luke & amy - 114

305 59 4
                                    

× Amy ×

"Mau kemana?"

Tanyanya dengan cepat, aku menatapnya dengan tatapan bukan-urusanmu, dan dia membalas dasar-pacar-gila-aku-ini-pacarmu. Aku menghela napas, lalu memasang sepatu yang dibelikan kemarin oleh Calum, katanya, ia ingin menghiburku karena aku sangat hancur kemarin. Dan katanya lagi, aku sangat hancur kemarin sebelum Colsson datang menghiburku.

Sepatu ini sepatu yang paling ribet yang pernah aku punya, Calum bilang ini harganya agak mahal, jadi dia meminta kepada ku kalau sepatu ini harus sering dipakai. Sialan, kan? Tapi, terimakasih Calum tersayang! Saat sudah memakai sepatu disofa ruang tengah, aku berdiri dan tiba-tiba didepanku ada Luke.

"Duduk sebentar, aku mohon," Aku tmasih diam. Pergi saja atau menurutinya sebentar? Semenjak dua hari yang lalu itu, saat ku dengar Luke dan perempuan yang dulu ku anggap teman baik, ber-- sudahlah. Begini, aku akan duduk kembali kalau ia meminta padaku dengan kata ple-- "Please," Sialan.

Aku duduk kembali disofa, lalu ia duduk disampingku. "Aku, uhm, minta maaf. Aku tau kalau permintaan maaf ini tidak akan kau maafkan. Aku memang pacar yang bodoh, tapi, omonganku seminggu yang lalu itu memang benar. Aku menjalankan bisnis dengannya. Sekali lagi, aku memang pacar yang bodoh dan tidak pantas untuk dimaafkan." Sial, aku ingin menangis.

"Kalau kau ingin melampiaskan kekesalanmu, jangan menangis. Demi Tuhan, Amy, jangan menangis! Tampar aku saja sepuasmu untuk melampiaskan emosimu, tapi, aku mohon jangan menangis. Semua laki-laki benci melihat pacarnya menangis, bodoh! Jangan menangis, oke? Aku minta maaf dengan kelakuanku dan dia kemarin, aku kelewat batas. Tapi, sungguh, ini semua berawal karena bibirku tidak sengaja menyentuh bibirnya, aku terjatuh!"

Dia menghela napas, "Tapi, ya, sesuai cerita Clarisse dan Calum, aku-- dan dia, kelewat batas. Love, tapi, aku bersumpah kalau aku tidak mencintainya. Menyukainya saja tidak! Aku tau kau butuh waktu yang mungkin lama, tapi, aku mohon jangan lama-lama, untuk memaafkanku, kan? Boleh aku memelukmu? Karen-- JANGAN MENANGIS ZENITH AKU MENCINTAIMU!"

Seketika juga, aku tersenyum senang. Dan seketika itu juga, air mataku menetes bagaikan hujan deras. Luke langsung memelukku cepat. Erat. Hangat. Nyaman. Dia mencintaiku. Aku mencintainya, juga. Dia mengelus-elus pelan rambutku, mencium dahiku beberapa kali dan mengatakan jangan menangis terus-menerus. Dia, memang selalu membuatku tersenyum kembali, walau kadang pada akhirnya aku dijatuhkan lagi.

"Dimaafkan, atau tidak?" Tanyanya dengan lembut. Aku mengangkat bahu, "Tidak tau, kamu bisa, gak, berhenti berbisnis dengannya?" Aku tidak berani mendongak, menatap wajah Luke, bagaiamna ekspresinya.

"Aku ingin membuatmu bahagia."

Dan aku merasakan dia tersenyum. Apa maksudnya, sih? Jawabannya sangat membingunkan. Dia mengelus-elus rambutku lagi, "Aku akan menunjukkannya, sebentar lagi, oke?" Aku menghela napas. Dasar gila.

Aku langsung berdiri dan memandangnya, dia hanya memakai kaos oblong dan bagian lehernya robek-robek sedikit, lalu ia memakai celanan pendek diatas lutut. Unyu. "Aku mau pergi dulu," Aku tersenyum kepadanya, lalu aku langsung berjalan ke pintu depan. Baru saja mau menutup pintu depan, "Kau, Zenith, perempuan paling sempurna yang pernah aku temui sesudah Mom."

Gombal.

Sial, tapi aku tersenyum juga.

Aku menutup pintu, lalu jalan menuju lift seperti orang gila, senyum-senyum sendiri. Sampai dilobby, aku keluar, menengok ke arah kanan dan kiri. Aku tersenyum kepadanya, lalu menghampirinya. "Maaf lama!" Dia tersenyum dan menjawab tidak apa. Lalu ia mengajakku untuk segera pergi karena hari semakin siang.

***

luke... mau dong digituin haha :( vommentz xx

PARIS :: l.hWhere stories live. Discover now