2; SEANDAINYA

80 3 0
                                    


"Lho, kok aku masi disini sih."

Rachel menatap motor besar itu yang sudah semakin jauh. Jauh sekali, bahkan tadi ia tidak melihat kepergian pangerannya.

"Aaahh, paapaah, menggagalkan rencana aku." Decaknya sambil mengetuk kedua kakinya, sebal.

Lelaki paruh baya itu tertawa, "Rencana apa? Rencana sekolah pake sepatu beda warna gitu?"

Rachel melihat kakinya, benar saja. Ia mengenakan sepatu dengan warna yang berbeda, BODOH!

Gadis itu tertawa geli, "Hehe, papah gatau? Warna kayak gini itu lagi jaman lohh... maammaa...." Lalu berlari memasuki rumah menghampiri sang ibu. Rachel merasa malu.

Papahnya hanya bisa menggelengkan kepala melihat anak gadisnya yang selalu seperti itu, aneh.

_

Rachel Prov

Tiba disekolah, aku turun dari mobil setelah mencium tangan papah dengan sedikit mendengar pesan yang selalu aku dapatkan, seperti.

"Sekolah yang bener, jangan main hape terus pas dikelas."

"Kalo abis makin dikantin, bibir kamu poles dikit, Hel. Biar gak jelek."

"Gaboleeh, pacaran! Apalagi sama cowok berandalan disekolah. Papah gamau anak kesayangan papah galau."

"Kalo ada yang nge-bully kamu, gausah takut. Bully balik aja, tapi jangan keterlaluan ya?"

Dan, aku sebagai anak gadisnya yang paling cantik hanya bisa menjawab, "Iya" atau "Hmm" walau akhirnya papah terus mengoceh.

Oke, balik lagi.

Aku berjalan dengan santai. Kali ini aku berharap bisa bertemu dengan pangeranku. Huh! Kali ini pasti berhasil.

Mataku mencari motor besar yang selalu kinclong itu. Dan, tepat dibawah pohon besar nan rindang motor itu bersembunyi. Senyum dibibirku pun melebar.

"Kenapa lo senyam-senyum kek orang sinting?" Suara tak asing itu mengacau lamunanku.

"Ih, ganggu banget loh." Aku menatapnya sinis lalu melanjutkan langkah. "Dih, songong." Katanya terus mengikuti langkah kecilku.


-

Jam pelajaran telah berlalu. Hal yang membosankan adalah berdiam duduk dikelas dengan memperhatikan guru berbicara. Aku tidak nakal gengs, aku cuman males dengerin penjelasan yang menurutku gak masuk otak juga. Haha

Bel berbunyi.

Istirahat pertama. Kali ini aku mau fokus kembali. Yah, benar. Aku ingin fokus mencari sang pangeran tampanku.

"Hel? Kantin yuk?" Ajak Fira.

Aku menoleh, "Hmm, lo duluan aja deh. Tar gue nyusul." Kataku senyum.

Fira tertawa, "Masih nyari masa depan lo? Yaelah, Hel, cowok itu gausah dicari nanti juga bakal datang sendiri." Aku melototinya, "ih, gue tau."

"Hah? Rachel masih mencari keberadaan sang pangeran? Sampai kapan?" Tanya Cindy, ikut nimbrung.

Aku tambah melotot, "Udah, gausah urusin hidup gue. Lo aja masih pada jomblo kan? Lagian gue bakal buktiin kalo ka Farrel suka sama gue." Bibirku tersenyum, entah menyebut namanya saja, aku bahagia.

Kali ini Fira dan Cindy yang memelototi aku.

"Biasa aja, keles." Ujarku.

Aku berlari keluar kelas meninggalkan mereka yang kebingungan. Memangnya, ada apa sih? Kalau aku yang mencari pangeranku? Lagian bukankah cinta itu butuh perjuangan?

Aku duduk termenung menikmati angin sepoi-sepoi menerpa rambut panjangku.

Seandainya, kamu mengenalku...





°



Ketika cinta datang,
hal bodoh pun rela untuk diperjuangkan.
- Rachel



°



FARREL, si Ketua BAKADATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang