🌈Miss You (24)🌈

65 31 7
                                    

"Permana, gue mau curhat," sebuah pesan singkat yang gue kirim pada Permana.

"Tumben, keknya penting banget ya Sal?"

"Entalah. Gue gak tau mesti cerita sama siapa selain lu."

"Oke, kita VC aja ya."

"Iya !"

"Udah sekarang lu cerita panjang lebar sama gue, gue siap dengar."

"Gue binggung mesti mulai dari mana, kepala gue pusing banget serasa mau pecah."

"Gini, lu kelihatan lagi banyak masalah. Lu tenang dulu, tarik napas, bismillah lu cerita sama gue. InshaAllah gue selalu ada buat lu sekalipun kita jauh."

Gue pun akhirnya tarik napas dalam-dalam lalu buang dan melakukannya beberapa kali.

"Gimana? Udah tenang?" tanya Permana.

"Alhamdullilah, sedikit lebih lega."

"Oke, sekarang lu cerita sama gue."

"Per ! Lu kenal Kak Dimas kan?" tanya gue.

"Anak yang punya kos lu itu?"

"Iya."

"Kenapa sama dia?"

"Jadi tadi dia bilang sesuatu sama gue, dan gue gak ngerti mesti gimana."

"Dia bilang apa sampe lu kepikiran begini? Dia ngancem lu? Atau gimana? Biar gue hajar tuh orang."

"Jangan emosi, gue aja belum cerita."

"Ya udah iya, maaf. Dia bilang apa Sal?"

"Oke, janji ya lu gak emosi?" tanya gue penuh penekanan.

"Iya. Udah lu jangan bikin gue makin kepo. Buruan cerita !"

"Almarhumah Ibunda Kak Dimas itu ada amanah untuk gue."

"Amanah apa?"

"Beliau minta gue harus nikah sama Kak Dimas," ucap gue.

"Uedan tenan, terus piye? Mbok trimo?"

"Yo ora ! Bahasa Indonesia aja ya jangan bahasa Jawa."

"Oke-oke, terus piye?"

"Tadi Kak Dimas maksa gue buat nerima karena itu amanah, tapi gue gak mau, gue bilang gue ada tunangan. Tapi dia malah ngehina kalo keluarga gue miskin," ucap gue dengan sedikit menahan tangis.

"Wah gak bener bocah kui, jek enteni tak bogem baru ngerti," ucap Permana dengan marah.

"Wes. , jangan cari masalah. Gue gak mau kok."

"Udah pokoknya lu buruan pindah kos, gue gak mau lu kos di rumah Dimas lagi."

"Tapi dimana? Kan cuma ini yang lokasinya strategis dekat kampus dan tempat gue kerja. Harganya murah lagi."

"Udah sekarang juga gue ke Jogyakarta, gue bawa sepeda motor gue buat lu. Dan lu harus janji sama gue pokoknya itu sepeda motor itu lu terima, lu pakek bener-bener, dan lu wajib pindah kos, dan juga lu harus janji sama gue lu gak boleh ada main lagi sama Dimas."

"Udah Per, lu jangan emosi kek gini. Gue janji gue bakal pindah kos, gue bakalan jauh dari si Dimas, tapi lu gak usah ke sini. Jauh, lu capek apalagi posisi bawa motor."

"Udah Sal, ini gak bisa dibiarin. Atau gimana kalo nikah hari ini juga? Gue jemput lu, kita pulang ke Jawa Timur, kita nikah. Dengan begitu tidak ada orang lain yang bisa deket-deket sama lu lagi."

"Lu jangan gila dong, gak gitu juga. Kita masih terlalu muda untuk itu."

"Nah kan, ya udah jadi gue ke Jogyakarta nganter ini motor + nonjok muka capek si Dimas karena telah berani ngehina calon istri gue."

Sebatas Sekat Tak TerbatasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang