Jantung Kyla berdetak tak beraturan, bersamaan dengan langkah kedua kakak kelas yang mendekat ke arah mereka. Datang di waktu tak tepat. Vero masih dengan tingkah aneh, berdiam—seolah merasakan keberadaan makhluk halus.
“Berhenti, berhenti di situ.” Vero membuat kedua kakak kelas itu batal menginjak teras.
Kyla maju selangkah, berdiri di samping Vero. “Lo kenapa lagi, sih?” tanyanya.
Ia tak tahu jika Vero benar memiliki kekuatan supranatural atau tidak. Yang jelas, Kyla harus menyelamatkan keberadaan Bian, satu pengganggu saja bisa membuat kacau.
“Bentar, La.” Perempuan itu maju selangkah, berhenti tepat di depan dua lelaki tersebut. “Gue ngerasain keberadaan makhluk halus, tepat mereka datang.”
Kyla hanya bisa menghela napas, tatkala Aras menatapnya dengan wajah penuh tanya sekaligus terkejut. Apa yang harus Kyla jelaskan? Menanggapi segala ucapan Vero bukanlah jalan keluar. Berakting saja, bahwa mereka benar-benar tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh perempuan itu.
“Maksud lo, kita pake pelet gitu?” tanya Dito.
Kyla terpekik mendengar ungkapan tersebut. Akting boleh, tetapi jujur jangan.
Harusnya, Kyla mengapresiasi apa yang keluar dari mulut Dito terhadap Vero. Itu benar-benar luar biasa.
“Gue serius.” Vero masih saja keras kepala. “Papa Kyla polisi yang lagi menangani kasus tabrak lari yang lagi heboh itu, sekarang pasti roh korban yang koma sedang ada di sekitar keluarga ini.”
Lagi-lagi Aras menoleh pada Kyla. Sungguh, ia tak bisa memberikan jawaban sekarang.
“Duh, adik kelas Kak Dito yang paling lucu ...,” ucap Dito, “masih percaya takhayul? Lagian, yang diincar keluarga Kyla, ngapain gue dan Aras yang dicurigai?”
Untunglah di sini ada Dito, jadi mereka masih bisa beralibi. Bagaimana jika hanya ada Aras saja? Pastilah, Kyla yang akan berperang kata dengan Vero. Aras memang tak bisa diandalkan.
“Percaya, dong, Alena aja percaya. Iya, kan, Al?” Vero berbalik pada Alena.
Sekilas terlihat gelengan kecil dan juga senyum terbit dari Dito untuk Alena. Lelaki itu sedang memperkecil kesulitan dengan membuat Alena tak berpihak pada Vero.
“Nggak,” jawab Alena. Begitu berpengaruhkah Dito?
“See,” ujar lelaki itu pada Vero.
Vero berdecak. “Terserah, mau Alena percaya atau tidak, tapi yang gue bilang ini benar.”
“Teman lo kebanyakan nonton film horor?” tanya Aras pada Kyla.
“Entahlah.” Kyla hanya bisa menjawab seadanya. “Nggak usah dipusingin, masuk, yuk.”
Tidak baik membuat tamu berdiri di depan rumah saja. Kecuali jika tamunya adalah Vero, biarkan saja perempuan itu ada di luar atau sekalian diusir, jika benar-benar mengganggu.
“Berhenti.”
Lagi-lagi suara Vero membuat mereka berbalik. Padahal, Kyla sudah berdiri di pintu. Tamu-tamu juga telah melangkah mengikutinya.
Vero menarik lengan jaket Aras. “Energinya kuat ada di Kak Aras,” ucap perempuan itu.
“Hoaaam ....”
Suara menguap keluar dari dalam tas si pentolan sekolah. Mata Vero membulat sempurna, bak menemukan hal yang sedang dicari lama. Dasar Bian! Ingatkan Kyla untuk memarahinya nanti.
“Hoaaam ....” Dito ikut menguap. Vero menoleh pada lelaki itu. “Entah apa yang merasukimu,” kata kakak kelas tersebut.
Seketika tawa Kyla dan Alena pecah. Dito mengucapkan sepenggal lirik lagu yang tengah hits sekarang. Memang cocok dengan keadaan Vero saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ponse(L)ove : Transmigration
FantascienzaPonsel bagi sebagian orang adalah benda yang paling dibutuhkan. Lalu, bagaimana jika benda tersebut ditinggali oleh roh dari korban kecelakaan yang sedang koma? Kyla merasa dunia sedang mengalami keanehan karena ia menemukan ponsel ajaib di mana ada...