Keesokkan Paginya

5.2K 259 5
                                    

Keesokan paginya, Bu Robiah terbangun dengan wajah yang pucat. entah mimpi atau bukan, bu Robiah menceritakan hal ini pada mbok Sartem, tetangga sekaligus wanita tua yang senantiasa di mintai tolong bila ada yang aneh. 

dengan wajah tegang, mbok Sartem bertanya.

"Cempe?" (anak kambing) "gowoen aku, gok ndi Cempe'ne iku" (bawa aku kemana anak kambing itu berada)

bu Robiah pun mengajak mbok Sartem ke kandang belakang rumah. anehnya. tidak ada apapun disana. Cempe yang kemarin, lenyap begitu saja 

"meteng tuo, trus Cempe. firasatku elek" (hamil tua, lalu anak kambing, firasatku kok jelek) kata mbok Sartem, beliau menunggu pak Wanto dari sawah.

tepat ketika pak Wanto sudah tiba, mbok Sartem langsung bertanya.

"ceritakno yo opo kok isok awakmu nemu Cempe" 

(ceritakan bagaimana kamu kok bisa menemukan anak kambing)

pak Wanto tidak paham apa yang terjadi, namun ia tau, mbok Sartem mungkin di beritahu oleh bu Robiah, maka pak Wanto pun bercerita namun ia belum menceritakan mimpinya, ia hanya bercerita bahwa ia menemukan Cempe saja 

di beritahulah bila Cempe itu hilang, dan membuat pak Wanto kebingungan.

maka, jam berganti menjadi hari, hari berganti menjadi bulan, pak Wanto masih tidak tau, apa yang tengah mengintai keluarganya. sampai tibalah, masa persalinan bu Robiah yang di bantu mbok Sartem dan Safi 

Safi adalah dukun beranak di kampung itu. ada hal yang Safi ceritakan, sebelum beliau masuk ke rumah pak Wanto.

di sepanjang jalan, ia mendengar suara kambing mengembik, anehnya, dia tidak melihat satu kambing pun di sana-sini. hal itu, membuat Safi sedikit merinding 

Safi sudah mempersiapkan semua untuk lahiran anak ke lima pak Wanto, di bantu mbok Sartem, bu Robiah sudah berbaring, tepat ketika baju bu Robiah di angkat oleh mbah Safi, maka saat itulah mbak Safi tidak bisa bicara banyak. 

perut bu Robiah menghitam, sangat hitam dan itu ganjil, bahkan menurut Safi, ini kali pertama ia melihat hal seperti ini, namun bukan kali pertama ia mendengar hal ini, dulu, Safi pernah di ceritakan oleh buyut beliau, salah satu hal mengerikan yang terjadi adalah, 

ketika melihat Wungkuk ireng. apa itu Wungkuk Ireng?

Wungkuk Ireng adalah perut yang konon di setubuhi oleh Jin yang sudah bukan Jin lagi, melainkan iblis jahanam yang menyusupkan anaknya di roh bayi yang akan lahir. 

tidak hanya Safi. mbok Sartem juga bisa melihatnya. mereka menatap bu Robiah dalam diam, namun tangan dan badan mereka gemetar, sebegitu hebatnya sampai wajah mereka berdua pucat pasi.

ini bukan pertanda buruk, melainkan petaka dari petaka yang paling di takuti manusia 

mereka tau apa yang akan terjadi selanjutnya, namun mereka tidak bisa menebak apa yang sedang dan akan menimpa mereka, dosa apa yang di perbuat oleh keluarga pak Wanto. 

pak Wanto menunggu dengan cemas, ia berharap akan mendapat seorang anak lelaki. sudah 4 anak yang ia miliki namun tidak satupun dari mereka mendapatkan seorang anak lelaki. jadi, salahkah bila pak Wanto berharap kali ini anaknya adalah anak lelaki?? 

kecemasan yang semakin memuncak, membuat pak Wanto melupakan 5 mimpi yang dahulu pernah ia alami, salah satunya adalah, ketika kambing hitam itu menjamin pak Wanto akan hidup enak, masyur dan kaya raya, bila ia mau melakukan satu tugas kecil.. 

menggorok Cempe yang ia temukan. kemudian menguburkanya di halaman belakang rumahnya.

anehnya, pak Wanto tidak punya kuasa menolak. dan ia melakukanya tanpa bertanya akibat perbuatanya.

karena ketika pak Wanto melihat mbok Sartem bertanya tentang Cempe, 

ia tahu. ada sesuatu yang tengah terjadi namun tidak ia ketahui.. di mimpi terakhirnya. pak Wanto tidak lagi melihat makhluk itu, melainkan, ia melihat dirinya sendiri, bertanduk dan menyerupai wajah seekor kambing. 

di tengah kegelisahanya, lamunan pak Wanto buyar manakala ketika ia terperanjat saat mendengar suara kambing mengembik, sangat keras, sampai seisi rumah yang di penuhi tetangga yang penasaran dengan kelahiran anak kelima pak Wanto berkerumun 

di Desa -desa jawa timur, memang hal biasa ketika tetangga berkumpul untuk melihat dan menyaksikan persalinan sebuah keluarga, guna menyemangati dan memberi selamat, namun tidak pada hari ini, semua orang tampak bingung, dimana seharusnya yang mereka dengar adalah tangisan bayi 

berubah menjadi suara kambing mengembik.

masih dalam suasana kebingungan, pak Wanto terkejut begitu saja saat mbah Safi berteriak memanggil namanya.

tepat ketika pintu terbuka dan pak Wanto masuk. ia melihat isterinya, bu Robiah lemas, dengan mata merah karena menangis 

bingung menyelimuti wajah pak Wanto, mbah Safi dan mbok Sartem menatapnya nanar penuh simpati, karena mereka menatap ke satu titik, dimana, di balut kain putih dengan darah merah segar yang membasahi ranjang, ada sesuatu yang hitam, besarnya tidak lebih dari tangan menelungkup 

itu adalah bayi mungil.

hanya saja, bentuknya tidak menyerupai manusia sedikitpun. kulitnya berkeriput hitam dengan bola mata menonjol keluar, meski matanya terpejam, dan hidungnya pesek, dengan bibir panjang setelinga, di kepalanya ada tanduk kecil, dan beraroma busuk 

pak Wanto masih tidak mengerti, sampai mbok Sartem mengatakanya.

"Anakmu. sudah meninggal To" 

BISIKAN IBLIS (NYAWA YANG TERGADAIKAN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang