15. Perjalanan

5.3K 717 17
                                    


________

Terhitung dua hari lagi pergantian tahun. Kyla bersama Alena kini tengah menunggu Aras dan Dito di gapura komplek rumahnya.

Masalah izin, Kyla sudah mengutarakan pada kedua orang tuanya. Mereka mengizinkan. Dengan syarat, tidak boleh bersama lawan jenis, dan tentu saja ia harus berbohong demi bisa melancarkan aksi.

Kyla katakan saja pada orang tuanya  bahwa Alena yang mengajak. Padahal, fakta sebenarnya malah kebalikan. Pasti Alena tak tahu perjalanan ini akan bersama siapa dan sampai di mana.

Bicara soal tempat, alasan kedua mengapa lokasi tersebut dipilih, karena kebanyakan dari pekerja pabrik adalah warga sekitar. Mereka pasti memakai password angka, dan bukan pola—seperti kebanyakan anak muda.

“Ngapain, sih, nyarinya jauh banget?” tanya Bian.

Kyla berdecak. “Udah, diam aja.”

“Bukannya gitu, Ky, kesannya gue ngerepotin banget, tahu nggak?”

Selagi Kyla mendengarkan suara Bian lewat earphone, tangannya sibuk memeriksa HP sendiri. Masih seperti rutinitas biasa, berharap ada yang mau mengumbar sandi ponsel.

Tak lama kemudian sebuah mobil hitam  berhenti di depan mereka. Kyla segera membuka pintu belakang, sebelum para tetangga melihat siapa yang menjemputnya. Sambil menyapa si pengemudi, ia menggeser tubuh untuk memberikan tempat pada Alena.

Sudah Kyla duga, mata Alena melotot bukan main pada Dito yang duduk di kursi depan.

Perempuan itu menyentuh lengannya. “Apa?” tanya Kyla tanpa suara.

“Kak—”

Kyla mendekap mulut Alena agar tidak heboh di sini. Tanpa Kyla sadari, kedua kakak kelas itu kini memperhatikan mereka berdua.

“Kenapa, Ky?” tanya Aras.

Kyla nyengir pada Aras. “Nggak apa-apa, kok, Kak,” jawabnya, “jalan aja, entar tetangga gue liat, bisa jadi masalah besar.”

Aras menuruti. Mobil kini bergerak. Aman. Tidak akan ada yang tahu dengan siapa Kyla pergi.

Kyla merasakan cairan panas pada tangan yang menutupi mulut Alena. Ia menoleh. Segera ditariknya tangan saat sadar apa yang terjadi.

“Alena, lo—” kesal Kyla tertahan. Di sini bukan hanya ada mereka berdua, berhenti membuatnya malu.

“Gue nggak tahan,” balas Alena.

Aras segera memberikan tisu pada mereka, kemudian menghentikan mobil ke tepi jalan.

Segera Alena keluar mobil, Kyla mengikuti. Perempua itu kini sedang menumpahkan isi perut ke selokan.

Memijit bahu, Alena berusaha mengeluarkan apa yang  dimakan perempuan itu sebelum berangkat tadi. Astaga, mobil baru saja bergerak 50 meter dari gapura komplek, Alena sudah mabuk darat seperti ini. Kyla sudah salah mengajak teman.

“Malu-maluin banget, sih, lo.” Kyla memarahi temannya itu.

Alena menarik napas, lalu mendekap mulut dengan tisu. Perempuan itu menengadah untuk menenangkan diri.

Ponse(L)ove : TransmigrationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang