Teh... Pulang langsung ke sini sama mamang ojol..." katanya sembari membawa lengan Dara masuk dan menutup pintu.

"Wih, bawa apa ini?" tanya Hika saat melihat kantong yang dibawa kakaknya. Gadis itu mengambil alih kantong tersebut dan membawanya ke atas meja yang berada di tengah sofa. Kamar yang keluarga itu pilih memang kamar yang kelas bagus.

"Assalamu'alaikum, Yah... Bun.." ujar Dara menyalami Ayah dan Bunda. Bunda tersenyum saat Dara mencium kedua pipinya, "Gimana, Bun? Udah mendingan?" tanya Dara.

"Udah, besok juga bisa pulang ya Yah?" katanya memandang suaminya.

"Nanti tanya dokter dulu, Bun..." Bunda terlihat cemberut saat Ayah menjawab dengan mengelus kepala Bunda.

"Ayah nggak ke sekolah?" tanya Dara.

"Tadi Ayah izin, Ra..." Dara manggut-manggut sembari memijit pelan kaki Bunda. Tak lama Bayu datang, membawa sesuatu di tangannya. Dia terlihat datar saat melihat Dara yang sedang mengupas buah di samping ranjang Bunda.

Dara yang sadar kehadiran Bayu pun lekas bangkit dan menyimpan pisau serta buahnya, perempuan itu menghampiri Bayu mengambil alih kantong yang laki-laki itu bawa dan mencium punggung tangan Bayu, "Assalamu'alaikum, Kak..." ujar Dara dengan senyum tipisnya. Bayu hanya mengangguk.

"Bunda gimana? Udah enakan?" katanya Bayu sembari mencium kening Bundanya. Sedangkan Dara memilih meletakan kantong itu di meja, membuat Hika kembali histeris.

bukan PERNIKAHAN IMPIAN √(PINDAH KE DREAME)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang