AS•|46<Perasaan hangat>

904 26 1
                                    

Pertandingan basket semakin dekat, Syenand semakin berlatih untuk memperkuat fisik tubuhnya, tapi sayang nya fisiknya sangat lemah untuk menjadi kuat, ia membutuhkan olahraga yang cukup, makanan yang teratur dan jangan lupakan Chek-up dengan rutin lalu meminum obat nya, jika ia tidak ingin lemah, karna pastinya Energi nya akan terkuras di pertandingan basket Minggu depan.

Syenand menggiring bola nya di tengah larut nya malam, ia tak peduli dengan langit yang gelap dan keringat yang bercucuran, Syenand sangat ceroboh karena tidak memanfaatkan waktu sebulan ini untuk berlatih. Ia memberhentikan permainan nya sejenak, deru nafas nya tak stabil dada nya naik turun menandakan gadis itu sangat kehabisan energi nya, Angin malam menusuk permukaan kulit nya, tapi tetap saja itu tidak merentuhkan semangat nya, ia melanjutkan latihan nya di temani gemersik angin dan suara hewan.

"Hosh....hosh....hosh...."Syenand kembali memberhentikan permainan nya, karena ia sudah tak kuat lagi akibat nafas nya yang tak teratur cukup lama, ia berjalan menuju tempat duduk di dekat lapangan itu mengambil sebotol air mineral di dalam tas sekolah nya.

"Capek juga ternyata"Gumam nya memegang dada nya yang mulai sakit akibat terlalu memaksakan diri.

Syenand beralih memegang kepala nya yang mulai terasa sakit, ia menunduk seraya memejamkan matanya untuk menghilang kan sedikit rasa sakitnya, ia kembali mendongak saat tercium aroma parfum laki-laki yang begitu menyengat di indra penciuman nya, Syenand sedikit tercengang sebelum akhirnya ia menetralkan ekspresi nya.

"Kenapa?"tanya Syenand pelan.

Pria itu duduk di samping syenand, seraya menyodorkan handuk kecil. "Ini udah malem. Kenapa masih disini?"tanya nya lembut. Syenand menerima handuk itu dan mengelap wajahnya yang banjir oleh keringat. "Gapapa, cuma mau latihan aja"ujar syenand santai.

"Latihan?"pria itu membeo tak mengerti. Syenand mengangguk kecil. "Buat Lomba basket cewek."ujar Syenand seadanya.

"Tapi fisik lo lemah sye"ujar laki-laki itu, ada sedikit terselip nada khawatir dari cowok itu.

Syenand tersenyum manis, hingga matanya menghilang. "Sye udah kuat. Semenjak tinggal sendiri dirumah"ujar Syenand lembut. Cowok itu memalingkan wajah nya ke arah lain. Jujur saja ia tak tega menghukum syenand sampai sepertini, Berat pasti untuk nya mengerjakan pekerjaan rumah bahkan harus sendiri didalam rumah sebesar itu. Ia sendiri mendengar dari ayahnya kalau syenand tak memakai uang nya secuil pun.

"Kak...ini udah malem, mending kakak pulang, nanti kak Sasty nyariin"ujar Syenand cemas, ekspresi nya yang khawatir itu....tentu saja palsu.

Sean menoleh, menatap adiknya penuh harap, ia sangat berharap adiknya menceritakan kehidupan nya di negeri ini selamat 3tahun ini. Syenand hanya mampu tersenyum kecil, menampilkan kalau ia tak lah apa-apa.

"Sye, lo kenapa ga pernah pake uang dari papa"Ujar Sean, Syenand tersenyum lega, akhirnya ada pertanyaan tanpa tuduhan apapun darinya.

"Itu ga penting. Yang penting sye bisa hidup tanpa uang papa, Sye cuma pengen belajar mandiri."jelas Syenand.

"Terus kenapa kamar lo berubah gitu? Siapa yang renov?"tanya Sean, ia sempat memperhatikan kamar syenand yang tampak gelap, dan tidak banyak barang itu.

"Hehehe...itu ya? Sye yang renov sendiri, syenand bosen pake warna biru terus, karena kalo pake itu...sye ngerasa kalo sye ini anak yang gak kesepian. Tapi kalo dengan warna gelap di kamar sye, sye baru ngerasa kalau sye bener-bener kesepian, karena kalian ninggalin sye, ya Walaupun cuma 3tahun. Tapi tetep aja itu adalah hal yang lama untuk Sye"ujar Syenand, Senyum manis itu tak pernah lepas dari bibir merah alami itu. Sean jadi merasa bersalah, karena ia lah sebenarnya yang mengusulkan untuk menghukum syenand tinggal sendiri didalam rumah. Karena ia sangat kecewa pada adik tersayang nya ini. Kecewa karena ia merasa belum becus sebagai seorang kakak yang menjaga adik-adiknya. Waktu itu, ia kira ayahnya tak akan menyetujui nya, tapi ternyata ayahnya bersependapat dengan nya. Jadilah kejadian meninggalkan Syenand tinggal sendiri , tanpa uang selama 2bulan itu terjadi. Ingin mengucap kan kata maaf, tapi ia sangat gengsi, karena ia pernah berprilaku kasar terhadap syenand, bahkan terkesan menyakiti fisiknya, mungkin bukan hanya fisik tapi batin nya juga.

"Terus lo dapet uang dari mana buat renov itu?"suaranya melemah seiring dengan nafasnya yang memberat.

"Hm...sye sempet minjem sama tante mungkin"Dusta syenand, mana mungkin ia pinjam uang dengan tante nya yang mulia itu? Ia tak akan pernah mau, karena ia ingin belajar mandiri, syenand sudah bekerja dari usia dia 13 tahun sampai sekarang. Tak ada kata lelah dalam kamus kecil nya.

"Hmm"dehem Sean, wajahnya menjadi datar, karena perasaan bersalahnya.

"Gua balik."pamit Sean bangkit dari kursinya, meninggalkan Syenand sendiri yang tersenyum hangat karena merasa kakak nya tak lah membenci nya lagi.

"Semoga hubungan kita bisa baik ya kak, sebelum sye bener-bener pergi. "ujar Syenand lemah, tersenyum kecil.

***

Dentingan musik lembut itu mengalun indah didalam kamar bernuansa abu-abu. Udara sejuk itu menusuk permukaan kulinya, ingin sekali ia menutupi nya dengan kain yang tebal, tapi tetap saja akan terasa dingin. Sama seperti hatinya, yang membeku bagaikan es, dan tak bisa di hangatkan oleh apapun, kecuali itu Cinta. Reynand menyeruput teh hangat di tangan nya, seraya melihat pemandangan Indah didepannya, ditemani musik dan hemusan angin malam. Tatapan tajam nya menangkap seseorang yang sedang berusaha walaupun jatuh berkali-kali. Pandangan datar nya tak lepas dari tatapan mata orang itu, datar, dingin, dan penuh emosi. Reynand selalu merasa, tatapan mata itu penuh dengan sebuah rahasia. Ia sendiri tak menyangka akan satu perumahan dengan gadis bertubuh kecil namun tinggi itu. Pandangan nya teralihkan oleh sosok lelaki yang mengenakan jaket Bomber berwarna abu-abu, lelaki itu tampak menghampiri gadis yang kini tengah kelelahan, walaupun dari atas balkon dan jauh, Reynand tetap bisa melihat berbagai ekspresi gadis itu, tak ada yang beda, semuanya senyuman.

"Sean?"gumam Reynand, dahi nya menyeringit penasaran. Reynand terus memperhatikan keduanya bicara, entah mengapa ada secuil perasaan tak suka saat senyum manis itu terbit untuk lelaki disamping nya, Ia merasa di khianati, padahal ia tak memiliki hubungan apapun dengan gadis itu. Ia terus melihat mereka bicara Hingga sang cowok meninggalkan tempat itu. Reynand kembali menyeruput teh hangat nya, ia tersenyum kecil saat gadis itu kembali memainkan bola ditangan nya.

"Lo aneh sye-"ujar nya menggantung ucapannya, ia kembali menyeruput teh nya.

"--Gua suka~"lanjutnya tersenyum kecil.

••••

Vote dund.

SyenandaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang