19. Bintang

8.2K 315 11
                                    

Aroma makanan menguar memenuhi lorong kantin. Terlihat antrian di setiap sudut yang berisi siswa-siswa kelaparan. Meja-meja memanjang pun tidak kalah peminat. Salah satu strategi yang harus dijalankan saat di kantin dalam keadaan kelaparan adalah dengan membagi tim menjadi dua. Sebagian mencari tempat duduk, dan memastikan agar tidak diambil orang. Dan sebagian bertugas mengantri. Jika tidak seperti itu, semua akan menjadi sulit saat sudah membawa piring tetapi tidak ada bangku yang kosong.

Berbeda cerita dengan para guru yang memiliki wilayah kekuasaan. Maksudnya sudah tersedia bangku khusus untuk guru yang ingin makan di kantin. Atau jika malas dengan ramainya siswa, guru bisa dengan mudah meminta makanan untuk diantar ke ruang guru.

Siswi-siswi yang awalnya fokus bergosip sembari makan, atau mengantri sembari membicarakan kpop mendadak berbisik-bisik dengan mata yang tidak melepas pandangan dari 4 guru laki-laki yang sedang berjalan memasuki kantin. Dua di antara empat guru tersebut adalah Adam dan Bayu.

"Pak Adam manis banget ketawanya, " kata salah satu siswi sembari menggigit-gigit ujung sedotan. Matanya memandang memuja ke arah Adam yang tertawa karena kerecehan Salman.

"Gantengan juga Pak Bayu, minusnya galak banget sih dia. Coba aja baik hati, pasti gantengnya ningkat 40%..." ujarnya sembari mendengus kesal dengan mata yang tidak lepas dari Bayu. Laki-laki yang sedang menarik kursi kemudian mendudukan diri di sana.

Di lain bangku tak beda pembicaraannya.

"Udah ganteng, baik, sabar lagi. Kurang apa coba Pak Salman... "

"Liat deh Pak Bima. Jadi kangen dibentak di kelas... "

"Hadeh, itu guru berempat udah kayak BBF aja ya..."

Dan masih banyak lagi kalimat-kalimat penuh kagum di antara abg perempuan yang langsung menjadikan keempat guru itu topik pembicaraan. Sedangkan para siswa hanya bisa memandang iri ke keempat guru itu. Adam, Bayu, Bima, dan Salman adalah jajaran guru-guru tampan dan muda, plus lajang yang difavoritkan. Meskipun di antar ke empat guru tersebut, hanya Salmanlah yang memiliki kesabaran yang luar biasa hingga meluluhkan hari siswinya.

"Muka lo lecek amat sih, Bim! Nggak ada bedanya sama nih!" Salman mengangkat tisu bekasnya. Membuat Adam tertawa, sedangkan Bima yang menjadi objek melempar Salman dengan krupuk seharga 2.000'an.

"Pusing gua!" jawab Bima sembari membuka plastik peyek dan memakannya.

Sedangkan Bayu dan Adam melihat ke arah Salman yang sedang mengunyah kerupuk seakan bertanya. Salman yang memang tidak taupun mengedikkan bahunya.

"Kenapa emang?" tanya Bayu sembari melahap batagornya.

Bima meletakan plastik yang berisi peyek di atas meja, ditariknya kursi mendekati meja. Tubuhnya sedikit condong ke depan, membuat ketiga temannya menatap penasaran kepada Bima.

"Gini ya pusingnya ngurusin pernikahan? Perasaan sebelum lamaran fine fine aja. Naha sekarang teh meni riweuh. Aya wae masalahna...." ujar Bima dengan nada frustasi. Membuat ketiga temannya memutar mata. Mereka kira masalah apa. Ternyata perkara persiapan pernikahan.

"Emang udah berapa persen, Bro?" tanya Adam.

"60%"

Adam mengangguk-angguk paham.

"Wajar meuren kitu mah..." ujar Salman. Bima menatap Salman, seakan minta dijelaskan.

Dengan santai, laki-laki dengan batik kombinasi coklat dan maroon itu menyeruput es teh manisnya.  Kemudian melanjutkan pembicaraan, "Gue belum nikah sih, jadi ini menurut orang-orang yang udah nikah. Katanya kalau mau nikah cobaannya emang banyak banget. Malah bikin sering berantem, sampe-sampe kepikiran buat batalin saking riweuhnya." Salman menjeda sebentar.

bukan PERNIKAHAN IMPIAN √(PINDAH KE DREAME)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang