Tanpa sengaja, Kyla menghasilkan suara gaduh di kamar. Pintu ia tutup dengan sangat kencang. Kyla tersenyum kikuk ke arah Bian yang terkejut bukan main.
Lelaki itu baru saja muncul di layar ponsel, mungkin karena kaget mendengar keributan.
“Gue pikir ada apaan,” kata Bian, dengan wajah yang masih setengah terkejut.
Kyla hanya terkekeh. “Saking senengnya, maaf.”
“Apa, sih, yang bikin lo sampai semangat kayak gini?”
“Taraaat ...,” seru Kyla, “earphone bluetooth!”
Bian berdecak. “Gitu doang lo sampe bikin keributan?”
Kyla tak memedulikan apa yang dikatakan Bian. Alasannya, karena ia terlalu senang dengan paket yang baru saja diantar oleh kurir ini. Barang yang ia beli dengan menabung uang jajan.
Benda kecil, tetapi harganya sungguh menguras kantong pelajar garis tengah sepertinya.
“Seingat gue ... gue punya yang kayak gitu.” Bian berucap.
“Serius?”
Bian mengangguk. Dari Aras, Kyla tahu banyak tentang latar belakang keluarga Bian, benda seperti ini juga bisa dibeli lelaki itu sampai seribu buah. Namanya juga orang kaya.
“Lagian, ngapain juga lo beli earphone baru? Yang lama emang udah rusak?” tanya Bian.
Kyla menggeleng. Alasannya membeli ini karena earphone biasa yang memiliki kabel sangat merepotkan. Benda itu juga bisa langsung ketahuan guru jika dipakai di sekolah.
“Biar lebih mudah aja, yang lama ribet,” jawabnya.
“Ada-ada aja lo, bilang aja lo belinya biar nggak ribet dipake di luar rumah, buat ngomong ke gue.”
“Ya, begitulah.” Kyla tertawa kecil.
Tangan Kyla mulai sibuk untuk mengetes benda tersebut. Ia sambungkan dulu dengan ponselnya, setelah merasa aman, Kyla beralih pada Bian.
“Kenapa?” tanya Bian yang kini menatapnya ketakutan.
“Hidupin bluetooth lo.” Kyla meminta.
Bian menggeleng. “Nggak usah.”
“Iiish ... gue mau coba!”
Lelaki itu mengalah dengan menghelaan napas pasrah. Tidak ada kata penolakan jika Kyla yang meminta. Bahkan Aras sekali pun akan kalah darinya.
Kemarin, saat kejadian di vila, yang berujung meminta maaf adalah Aras. Lelaki itu menjelaskan panjang lebar alasan mengapa memarah Kyla. Kyla paham, tetapi kesalnya tidak ingin hilang begitu saja.
Hingga akhirnya Aras mengirimkan boneka. Anggap saja itu untuk permintaan maaf. Ya, Kyla menyimpulkannya sendiri.
“Halo, halo ...,” ucap Kyla untuk mengetes mikrofon earphone tersebut, “kedengeran, nggak?”
“Hm, iya.”
Kyla berdecak. “Jawabnya yang semangat, dong ...!”
KAMU SEDANG MEMBACA
Ponse(L)ove : Transmigration
Ciencia FicciónPonsel bagi sebagian orang adalah benda yang paling dibutuhkan. Lalu, bagaimana jika benda tersebut ditinggali oleh roh dari korban kecelakaan yang sedang koma? Kyla merasa dunia sedang mengalami keanehan karena ia menemukan ponsel ajaib di mana ada...