🌈Miss You (4)🌈

181 99 65
                                    

Cerita ini alurnya campuran ya, jadi bacanya urut biar jelas alurnya wkwk. .

Dan cuma mau bilang, cerita ini terinspirasi dari kisah teman author sendiri. Jadi bisa dibilang cerita ini real terjadi bukan hanya imajinasi. Jadi kalo alurnya gak sesuai dengan apa yang kalian minta mohon maaf ya.🙏

🌸🌸🌸🌸🌸

Masa-masa SMA adalah masa yang paling gue nanti-nantikan. Masa dimana gue bebas berekpresi, gue bebas ngelakuin apapun gue mau, dan yang terpenting, gue bisa dapat kepercayaan dari orang tua gue untuk mencari jati diri gue sebenarnya.

Jati diri dalam artian gue diberikan kebebasan untuk terjun langsung dalam masyarakat, gue bisa ikut organisasi-organisasi penunjang aktifitas gue, dan masih banyak yang lainnya.

Gue bersyukur banget bisa diterima di sekolah favorit di kota gue, padahal sih otak gue gak pinter-pinter banget. Tapi alhamdullilah gue masih diberikan kesempatan untuk bisa menimba ilmu di sekolah favorit ini.

Gue jurusan IPS yang kata orang isinya golongan anak-anak bobrok, tapi nyatanya tidak guys. Kalo lu berfikir IPS isinya anak begajulan semua gue saranin lu priksa ke rumah sakit jiwa deh, jangan-jangan lu yang ternyata mental tempe dan cuma bisa menghujat orang lain.

Gue kenalin jurusan IPS di sekolah gue. Jurusan IPS ada empat kelas yang masing-masing dibekali skill. Bukan cuma pinter ngebacot doang, tapi kami emang diberikan keterampilan, praktek di masyarakat, sistem management yang itu gak didapatkan di jurusan MIPA. Gue sih gak mau berat sebelah mentang-mentang gue IPS. Tapi emang faktanya kek gitu.

Anak MIPA kebanyakan menang nama doang dimata guru, dikenal pinter ini itu, orang berintelekual tinggi, si genius lah, ini itu pokok yang predikat bagus mesti anak MIPA, giliran bobrok, buat onar. Wah IPS kena getahnya, dasar kuamprettt. .

Gue cukup berbangga dong jadi anak IPS segala predikat goblok itu seketika hilang dimata guru-guru sejak kelas gue buat gebrakan baru. Dimana mata mereka yang selama ini dibutakan oleh presepsi bisa normal lagi.

Bagaimana tidak, diawal kelas X kelas gue dianggap sebagai biang onar, suka cari gara-gara, isinya anak bobrok semua. Sering mendapat predikat kelas terkotor, upacara selalu telat, atribut gak lengkap, sampe ada beberapa oknum guru di sekolah yang anti dengan kelas kami.

Tapi dikelas XI kami berubah. Berawal dari atribut yang kami pakai dan kegiatan kami sehari-hari, dimana kita selalu datang paling awal dari kelas lain. Jam 06.00 WIB kami sudah on time di kelas, yang laen mah bisa jadi masih molor.

Sekolah gue emang masuknya jam 06.30 WIB sekalipun kegiatan belajar mengajar dimulai pukul 07.00 WIB, tapi ada waktu tiga puluh menit itu untuk sholat dhuha berjamaah di mussolah sekolah. Baru deh kegiatan belajar mengajar.

Nah anak kelas gue jam 06.00 udah ngejogrok di kelas. Kelas kami kagak ada jadwal piket, intinya mah satu meja punya kewajiban sendiri-sendiri untuk dibersihkan. Sisanya baru gotong royong membersihkannya. Sampe ada satu sampah di kelas atau dibawah meja salah satu diantara kami hukumannya gak main-main guys. Dendanya harus traktir kita di kantin sepuasnya, atau gak dia harus piket kelas selama satu bulan full tanpa bantuan dari siapapun. Mantap kan? Yoi dong, itu aturan emang dibuat tegas supaya tidak dilanggar.

Berani ngelanggar? Ya boleh-boleh aja kalo mau kena hukuman dari temen sendiri. Alhamdullilahnya sampe kita lulus pun gak ada satu pun teman kami yang berani ngelanggar aturan itu. Kelas kami jadi bersih, taman kecil didepan kelas kami jadi rapi, sampai bayi rumput satu pun gak ada yang tumbuh. Rapi banget, sampai kelas kami jadi contoh kerapian oleh kelas lain.

Rutinitas kami selanjutnya adalah ngaji bersama sepuluh menit sebelum bel masuk dan sepuluh menit setelah bel pulang. Tanpa bisa diganggu gugat dengan berbagai macam alasan apapun, tanpa terkecuali siswi yang sedang datang bulan. Mereka bisa bersolawat atau membaca buku yang sudah kami sediakan di rak belakang.

Untuk buku-buku itu sendiri emang tiap orang dari kami wajib membawa satu buku yang kami tata rapi dibagian belakang kelas. Nanti tiap tiga bulannya buku itu akan di rolling dan diganti dengan buku-buku yang baru.

Bukan hanya itu, kelas kami juga mencetuskan adanya bank sampah yang akan kami tukar dengan buku. Gak paham? Jadi gini, kelas kami mengkoordinir persiswa atau perkelas yang berminat untuk menjadi member bank sampah. Mereka bertugas untuk mengumpulkan sampah-sampah botol, kresek atau plastik bekas, dan kertas, kardus, maupun karton bekas. Nanti satu minggu sekali setor sampah itu yang nantinya kami timbang dengan harga yang seimbang, dari uang yang mereka dapatkan itu tidak langsung kami berikan melainkan kami bagi buku tabungan kecil yang menuliskan saldo mereka. Tabungan itu boleh diambil setelah terkumpul dalam waktu tiga bulan. Atau mereka bisa tukarkan dengan buku yang ingin mereka beli, misalnya si A punya tabungan lima puluh ribu tapi dia pengen beli novel yang harganya 85k jadi dia tetap mendapatkan buku yang dia inginkan dengan syarat dalam tiga bulan berikutnya ia harus menganti uang itu dengan sampah yang setara dengan uang tiga puluh lima ribu rupiah tadi. Paham?

Sejak saat itu kelas kami jadi ramai yang mengunjungi. Setiap harinya pasti ada setor sampah dikelas kami, terus kelas kami mirip gudang sampah gitu? Sebenernya iya tapi kami sulap kelas dengan sampah itu jadi indah.

Kami daur ulang sampah itu sebisa yang kita mampu, dengan melihat trutorial di youtube kami mampu menciptakan inovasi baru dari sampah itu. Gak semuanya kami daur ulang hanya botol bekas yang masih layak kami sulap menjadi pot bunga, lampu hias, dan kotak pensil. Sisanya kami jual setiap tiga hari sekali dipengepul rosokan di dekat sekolah.

Barang hasil daur ulang itu kemudian kami pakai sendiri, dengan catatan kami juga membeli wkwkw. .
Sisanya kami jual di sekolah dengan harga yang relatif murah dengan bahan ramah lingkungan dan terkesan elegan. Kalian bisa contoh ini di sekolah kalian, gue rela berbagi ilmu asalkan itu juga bermanfaat untuk sesama.

Oh iya, nyatanya dana yang terkumpul dari kerja keras kita lumayan menghasilkan. Dengan laba yang cukup untuk kami bagikan sesama member dikelas kami. Kami bisa makan-makan dengan dana yang kami kumpulkan itu, kami bisa membantu sesama meskipun itu tak seberapa. Paling tidak, uang saku kami dari orang tua itu masih utuh dalam kantong setiap harinya. Lumayan lah bisa buat tabungan masa depan wkwk. .















Beberapa part kedepan masih flashback soal cerita gue dimasa SMA, semoga kalian yang baca gak kabur karna serentetan typo yang bertebaran dimana-mana. Kalian bisa ambil sisi positif dari kisah yang ku tulis ini.

Kalian mau plagiat? Boleh silahkan, tapi aku gak ikhlas wkwk. .
Dosa ditanggung masing-masing dari kalian.
Wasalamualaikum, sampai jumpa next capther🌈

Sebatas Sekat Tak TerbatasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang