Kyla hanya bisa bermalas-malasan di atas tempat tidur, sambil mendengar musik yang diputar oleh Bian dan suara fals dari lelaki itu.
Haruskah Kyla meminta pada Tuhan agar mencabut nyawa Bian tidak setengah-setengah? Karena yang harus tersiksa karena kelakuan makhluk labil ini adalah Kyla sendiri.
“Bian,” panggilnya, ada yang ingin Kyla tanyakan.
Lelaki itu menoleh, satu keningnya naik.
“Kok, lo bisa tahu gitu, kalau jantung gue waktu it—”
“Orang lo naruh gue di kantong kemeja lo, ya, kerasa detak jantung lo.” Bian menginterupsi.
Padahal, Kyla sudah tahu jawabannya, tetapi masih saja ingin bertanya.
“Ky.” Sekarang, Bian yang memanggil.
“Ya?”
Wajahnya mulai serius. “Kira-kira gue bakalan balik lagi, nggak?”
Kyla diam sejenak, ia juga bingung harus menjawab apa. “Ya, iyalah. Denger, Kak Aras lagi berusaha nyari cara buat ngeluarin lo. Jadi, lo berdoa aja biar dia berhasil.”
Itu jawaban asal darinya. Kyla tak tahu harus bilang apa pada Bian, bahkan Aras pun sedang bingung mencari jalan keluar.
“Kira-kira kalau gue balik lagi, lo bakal ngenalin gue, nggak?” tanya Bian.
Hei, Kyla bukanlah orang tua yang sudah pikun. “Iyalah, malah gue duluan yang bakalan ingat sama lo.”
Bian hanya terkekeh. “Gue juga bakalan ingat lo, kok,” katanya.
“Iya! Ingat utang! bayar listrik, tuh, di-charger mulu, belom lagi wi-fi!” bentak Kyla.
Bian hanya tertawa. Untungnya, lelaki itu tak butuh makan. Jika dipikir-pikir, bagaimana cara Bian makan dalam keadaan seperti ini?
“Duh, ibu kosnya galak banget, sih.” Bian mengeluh dengan nada bercandaan.
Kyla hanya mencebik, kemudian bangun untuk mematikan lampu. Besok libur dan sudah bisa dipastikan Kyla akan berada di rumah sepanjang hari.
“Udah mau tidur aja, Bu?” tanya Bian saat Kyla berjalan kembali ke tempat tidur.
Menaiki tempat tidur, lalu mengambil posisi nyaman di sana. “Yo, Good night, Bian” ucap Kyla, lalu menutup mata.
Bisa ia rasakan kamar menjadi gelap karena cahaya dari ponsel Bian yang ikut mati, dan tak lupa suara musik tadi kini telah lenyap. Lelaki itu juga tidur.
***+++***
Sabtu pagi, Kyla dan Bian kini berada di taman. Sudah hampir seminggu ini Bian terus Kyla bawa ke luar rumah. Si hantu itu juga nampak senang.
Earphone kembali menyelip di telinga Kyla agar bisa mendengarkan apa kata Bian, sedang lelaki itu berada di dalam sling bag yang ia pakai.
Sebuah pertanyaan sejak kemarin menggelitik di otak Kyla. “Bian, lo nggak bisa apa ganti baju?”
“Emang lo pikir gue Pou?” kesal Bian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ponse(L)ove : Transmigration
Fiksi IlmiahPonsel bagi sebagian orang adalah benda yang paling dibutuhkan. Lalu, bagaimana jika benda tersebut ditinggali oleh roh dari korban kecelakaan yang sedang koma? Kyla merasa dunia sedang mengalami keanehan karena ia menemukan ponsel ajaib di mana ada...