Ada hal yang menarik, semenjak berita kehebatan pak Wanto ini menyebar, banyak keanehan yg membuat warga curiga, salah satunya adalah, tidak ada lagi yang pernah melihat bu Robiah, Yuni dan Rina. padahal kabarnya, beliau ada di dalam rumah besar itu, yang sekarang, di jaga ketat
hanya anak sulungnya saja yang sering keluar rumah, itu pun tidak ada warga yang berani mendekat, semua ini tidak lepas dari kejadian-kejadian mengerikan setiap kali bersinggungan dengan keluarga pak Wanto.
kabarnya, sesiapa yang membenci keluarga ini, selalu mendapat sial.
namun, ada satu cerita yang pernah atau sempat menyebar, dimana ada warga yang tidak sengaja melihat sesuatu ketika melewati rumah pak Wanto malam hari.
di jendelanya, ia melihat bu Robiah, rambutnya panjang tergerai, di wajahnya, ia tampak memelas meminta tolong.
terlepas asli atau tidaknya cerita itu, warga tetap merasa ngeri, seperti ada yang ganjil di rumah sebesar itu. disinilah, baru terbuka satu rahasia kecil, konon, ada satu kamar yang tidak boleh di masuki sembarangan orang.
bahkan, pasien-pasien pak Wanto, di larang masuk kesana
Safih, di usia uzurnya, tidak pernah ia berpikir menyaksikan fenomena Wungkuk ireng, namun, semenjak kejadian itu, berbulan-bulan ia tidak lagi bisa tidur nyenyak, setiap malam, makhlu itu terus dan terus mendatangi mimpinya, hari ini, pintunya di ketuk oleh seseorang.
Sa'Diah
awalnya ragu. namun, ia melihat tatapan mata kosong membuat Safi akhirnya mempersilahkan masuk anak yang juga lahir dari buah kerja kerasnya dulu.
"ono opo ndok. gak biasane awakmu mrene" (ada apa nak, gak biasanya kamu kesini)
sa'Diah masih diam, menimbang maksud kedatanganya
"mbah" kata Diah, ia sudah bertekad membagi ketakutanya pada seseorang yang mungkin tahu langkah apa yang harus ia perbuat atas peristiwa yang menimpa keluarganya. "Ibuk. Ibuk, jadi Gila"
Safi hanya diam, matanya menerawang jauh.
"Adik-adikmu piye" (adikmu bagaimana?)
heran bercampur bingung, seperti Safi tau apa yang terjadi di dalam rumahnya. seharusnya tidak ada yang tau apa yang terjadi, mengingat bagaimana si bapak menutup semua akses peristiwa di dalam rumahnya
"Rina. lumpuh mbah"
saat itulah, wajah tua yang lelah itu akhirnya menangis
"Lumpuh yo opo maksudmu?" (Lumpuh bagaimana maksudmu?)
sa'Diah mulai menceritakan semuanya. di mulai ketika pertama mereka menginjakkan kaki di atas tanah itu, Diah tau, dimana Rumah itu di bangun, apalagi bukan, di atas Tanah dimana Diah menyaksikan adik bungsunya dulu. Atun
Malam itu. masih teringat suara marah dan penuh kelakar ibunya agar pak Wanto menyudahi apa yang sudah ia lakukan. bukan tidak tahu, namun bu Robiah sangat memahami apa yang sedang pak Wanto lakukan.
termasuk setiap malam, kemana pak Wanto berada. apalagi bila bukan, bersekutu
rupanya, bebauan amis yang awalnya bu Robiah tidak tahu itu tercium dari aroma mulut pak Wanto, perlahan, kejanggalan itu semakin terungkap manakala bu Robiah sampai harus berpuasa dan sholat malam, yang konon membawanya untuk menyaksikan suaminya, pak Wanto, tengah mengunyah-
-Cempe yang dahulu tidak di temukan arah batangnya, ternyata terkubur di belakang rumahnya. tidak hanya itu, di mimpi yang membuat bu Robiah tidak bisa bersikap tenang itu, ia melihat, pak Wanto selalu membawa anak itu di punggungnya.
pose sedang menggendong anak itu adalah-
gambaran dari orang yang tengah memelihara iblis dalam hidupnya.
namun, pak Wanto memilih bungkam, dan selanjutnya, terorr itu mulai membuat bu Robiah kehilangan akalnya. sa'Diah masih ingat, bagaimana akhirnya ibunya mulai kehilangan akal sehatnya saat mulai menangis.
Safi hanya mendengarkan, sementara sa'Diah seolah bingung apakah ia harus melanjutkan ceritanya.
sampai akhirnya kalimat itu terucap.
"mari Rina, Yuni sing bakal nampani duso bapakmu, baru mari iku, awakmu ndok" (setelah Rina, yuni yang akan menerima dosanya, baru setelah itu-
kamu yang akan menanggungnya).
sa'Diah adalah salah satu gadis primadona kampung ini, namun tidak ada yang menyangka ia memiliki garis nasib yang sial. meski begitu, ia tahu, mbah Safi masih menyembunyikan banyak hal, namun entah apa yang di sembunyikan sepertinya menyangkut misteri tentang bapaknya
"kulo kudu yok nopo mbah?" (saya harus apa mbah?)
ia menatap wanita tua yang tampak salah tingkah, seperti dugaan sa'Diah ada rahasia yang di sembunyikan, maka mbah Safi mengatakanya hari itu juga.
"petangbelas dino tekan sak iki, mbalik'o mrene, aku onok seng arep tak kek'no)
(empat belas hari dari hari ini, kamu kembali lagi kesini, ada sesuatu yang harus ku berikan)
sa'Diah bersiap pamit, namun, mbah Safi memanggil lagi.
"sek sek ndok" (sebentar nak). mbah Safi masuk ke dalam kamarnya, kemudian keluar membawa 4 helai bunga kamboja, ada firasat aneh ketika Diah menerimanya.
"gowoen. mbah gak isok teka ngelayat" (bawa aja, mbah tidak bisa-
melayat}
kaget. sa'Diah bertanya apa maksudnya, namun mbah Safi mengantar sa'Diah keluar lalu menutup pintu gubuknya rapat-rapat. tersimpan tanda tanya besar dalam benak sa'Diah ketika ia pulang. namun, 4 helai bunga kamboja, apalagi bila bukan pertanda kematian.
pertanyaan sa'Diah terjawab ketika di jalan ia bertemu beberapa orang, mengamatinya dengan mimik wajah prihatin, dan ketika Diah sampai di depan rumahnya, ia melihatnya, bapaknya, pak Wanto sudah menunggunya dengan mata berapi-api. "tekan ndi koe?" (darimana kamu?)
sa'Diah tidak menjawabnya, ia fokus melihat apa yang ada di belakang bapaknya, disana, ada 2 jasad yang di tutup selendang. ketika ia mendekat, adiknya Yuni memberitahunya.
"Mak, ambek Rina gak onok mbak" (ibuk sama Rina meninggal kak)
detik itu, waktu seperti berhenti.
sa'Diah diam, mematung, lalu berujar dengan nada penuh kebencian.
"PENGIKUT IBLIS LAKNAT"
teriakanya membuat semua hadirin yang melayat diam, tidak ada suara. hanya tatapan benci, anehnya, pak Wanto bersikap tenang, ia membiarkan Diah pergi, berlari menuju kamarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
BISIKAN IBLIS (NYAWA YANG TERGADAIKAN)
HororMalam ini, gw mau cerita sebuah cerita nyata yang pernah di ceritakan oleh salah satu teman gw waktu SMP. Sebuah cerita yang membuat bulukuduk gw selalu merinding tiap mendengar detail dari sebuah peristiwa yang lebih dari sebuah terror!! Sebuah ce...