1; HARAPAN BUKAN SARAPAN

115 3 0
                                    

Terlihat dibalik jendela berlantai 2 laki-laki berambut panjang yang dikuncir satu sedang memanaskan mesin motornya, itulah keseharian cowok keren itu, setiap pagi dia selalu membunyikan motornya bahkan sudah tidak ada lagi yang menegurnya, mungkin karena bosan dengan kelakuan cowok itu.

Farel, itulah masa depanku. Pasti ucapan itu yang ada dipikiran si cewek yang sedang mengintip dari jendela kamarnya, rumah mereka berhadapan adalah takdir agar mereka bisa bersatu tanpa memantau dari kejauhan.

Cewek itu adalah Rachel Fanella.

Rachel berpikir, jika suatu hari nanti ia akan menaiki motor besar itu, bahkan untuk setiap paginya, apalagi bila berangkat bersama dengan si tampan, itulah impian Rachel. Sederhana kan?

Rachel memang belum pernah bertatap muka dengan Farel, tapi demi rasa cintanya ia akan melakukan itu, tetapi tidak untuk mengemis cinta, jangan sampai!

Senyum terus terukir diwajah cantiknya sambil bergumam dengan kedua tangan yang diremas saking terlena melihat ketampanan dan kekerenan cowok yang masih sibuk dengan motornya.

Mereka satu sekolah, tapi belum pernah ketemu, Rachel selalu mencari tetapi alurnya berjalan berbeda.

Akhirnya muncul beberapa pikiran dalam otak si cewek.

Rachel bergegas mengenakan seragam, selesai mempoles bedak di muka, tangannya menarik tas ransel lalu berlari menuruni tangga.

"Mah, aku berangkat!"

Rosa, ibunya menatap bingung. "Hel, sarapan dulu, hei..."

"Buru-buru mah, assalamualaikum..."

"Waalaikumsallam, yasudah... hati-hati!" Kata Rosa sambil menggelengkan kepala, melihat anaknya yang berlari. Selalu begitu.

Rachel berdiri dengan menyender pada dinding pagar, apa ia harus senekat ini, tapi bagaimana bila ditolak? Mau taruh dimana muka ini? Pikirnya sejenak.

Rachel menatap cowok itu yang naik pada motornya, sungguh keren.

Rachel tertegun dengan lamunannya.

"Hmm, kita satu sekolah kan?" Tanya Farel yang dianggukinya.

"Berangkat sama siapa?" Tanya Farel lagi.

"Kayaknya sama ojol kalo gak naik angkot hehe." Rachel cengengesan, pipinya sudah panas dan memerah. Sesederhana itu ya?

"Hm, kalo gitu mending bareng gue aja? Mau kan?"

Rachel meneliti seluruh wajahnya ia tidak mau sampai satu pun yang dilewatkan, pokoknya apapun yang dimiliki cowok itu Rachel harus tahu.

Sebuah tangan menyentuh telinganya.

"Aduh, sakit!" Lirihnya, lalu menoleh kearah orang yang menjewer telinganya. "Lho? Kok aku masih disini,

°

Happy Reading, guys

Salam,

FARREL, si Ketua BAKADATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang