4; MASALAH LO SAMA GUE ITU MASALAH PRIBADI

48 2 0
                                    


Bel pulang sekolah berbunyi.

Keenam lelaki yang notabene-nya sebagai anak geng di angkatan 19 itu sedang berkumpul dalam ruang kelas yang sudah tak ada penghuninya selain mereka berenam. Ketua dari geng itu sengaja mengumpulkan mereka untuk menegaskan kembali pesan yang harus diingat oleh lainnya.

"Gue ingettin, sekali lagi. Malam ini gaboleh ada yang ke basecamp atau nongkrong ditempat manapun, kita lagi dicecer. Dan gue harap, lo semua bisa nurut apa kata gue. Demi keselamatan kita, semua." Tegas Farrel, selaku ketua geng.

"Gue setuju. Kali ini kita gaboleh lengah, Rangkas lagi nyiapin strategi buat ngancurin Bakada pake barang haram itu." Tambah Aksel.

Fino mengangguk, "Iya, bener. Gue gamau masa depan gue ancur."

"Mau make atau engga juga masa depan lo udah ancur." Celetuk Dion.

"Bangcaat, amat tuh mulut." Balasnya.

"Lah? Kan, emang nyatanya begitu, bang bro?"

"Masa depan lo lebih suram, dari gue. Babi."

"Eh, monyet kembar. Kita lagi serius, gausah bacot yang gak penting!" Ketus Ujang, melerai kebisingan dari dua orang tersebut.

"Mampus, lo diomelin Ujang. Jangan bacot, makanya." Tambah Alvaro.

"Udah udah, gak perlu bahas yang gak penting-penting amat." Ucap Aksel.

Farrel merapihkan hoodie yang dia kenakan. "Yaudah, sekarang boleh pada balik."

"Rel, tunggu dah. Kalo boleh tau, emang Rangkas udah keluar dari jeruji?" Tanya Dion, penasaran.

Alvaro menatap Dion, "Yon, sebego-begonya Fino dia gak pernah tuh lupa sama omongan semalem."

"Anjir, gue lagi aja yang jadi bahan."

Aksel tertawa, "Kalo lagi kumpul, jangan tidur, Yon. Ayok ah, balik."

Berita mengenai Rangkas memang sudah tersebar luas. Si pengedar dan pemakai narkotika itu sudah 4 tahun lamanya didalam sel.

Rangkas adalah seorang berbahaya yang mampu membawa siapapun orang yang berada dekat dengannya, ia pasti akan mengajak dan menghasut orang itu. Alih-alih tak mau masuk jeruji sendirian untuk ketiga kalinya.

Cowok itu memang sedang mengendarai motor. Tapi pikirannya entah melayang kemana memikirkan temannya. Ia agak ragu dengan kelima orang itu. Apa bisa mereka bertahan dirumah untuk satu malam ini saja?

Motor yang dikendarainya berhenti dengan mendadak. Hal yang ditakutkan terjadi pada orang lain, kini malah berbalik terjadi pada dirinya sendiri.

Farrel sang ketua geng bertemu dengan orang yang sedang diwaspadainya.

"Apa kabar? Farrel, si ketua Bakada?"

Tanpa berniat melepas helm dikepalanya, cowok itu hanya menatap tajam kearah orang dihadapannya.

"Mata lo masih serem kayak dulu, gak ada yang berubah." Lanjutnya.

"Lo masih sama kayak dulu, sampah."

Orang itu tertawa, "Lo, tau apa yang lebih buruk dari sampah? Ketika orang yang paling penting, kini dibuang oleh teman-temannya. Dan, yang sebenernya sampah itu lo, Rel." Ujarnya.

"Seandainya lo gak ngelakuin kesalahan itu lagi, mungkin gue dan yang lain masih menghargai kehadiran lo!" Jelas Farrel.

Farrel menatapnya kasihan, tapi segera ia tepis rasa itu jauh-jauh. Kasihan pada orang yang tak mau mengakui kesalahan untuk apa?

FARREL, si Ketua BAKADATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang