•••
Aera duduk termenung sendirian di tepi taman fakultasnya, ia memikirkan hubungannya dengan Felix yg perlahan semakin renggang ini. Entah kenapa kekasihnya itu akhir-akhir ini terlihat berubah dan sedikit menghindarinya.
"Masa iya dia tahu?" gumamnya bertanya.
Tapi, seandainya Felix tahu pasti muka Jeno sudah tak berbentuk akibat pukulan Felix dan pasti hubungannya dengan Felix sudah berakhir. Tapi ini tidak seperti itu.
Tiba-tiba ada tangan yg melingkar di bahunya, dan refleks ia menoleh. Namun, ekspresinya segera berubah menjadi datar dan berdecak pelan.
"Cantik, kenapa murung mukanya?"
"Bukan urusanmu, Renjun."
"Idih, galak banget sih. Heran.. Punya sepupu kok galak banget gini."
Aera mendengus dan menatap lelaki manis itu sengit, "Dengar ya Huang Renjun yg terhormat. Aku sedang tidak ingin berdebat dan bertengkar denganmu."
Renjun hanya terkekeh kecil mendengar kalimat yg di lontarkan Aera untuknya, jangan lupakan wajah sok dinginnya itu.
"Calm down babe. Kenapa sih, coba sini cerita."
Aera menghela napasnya dan menatap lurus kedepan.
"Felix menghindar dari aku."
"Why?" tanya Renjun. Satu alisnya terangkat menandakan dia sedang kebingungan.
"Aku juga gk tahu penyebabnya, kayaknya aku juga gk ngelakuin kesalahn apapun di depannya." Aera menatap Renjun dengan mata berkaca-kaca. "Renjun... Huaaaa..."
"Eh!" Renjun membalas pelukan Aera, dia mengelus pelan punggung sepupunya itu.
"Aku harus bagaimana?" Tanya Aera di sela tangisannya.
"Jang Aera, bukannya itu semua akibat ulah kamu sendiri?"
Aera berhenti menangis dan menatap Renjun bingung.
"Aku tahu Aera.. Aku tahu hubungan terlarang kamu dengan Jeno."
Aera tercekat, bagaimana bisa sepupunya ini tahu.
"Aku tak sengaja membaca chat kalian di ponsel milik Jeno sewaktu dia membalas pesanmu. Aku kira aku hanya salah membaca, tapi beberapa hari ini aku memergoki Jeno yg menatapmu secara terang-terangan dari jauh." Renjun menghela napasnya dan menatap manik mata Aera serius. "Pikirkan baik-baik Aera. Kalian berdua sudah ada yg memiliki masing-masing. Lalu buat apa kalian memiliki hubungan itu, kalau soal ego kalian sendiri lebih baik hentikan. Jangan sampai menyakiti hati yg sudah tulus mencintai kamu Aera."
Aera terdiam, ucapan Renjun barusan sangat menohok untuk dirinya. Benar ucapan Renjun. Hubungan mereka tercipta karena ego dari masing-masing, Aera yg masih menyukai Jeno dan Jeno yg entah kapan menyukainya.
Renjun tersenyum dan menghapus sisa air mata Aera, "pikirkan baik-baik perkataanku Aera. Jangan sampai terlambat, nanti yg ada kamu menyesal. Apapun keputusan kamu aku selalu mendukung kamu." Renjun menepuk kecil kepala Aera dan bangkit, setelah itu meninggalkan Aera yg masih duduk diam mematung disana.
Kini rasa ragu dan takut bercampur satu pada diri Aera. Ia pun juga bingung, satu sisi dirinya sangat mencintai Felix, namun sisi yg lain mengatakan jika ia juga mencintai Jeno.
Aera mengacak pelan rambutnya, merasa kesal dengan dirinya yg tak kunjung mendapatkan jawaban.
Ia menghela napas kasar dan menatap awan di langit, mengukir senyum simpulnya.
"Apa aku terlalu egois? Aku menginginkan mereka berdua dalam hidupku, tapi aku pun harus memilih salah satu di antara mereka."
"Aku harus bagaimana?"
Aera kembali menunduk dan memikirkan risiko-risiko yg mungkin akan terjadi di masa depan.
Jika risiko terbesarnya nanti adalah putus dari Felix dan di campakkan Jeno, serta di benci dan jadi bahan gosip anak-anak. Ia jelas saja tak mau hal itu terjadi, tapi bagaimana, ia belum mau mengakhiri hubungannya dengan Jeno.
Renjun
Aku bingung :( |
|Pikirkan baik-baik Aera, apa pun keputusanmu itu hal yg terbaik buat kamu.
|Jangan menuruti egomu, pikirkan juga kata hatimu.
|Semangat babe! :))__________
Next?
Vote dan comment juseyo😚
Kamsahamnida♡
Kalau gk vote nanti pangeran Jeno ngambek sama kalian :((
KAMU SEDANG MEMBACA
Mistake // Lee Jeno
Short Story[Complete] "Kita mempunyai hubungan khusus, saling mencintai satu sama lain juga. Namun, tetap saja kita berdua salah dalam hubungan ini." A Fanfiction by sweetvar ©2019 sweetvar